Analisa Sifat Absorbansi Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC

46 Identifikasi dengan FTIR dalam penelitian ini dilakukan terhadap film kitosan - CMC sampel Gambar 4.9 maka analisa spektrum difokuskan pada sejumlah gugus fungsional tertentu yang biasanya bersesuaian dengan bahan dasar film. Berikut adalah daftar pengecekan utama terhadap gugus-gugus fungsional tersebut Dewi, 2007. Tabel 3.7. Daftar gugus fungsional utama untuk kitosan No Jenis Gugus Analisa 1 Karbonil Gugus C=O memberikan serapan yang kuat dalam daerah 1820 - 1660 cm -1 5,50 - 6,1 m. Puncak tersebut sering merupakan puncak yang paling kuat dalam spektrum. 2 C=O Amida ada, maka harus diperhatikan tipe senyawa jika tidak ada maka langsung pada no.3 Serapan dengan kenampakan medium dekat 3500 cm -1 kadang- kadang muncul sebagai puncak rangkap. 3 Hidroksi Serapan sedang dekat 3500 cm -1 dan 3200 cm -1 4 Amin, perhatikan terhadap NH Amina primer Serapan medium dekat 3500 cm -1 Serapan medium dekat 1640 cm -1 - 1550 cm -1

3.5.5 Analisa Sifat Absorbansi Film Kitosan dan Film Kitosan - CMC

Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible Vis. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, yakni: sumber cahaya UV 190 nm - 380 nm dan sumber cahaya visible 380 nm 780 nm. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna Gambar 3.9 Iis dkk., 2012. 47 Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis tunggal. Berkas- berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap diabsorbsi dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif Wocono, 2013. Gambar 3.11. Skema bagian dari alat spektroskopi UV-Vis Interaksi antara energi cahaya dan molekul dalam serapan cahaya molekul dalam spektrum UV-VIS dapat juga dinyatakan sebagai energi gap yang ditentukan berdasarkan panjang gelombang maksimum yang dihasilkan puncak absorbsi dari hasil uji UV-VIS spectroscopy tersebut yang secara matematis dituliskan dengan: E g = hv = h c λ 3.3 48 Dengan E g adalah energi gap eV, h adalah tetapan planck sebesar 6,64 x 10 -34 J dan v sebagai frekuensi gelombang Hz Husni, 2012. Absorbansi terjadi pada saat foton bertumbukan langsung dengan atom- atom pada suatu material. Absorbansi menyatakan banyaknya cahaya yang diserap oleh suatu lapisan tipis dari total cahaya yang dilewatkan pada lapisan tipis tersebut. Absorbansi A suatu larutan dinyatakan sebagai persamaan, A = − log T = − log I 1 I o 3.4 dengan A adalah absorbansi, T adalah transmitansi, I o adalah berkas cahaya datang Wm 2 , dan I 1 adalah berkas cahaya keluar dari suatu medium Wm 2 . Absorbansi lapisan tipis bertambah dengan penguatan energi cahaya. Bila ketebalan benda atau konsentrasi materi yang melewati cahaya bertambah, maka cahaya akan lebih banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan d. Koefisien absorbansi α merupakan rasio antara absorbansi A, dengan ketebalan bahan d yang dilintasi cahaya. Sehingga dapat ditulis dalam bentuk persamaan 3.5 dan 3.6 di bawah ini Micheal, 2008. α = A d 3.5 d = λ 1 λ 2 2n λ 1 − λ 2 3.6 3.6 Analisa Statistik Data Listrik Sensor Aseton 3.6.1 Analisa Regresi Linier