Analisa Gugus Fungsional Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan

66 Dari grafik hasil pengujian DTA diketahui tahapan pertama, diberikan oleh puncak maksimum pertama untuk proses perubahan termal film yang di awali pada suhu 105 o C - 120 o C yang menunjukkan proses endoterm dimana film mulai menyerap panas. Puncak kedua maksimum pada 270 - 285 o C merupakan tahapan kedua perubahan termal yang ditandai adanya reaksi eksoterm dimana rantai molekul penyusun film mulai putus. Tahapan terakhir proses ini merupakan proses eksoterm yang terjadi pada kisaran suhu 510 o C - 590 o C, dimana serapan panas oleh film menyebabkan putusnya rantai molekul film. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa tahapan termal film kitosan - CMC pada dasarnya sama namun adanya penambahan variasi massa CMC pada bahan dasar pembuatan film mempengaruhi kondisi termal film yang dihasilkan namun tidak terlalu signifikan. Tingginya kelarutan kitosan dengan bertambahnya CMC berarti bahwa ikatan molekul kitosan dalam pelarutnya semakin kuat sehingga dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk memutus rantai ikatan tersebut.

4.3.3 Analisa Gugus Fungsional Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan

Fourier Transform Infra Red FTIR Karakterisasi kandungan kimia pada film kitosan - CMC menggunakan metode FTIR menunjukkan puncak - puncak vibrasi tertentu dari bahan yang digunakan untuk pembuatan film berdasarkan khas gugus fungsionalnya. Gambar 4.20. Analisa FTIR film kitosan tanpa penambahan CMC 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 650.0 60.9 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102.3 cm-1 T chitosan 3275 1636 1556 1408 1152 1067 1025 2881 1322 1261 895 1375 67 Gambar 4.21. Analisa FTIR film kitosan dengan 0,01 g CMC Gambar 4.22. Analisa FTIR film kitosan dengan 0,05 g CMC 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 650.0 74.1 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 103.5 cm-1 T CMC 0.01 3274 1558 1408 1153 1021 2886 1641 1375 1069 900 761 713 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 650.0 65.9 68 70 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102.9 cm-1 T CMC 0.05 3273 1645 1550 1408 1151 1022 2901 1373 1069 943 897 761 698 657 1325 1256 68 Gambar 4.23. Analisa FTIR film kitosan dengan 0,1 g CMC Gambar 4.24. Analisa FTIR film kitosan dengan 0,5 g CMC 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 650.0 70.0 72 74 76 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 103.4 cm-1 T CMC 0.1 3280 2929 1551 1407 1152 1020 2349 1638 1322 1072 950 897 756 708 4000.0 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 650.0 77.3 78 80 82 84 86 88 90 92 94 96 98 100 102 103.3 cm-1 T 3274 1559 1407 1152 1019 662 761 1259 1370 1635 1974 2926 1327 1072 69 Pada spektra IR film kitosan murni yang dikarakterisasi muncul pita serapan pada bilangan gelombang 3273 cm -1 yang tumpang tindih antara vibrasi rentang gugus -OH dan -NH. Pita serapan pada bilangan gelombang 2881 cm -1 menunjukkan vibrasi rentangan C-H dari alkana yang diperkuat dengan munculnya serapan pada bilangan gelombang 1408 cm -1 . Spektra IR kitosan juga memunculkan vibrasi C=O dari amida sekunder pada bilangan gelombang 1636 cm -1 dan vibrasi -NH amida sekunder pada bilangan gelombang 1556 cm -1 . Pita serapan dari rentangan C-H asimetris dari CH 3 muncul pada bilangan gelombang 1375 cm -1 dengan intensitas yang lebih rendah dan vibrasi rentangan C-N amina teridentifikasi pada bilangan gelombang 1322 cm -1 dan 1261 cm -1 pada intensitas yang lebih rendah juga. Pita serapan tajam C-O asimetris teridentifikasi dibilangan 1152 cm -1 . Pita serapan tajam pada bilangan gelombang 1069 cm -1 dan 1021 cm -1 merupakan vibrasi C-O alkohol primer. Vibrasi sedang dari CH 3 muncul pada gelombang 895 cm -1 . Hasil ini bersesuaian dengan yang pernah dilakukan oleh Reem et al., 2013, Asep 2011, Mourya et al., 2010 dan Taufiqur dkk., 2009 yang juga melakukan karakterisasi membran kitosan. Hasil ini dibandingkan dengan film kitosan dengan penambahan variasi massa CMC. Pada dasarnya spektra IR-nya menunjukkan gugus fungsional yang relatif sama. Ini dikarenakan penambahan CMC dalam hal ini sebagai zat tambahan yang berarti bahwa keberadaan CMC tidak serta merta merubah struktur kimia larutan kitosan ataupun film kitosannya. Ini bersesuaian dengan hasil karakterisasi FTIR yang ditampilkan pada Gambar 4.21 - 4.25. Perubahan spektra IR film kitosan ditunjukkan pada penambahan 0,1 dan 0,5 g CMC. Penambahan CMC pada kitosan seiring dengan bertambahnya jumlah pita serapan baru yang muncul yang merupakan perpanjangan dari pita serapan kitosan murni sebagai bahan utama pembuatan film. Seperti munculnya rentangan NH dari amida pada bilangan gelombang 2349 cm -1 dan 1974 cm -1 , vibrasi pembentukan NH 2 dari amida primer yang muncul pada bilangan gelombang 713 cm -1 pada sensor dengan pure chitosan dan 708 cm -1 pada sensor dengan CS - CMC 0,01 wv dan bergeser ke bilangan gelombang 696 cm -1 pada sensor CS - CMC 0,05 wv, 657 cm -1 pada sensor dengan CS - CMC 0,1 wv dan 662 cm -1 pada sensor CS - CMC 0,5 wv Tabel 4.4. 70 Hasil - hasil ini menunjukkan bahwa penambahan CMC hingga 0,05 g pada kitosan belum memberikan perubahan struktur yang berarti pada film kitosan, artinya CMC yang ditambahkan masih berfungsi sebagai zat aditif untuk tujuan perbaikan. Sedangkan penambahan 0,1 g dan 0,5 g CMC mulai menunjukkan perubahan pada struktur film kitosan yang terbentuk. Ini ditandai dengan munculnya pita serapan baru yang menyatakan gugus fungsional bawaan CMC. Yang berarti bahwa CMC sudah tidak berfungsi sebagai zat tambahan seperti tujuan awal penggunaan CMC tersebut.

4.3.4 Analisa Hasil Pengukuran Absorbansi Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC dengan