memperbaiki hasil pekerjaanya tentu tahu dimana dia harus menambah atau mengurang.
Dari penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan aspek disposisi matematik yang menjadi bahasan
dalam penelitian ini, yaitu: 1 ketertarikan, mencangkup semangat dalam belajar dan aktif mengajukan pertanyaan, 2 kepercayaan diri siswa, mencangkup percaya
akan kemampuan yang dimiliki, dan kepercayaan diri dalam mengungkapkan pendapat, 3 kegigihan dan ketekunan, mencangkup tidak pantang saat
menemukan masalah dan mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya, 4 fleksibel, mencangkup bekerja sama dan berbagi pengetahuan serta menggunakan beragam
strategi dalam menyelesaikan masalah, dan 5 berpikir metakognitif, mencangkup mengetahui apa yang diketahui dan apa yang akan dilakukan dalam
menyelesaikan masalah, mendeskripsikan proses penyelesaian masalah dan memeriksa kembali hasil kerja.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Sebagai bahan penguat penelitian mengenai peningkatan disposisi matematik siswa dengan model pembelajaran SSCS, penulis mengutip beberapa
penelitian yang memberikan informasi bahwa model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan sikap positif matematik di antaranya:
1 Penelitian Irwan 2010 dengan judul Pengaruh Pendekatan Problem Solving model Search, Solve, Create and Share SSCS dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Penalaran matematik Mahasiswa Matematika. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran SSCS memeberikan pengaruh yang
signifikan dalam meningkatnya kemamapuan penalaran mahasiswa. Peneliti juga menjelaskan bahwa selain dapat meningkatkan penalaran matematik,
model SSCS dapat meningkatkan semangat,aktifitas dan kerjasama sehingga tercipta sikap positif siswa dalam matematika.
23
2 Penelitian Ratna Nurhayati pada skripsinya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share SSCS untuk Meningkatkan
23
Irwan,op.cit h.10.
Kemampuan Pemecahan MasalahMatematik Siswa SMP” Hasil penelitian menginformasikan bahwa dengan penerapan SSCS kemampuan pemecahan
matematika siswa meningkat, danpada umumnya siswa SMP tertarik jugamemberikan sikap positif terhadap matematika.
24
Selain penelitian tetang model SSCS yang dapat meningkatkan sikap posistif siswa terhadap matematika peneliti juga mengutip beberapa penelitian
yaneg memberikan informasi bahwa pembelajaran berbasispemecahan masalah dapat meningkatkandisposisi matematik, antara lain:
1 Penelitian Mumun Syaban dengan judul Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran
Investigasi. Hasil penelitian Mumun ini menunjukan bahwa daya matematik dan sisposisi siswa yang mendapat pembelajaran investigasi jauh lebih baik
dari siswa SMA yang mendapat pembelajaran konvensional.
25
2 Penelitian Novita Yuanari pada skripsisnya yang berjudul Penerapan Strategi TTW Think-Talk-Write Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa Kelas VIII SMPN 5 Wates Kulonprogo menunjukan bahwa banyak siswa mengalami peningkatan
kemampuan pemecahan masalah. Adapun mengenai disposisi matematik siswa, penelitian menunjukan bahwa pada siklus I disposisi matematik siswa
masih perlu ditingkatkan, dan pada siklus II baru terlihat bahwa disposisi meningkat setelah belajar dengan strategi TTW.
26
3 Penelitian Karlimah pada desertasinya yang berjudul “Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah serta Disposisi Matematik
Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”.Penelitian menunjukan bahwa kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah serta
24
Ratna Nurhayati, op cit, h.61.
25
Mumun Syaban, “Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematik Siswa Sekolah Menengah Atas Melalui Pembelajaran Investigasi”, Jurnal Pendidikan Educationist vol.
III No. 2, Juli 2009.h.136.
26
Novita Yunarti, “Penerapan Strategi TTW Think-Talk-Write Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa Kelas VIII
SMPN 5 Wates Kulonprogo 2011
disposisi matematik mahasiswa dengan pembelajaran berbasis masalah jauh lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
27
.
4 Penelitian Sri Wardhani, Utari Sumarmo dan Izumi Mishitina dengan judul “Mathematical creativity and Disposition : Experiment with Grade-10
Students using Silver Inquiry Approach menunjukan bahwa tidak ada siswa yang memiliki disposisi negative setelah mengikuti pelajaran dengan
pendekatan Silver Inquiry yang merupakan pendekatan pemecahan masalah.
C. Pengajuan Konseptual Intervensi Tindakan
Pembelajaran matematika
tidak hanya
menitikberatkan kepada
kemampuan kognitif semata melainkan juga afektif mengingat bahwa reaksi afektif sebenarnya selalu menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aspek
kognitif seseorang.Saat siswa mengerjakan tugasnya dan mempelajari bagaimana menyelesaikan tugas tersebut mereka secara bersamaan mempelajari apakah
mereka suka atau tidak melakukakannya. Siswa mengatasi tugas-tugas sulit dengan lebih efektif ketika mereka menikmati apa yang mereka kerjakan, dan
kesuksesan tersebut kemudian membuat merka gembira dan bangga terhadap dirinya sendiri. Begitu sebaliknya, siswa mungkin akan merasa cemas dan frustasi
dalam mempelajari materi dan mengembangkan rasa tidak senang atau sikap negatif.
28
. Lebih lanjut, selain reaksi afektif yang dijelaskan di atas, disposisi
matematik juga berkaitan dengan bagaimana siswa berpikir dan betindak dalam bermatematika. Oleh sebab itu disposisi matematik merupakan hal penting yang
diperlukan siswa dalam proses pembelajaran dan sebagai modal untuk menjadi ploblem solver yang handal baik di dalam kelas dan kehidupan sehari-hari.
Sampai saat ini peserta didik masih menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit sehingga mempengaruhi kepada pandangan dan
27
Karlimah ,Pengembangan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah serta Disposisi
Matematik Mahasiswa
PGSDmelalui Pembelajaran
Berbasis Masalah”,
disertasiFMIPA UPI, 2012, respository UPI.
28
Jeanne Ellis Ormrod, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Erlangga, 2009.h.78
tindakannya terhadap matematika. Pandangan dan tindakan yang negatif tersebut membuat siswa tidak senang dalam mempelajari matematika yang kemudian
mengakibatkan mereka tidak sepenuhnya memahami konsep yang dipelajari apalagi merasakan manfaat matematika itu sendiri. Hal ini jelas menunjukan
bahwa tujuan pembelajaran matematika yang ideal belum tercapai. Belum tercapainya tujuan pembelajaran metematika si atas seyogyanya
perlu diperhatikan oleh pelajar dan pengajar dalam proses pembelajaran.Guru yang memiliki tugas utama dalam keterlaksanaan proses pembelajaran harus lebih
memperhatikan tujuan yang ideal tersebut, yang salah satunya dengan merancang skenario pembelajaran sedemikian rupa sehingga disposisi matematik siswa bisa
tumbuh dan berkembang. Berdasarkan paparan kajian teori dan penelitian yang dijadikan rujukan di
atas, diasumsikan bahwa salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan disposisi matematik adalah pendekatan berbasis masalah. Pada proses
pembelajaran berbasis masalah siswa diberikan sebuah permasalahan di mana mereka harus memahami dan menyelesaikannya sehingga siswa terbiasa dengan
kegiatan berpikir matematika. Pada proses memahami dan menyelesaikan masalah tersebut siswa diberi kesempatan untuk mengenal lebih jauh tentang
aplikasi matematika, mereka terbiasa berpikir kritis, cermat, objektif serta terbuka.Siswa dilatih untuk bekerja secara aktif dan mandiri.Bekerja secara aktif
dan mandiri dalam menyelesaikan masalah membuat siswa berpikir dan berhati- hati dalam bertindak dan mengambil keputusan dengan pengalam lama dan
informasi yang baru mereka temukan,saat siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuannya sendiri timbulah kepercayaan diri dan sikap
positif terhadap matematika.
29
Model pembelajaran SSCS Search, Solve, Create and Share merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Dengan
demikian diasumsikan pula bahwa dengan tahapan kegiatan pada proses
29
Erna Suwangsih dan Tiurlina ,Model Pembelajaran Matematika, Bandung, UPI: 2006, h. 128.