Proses penekanan kayu randu
Blomberg et al., 2006; Darwis, 2008.Pelunakan kayu terjadi pada dua tahap yaitu pelunakan lignin saat tercapai suhu transisi gelas Tg sebesar 83
C dan dekomposisi hemiselulosa dinding sel menjadi monomer gula pada suhu sekitar
180 C Amin dan Dwianto, 2006; Stamm, 1964; Wardhani et al., 2006 akibatnya
tegangan yang tersimpan dalam mikrofibril dilepaskan oleh pemecahan dinding sel polimer. Transisi gelas Tg adalah perubahan karakteristik kayu di mana kayu
mempunyai sifat-sifat yang lebih condong seperti karet sehingga memungkinkan untuk dibentuk atau dilengkungkan dengan energi yang lebih rendah dan kerusakan
yang lebih kecil Bodig dan Jayne, 1982 dalam Darwis, 2008.
Gambar 18 Lignin Lignin merupakan senyawa kimia kompleks yang terdapat di dalam kayu
yang tersusun dari monomer fenilpropan dan memiliki struktur kimia yang
47
bercabang serta berbentuk polimer 3 dimensi Gambar 18.Lignin mengisi ruangan- ruangan di dalam dinding sel antara selulosa, hemiselulosa dan pektin.Karena
ukuran dan strukturnya 3 dimensi bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi kayu sehingga dapat mengikat serat dan memberikan
kekerasan struktur.Unit fenilpropan C9 atau C6C3 di dalam lignin dihubungkan oleh ikatan C-C dan eter.
Gambar 19 Tipe ikatan yang terdapat di dalam lignin
Selama proses penekanan, lignin yang merupakan polimer berikatan silang cross-link akan melunak atau mengalir dan mengisi ruang matriks di dalam kayu
karena pengaruh tekanan uap panas Amin dan Dwianto, 2006. Sebagian besar lignin memiliki ikatan β-O-4 phenylpropane β-aryl ether dan 5-5 Biphenil and
dibenzodioxocin jika dilakukan penekanan maka ikatan tersebut akan putus dan akan menempati ruangan-ruangan di dalam dinding sel sehingga kayu dapat ditekan
dan mudah dibentuk Gambar 19.
48
Kayu dengan densitas 0,250 gcm
3
tidak mengalami pengembangan tebal sedangkan kayu dengan densitas 0,736 gcm
3
mengalami pengurangan tebal sebesar 72,67 Gambar 20. Menurut Wardhani dkk.2006, penekanan dilakukan secara
bertahap untuk menghindari kerusakan pada sel kayu karena bila tekanan diberikan secara mendadak maka dapat menyebabkan noktah atau dinding sel pecah. Oleh
sebab itu diperlukan waktu tekan yang lebih lama sebagai pengeringan lanjutan yang disebut drying set Amin dan Dwianto, 2006. Drying set merupakan usaha
untuk mengeluarkan air yang terikat dari dinding sel kayu tetapi tetap menahan kayu dalam deformasi permanen tanpa merusak struktur kayu Amin dan Dwianto,
2006; Darwis, 2008.
Gambar 20 Kurva hubungan antara densitas dengan pengurangantebal.
Tahap fiksasi merupakan tahap akhir dari proses pemadatan. Pada tahap ini, kayu yang telah ditekan tidak mengalami perubahan ke bentuk semula atau bersifat
permanen Amin dan Dwianto, 2006; Darwis, 2008; Inoue and Norimoto,
10 20
30 40
50 60
70 80
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8
P eng
ura ng
a n
k et
eba la
n
Densitas grcm3
49
1991.Tetapi jika fiksasi yang terjadi belum sempurna, maka kayu akan dapat kembali ke bentuk dan ukuran semula bila mendapat pengaruh kelembaban dan
perendaman ulang Darwis, 2008; Kawai and Sasaki, 1996. Hal ini dikarenakan adanya ikatan hidrogen. Gugus hidroksil dalam selulosa masih dapat berikatan
dengan uap air yang terdapat di udara sehingga kayu dapat kembali ke kondisi semula