Pengamatan Permukaan Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan Mikroskop Optik

41

3.5.2 Pengamatan Permukaan Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan Mikroskop Optik

Struktur mikro merupakan butiran - butiran suatu material yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata, sehingga perlu menggunakan mikroskop optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan butiran-butiran tersebut. Struktur material berkaitan dengan komposisi, sifat, sejarah dan kinerja pengolahan, sehingga dengan mempelajari struktur mikro akan memberikan informasi yang menghubungkan komposisi dan pengolahan sifat serta kinerjanya Hera, 2013. Gambar 3.6. a. Mikroskop optik metalurgi, b. Skema kerja mikroskop optik Mikroskop metalurgi merupakan mikroskop optik yang berbeda dari yang lain dengan menggunakan metode iluminasi pada specimen mikroskop. Metode ini menyebabkan material uji harus diterangi oleh pencahayaan frontal, sehingga cahaya berada di dalam tabung mikroskop. Skema mikroskop metalurgi optik diperlihatkan pada Gambar 3.6b. 42 3.5.3 Analisa Sifat Termal Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan Differential Thermal Analysis DTA Analisa termal secara umum didefinisikan sebagai sekumpulan teknik yang mengukur sifat fisis suatu bahan dan atau hasil - hasil reaksi yang diukur sebagai fungsi temperatur. Analisa termal memegang peranan penting terhadap sifat suatu bahan karena berkaitan erat dengan struktur dalam bahan itu sendiri. Suatu bahan bila dipanaskan akan terjadi perubahan struktur yang mengakibatkan adanya perubahan dalam kapasitas panas atau energi termal bahan tersebut. Teknik analisa termal digunakan untuk mendeteksi perubahan fisika penguapan atau kimia dekomposisi suatu bahan salah satunya adalah menggunakan metode differential thermal analysis DTA Yudi, 2012. Analisa termal dengan DTA merupakan metode dimana suhu dari sampel dibandingkan dengan material referensi selama perubahan suhu terprogram. Suhu sampel dan referensi akan sama apabila tidak terjadi perubahan, namun pada saat terjadinya beberapa peristiwa termal, seperti pelelehan, dekomposisi atau perubahan struktur sampel, suhu dari sampel dapat berada di bawah apabila perubahannya bersifat endotermik ataupun di atas apabila perubahan bersifat eksotermik suhu referen Yudi, 2012. Gambar 3.7. Alat DTA untuk metode analisa termal 43 Sample holder terdiri dari termokopel yang masing-masing terdapat pada material sampel dan reference. Termokopel ini dikelilingi oleh sebuah blok untuk memastikan tidak ada kebocoran panas. Sampel ditaruh di kubikel kecil dimana bagian bawahnya dipasangkan termokopel diletakkan sedemikian rupa agar bersentuhan dengan sampel dan material referensi. Gambar 3.8 menunjukkan skematis dari alat DTA untuk mengkarakterisasi sampel Klanak et al., 2009. Gambar 3.8. a. Skema alat DTA untuk tempat sampel, b. Plot grafik hasil DTA Tahapan kerja DTA diawali dengan memanaskan heating block dan dipastikan bahwa ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik dan dipasangkan pada sample holder. Selanjutnya termokopel ditempatkan bersentuhan secara langsung dengan sampel dan material referensi. Temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan temperatur sampel dan material referensi. Apabila pada termokopel tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara sampel dan material referensi, maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia pada sampel. Apabila ada perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi adanya ΔT Klanak et al., 2009. Pada Gambar 3.8a diperlihatkan pengaturan yang digunakan pada DTA. Sampel dan referen ditempatkan bersebelahan dalam heating block yang dipanaskan ataupun didinginkan pada laju konstan. Termokopel identik ditempatkan pada keduanya dan dikoneksikan. Ketika sampel dan referen berada pada suhu yang sama, output bersih dari pasangan termokopel ini akan sama dengan nol. 44 Pada saat suatu peristiwa termal berlangsung pada sampel, perbedaan suhu ΔT timbul antara keduanya yang kemudian terdeteksi dari selisih tegangan dari kedua termokopel. Baseline horizontal, menunjukkan ΔT=0, sedangkan penyimpangan dari baseline akan berupa puncak yang tajam sebagai akibat dari berlangsungnya peristiwa termal pada sampel Gambar 3.8b. Instrumen DTA komersial dapat digunakan pada range suhu - 190 o C sampai 1600 o C. Ukuran sampel biasanya kecil, beberapa miligram, sehingga mengurangi pemunculan masalah akibat gradien termal dalam sampel yang dapat mengurangi sensitivitas dan akurasi. Laju pemanasan dan pendinginan biasanya berada pada range 1 sampai 50 o Cmenit. Pada penggunaan laju yang lebih lambat, sensitivitas akan berkurang karena ΔT bagi peristiwa termal tertentu akan menurun dengan menurunnya laju pemanasan Yudi, 2012. Untuk analisa termal film kitosan - CMC, sampel yang digunakan untuk karakterisasi ditampilkan pada gambar di bawah ini: Gambar 3.9. Sampel film kitosan - CMC 45

3.5.4 Analisa Gugus Fungsional Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC