2 Bagi siswa 1 Memperoleh pengalaman langsung dalam menyelesaikan masalah,
2 Mempelajari dan menguatkan pemahaman konsep dengan pembelajaran bermakna,
3 Mengolah informasi secara mandiri, 4 Menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi
5 Mengembangkan berbagai metode dengan kemampuan yang telah dimiliki 6 Meningkatkan rasa ketertarikan
7 Bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran dan hasil kerja 8 Bekerja sama dengan siswa yang lain
9 Mengeintegrasikan kemampuan dan pengetahuan. Dari beberapa penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa pada
pembelajaran SSCS, siswa dibimbing untuk mencari apa yang mereka butuhkan dalam belajar dan memperluas pengetahuan mereka sendiri sehingga mengalami
proses pembelajaran bermakna.SSCS juga digunakan untuk membuat pembelajaran lebih terfokus pada siswa atau disebut dengan pembelajaran aktif.
Guru lebih sedikit meberikan ceramah dan siswa lebih banyak berdiskusi, dan bereksplorasi. Model pembelajaran tersebut sangatlah ideal untuk dikembangkan
dalam pembelajaran matematika. Teori yang mendasari model pembelajaran SSCS adalah teori
konstruktivismePiaget yang menjelaskan bahwa proses dibangunnya sebuah pengetahuan dari stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke dalam struktur pikiran. Sedangkan akomodasi adalah proses membentuk atau
memodifikasi struktur pikiran karena adanya informasi baru yang tidak dapat diasimilasi. Dengan demikian dalam proses asimilasi, seseorang hanya
memperoleh pengetahuan baru tetapi tidak menambahkan kualitas pengetahuan, sedangkan pada proses akomodasi kualitas pengetahuan seseorang akan
bertambah.
7
7
Eman Suherman dkk, strategi pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: JICA Press, 2003, h.36.
Berangkat dari pemahaman bahwa pengetahuan seseorang diperoleh dari konstruksi pengalaman dan rekonstruksi pengetahuan, Slavin menjelaskan bahwa
teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan dan membangun sendiri pengetahuan
mereka.Ia juga menjelaskan bahwa “konstruktivisme adalah proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menekankan pada aktivitas siswa mengkonstruksi
pengetahuan dalam benaknnya sendiri”.
8
Peranan guru dalam pembelajaran konstruktivisme bukan untuk memberikan jawaban akhir kepada siswa tetapi
sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa untuk memebentuk pengetahuannya sendiri.Siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga
memperoleh sendiri pemahamannya tentang suatu konsep dengan aktivitas- aktivitas yang dikerjakan.
Berikut merupakan
prinsip-prinsip yang
sering diambil
dari konstruktivisme:
9
1 Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif, 2 Fokus dalam proses belajar terletak pada siswastudent centered
3 Mengajar dalah membantu siswa belajar 4 Fokus terhadap proses belajar bukan hasil
5 Menekankankan partisipasi siswa 6 Guru berperan sebagai fasilitator
Selanjutnya dikatakan bahwa dalam pembelajaran konstruktivisme, aktivitas matematika mungkin terwujud dengan masalah yang menantang, diskusi
kecil dan diskusi kelas atau bisa dikatakan bahwa proses pembelajaran dalam konstruktivisme merupakan problem centered approach.
10
Sejalan dengan prinsip dan pendapat tersebut makan terlihat bahwa model pembelajaran problem solving
SSCS berorientasi pada teori pembelajaran konstruktivisme.
8
Ratna Nurhayati, loc cit.
9
Ibid
10
Eman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung : UPI,2002
2. Penerapan SSCS dalam Pembelajaran Matematika
Penerapan SSCS dalam pembelajaran matematika artinya melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi SSCS.Salah satu contoh
penggunaan model SSCS dalam pembelajaran matematika disampaikan oleh Irwan dalam tulisannya sebagi berikut:
1 Search menyelidiki masalah. Dalam tahapan ini siswa memahami soal atau kondisi yang diberikan dengan menggali informasi mengenai apa yang
diketahui, yang tidak diketahui dan apa yang ditanyaakan, membuat pertanyaan-pertanyaan kecil sehingga timbul sebuah ide untuk dijadikan
fokus dalam penyelesaikan masalah. 2 Solve merencanakan penyelesaian masalah yang telah ditemukan. Dari data
yang telah ditemukan dalam tahap search siswa diberikan kesempatan membuat beberapa dugaan hipotesisa alternatif untuk memecahkan masalah
kemudian merencanakan penyelesaikan masalah dengan metode yang telah dipilih.
3 Create menyelesaiakn masalah. Siswa menciptakan produk atau membuat formula sebagai cara untuk menyelesaikan masalah berdasarkan hipotesis
pada tahap sebelumnya, memeriksa kembali hasil temuannya kemudian menyajikan laporan solusi penyelesaian masalah tersebut sekreatif mungkin
untuk dikomunikasikan kepada teman yang lain. 4 Share
mengkomunikasikan hasil
penyelesaian. Setelah
siswa menyelesaikan dan membuat laporan solusi penyelesaian masalah, siswa
diminta untuk menjelaskan hasil kerja mereka kepada guru dan teman- temanya untuk umpan balik dan evaluasi.
Dengan mengacu pada teori-teori yang telah diuraikan sebelumnya,secara umum langkah pembelajaran dengan model pemecahan masalah SSCS yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pendahuluan
1 Guru menyiapkan materi pokok dan Lembar Kegiatan Siswa LKS. 2 Guru melakukan apersepsi.
3 Guru menjelaskanproses pembelajar dengan SSCS. 4 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
5 Guru memberikan motivasi. b. Kegiatan Inti
1 Guru memberikan permasalahan atau situasi terkait materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam LKS.
2 Siswa memperhatikan dan mendengarkan secara aktif penjelasan dan istruksi dari guru.
Search
3 Siswa diminta untuk mencari dan menuliskan informasi apa yang diketahui dari masalah atau situasi yang diberikan
4 Siswa menganalisa informasi yang telah ditemukan dan menyimpulkan masalah atau situasi yang dihadapi
Solve
5 Siswa mencari dan memilih informasi yang berkaitan dengan pertanyaan dalam masalah atau situasi yang diberikan kemudian
6 Menyelesaikan masalah atau situasi yang diberikan
Create
7 Siswa diminta untuk membuat produk yang berkaitan dengan masalah atau situasi yang diberikan dalam LKS.
8 Siswa membuat laporan penyelesaian tersebut dengan sekreatif mungkin
Share
9 Siswa mempresentasikan proses penyelesaian msalah secara individual atau kelompok di depan kelas.
10 Individu atau kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya atau memberikan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok tersebut.
SSCS terlaksana 11 Guru dansiswa melakukan membuat kesimpulan mengenai solusi dari
sebuah permasalahan yang diberikan dan materi yang dipelajari. 12 Siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki hasil penyelesaian setelah
pengambilan kesimpulan.
Guru c. Kegiatan Penutup
1 Memberikan tugas individual kepada siswa. 2 Guru memberikan informasi tentang pembelajaran dipertemuan yang akan
datang. Berikut adalah desain pembelajaran dengan model problem solving SSCS
yang diterapkan dalam penelitian ini:
Gambar 1. Desain Pembelajaran dengan SSCS
3. Disposisi Matematik
Terdapat delapan kompetensi yang diharapkan muncul setelah peserta didik belajar matematika, yaitu :1 pemahaman konsep, 2 penalaran adaptis, 3
penguasaan prosedur, 4 penguasaan komunikasi, 5 penguasaan koneksi, Masalah atau kondisi
Proses pembelajaran dengan SSCS
Membaca LKS dan mencari informasi
Search
Solve
Menyelesaikan masalah yang
diberikan
Create
Membuat laporan penyelesaian yang
akan dipresentasikan
Share
Mempresentasikan hasil penyelesaian di
depan kelas
6 kompetensi
strategis, 7
pemecahan masalah
dan 8
disposisi produktif.
11
.
Kompetensi tersebut secara umum bisa kita kelompokan menjadi dua, kompetensi kognitif yang mencangkup kompetensi pertama sampai ke-tujuh dan
disposisi matematik sebagai kompetensi afektif. Salah satu kompetensi yang diharapkan muncul setelah siswa mempelajari
matematika di atas adalah disposisi produktif.Disposisi matematik itu sendiri diungkapkan oleh Suhendra merupakan kemampuan untuk selalu memandang
matematika secara positif, menguntungkan dan bermanfaat.
12
Individu yang memiliki disposisi yang baik akan mencari hal positif pada matematika meskipun
dia menemukan kesulitan dalam matematika itu sendiri karena dia meyakini bahwa apa yang dipelajari dari matematika selalu bisa digunakan baik dalam
proses pembelajaran atau dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sementara Utari menjelaskan bahwa disposisi matematik diartikan sebagai
keinginan, kesadaran, dan dedikasi yang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
13
Siswa dengan disposisi matematik yang baik merasa kegiatan matematika seperti memahami
serta memecahkan masalah matematika merupakan hal yang tidak sukar lagi karena dia sudah terbiasa melakukannya. Dalam proses pembelajaran siswa akan
terlihat nyaman dalam mempelajari matematika, tidak ada rasa cemas saat menemui kesulitan dalam memahami materi atau menyelesaikan masalah.
Sejalan dengan kedua pendapat di atas Katz lebih khusus mendefinisikan disposisi sebagai kecenderungan untuk berperilaku secara sadar, teratur, dan
sukarelauntuk mencapai tujuan tertentu. Dalam konteks pembelajaran matematika disposisi matematik mathematical disposition berkaitan dengan bagaimana sikap
siswa menyelesaikan masalah matematik, apakah percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian
11
Suhendra dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta: UT. 2007, h.7.21.
12
Suhendra, op cit, h.7.23
13
Rochman Natawidjaja dkk ed, Rujukan filsafat, Teori dan Praktis Ilmu Pendidikan, Bandung : UPI Press. 2008, h.684.