Proses polimerisasi pada pelapisan permukaan

melakukan reaksi Norris tipe I Gambar 25, di mana terjadi pemecahan homolitik antara gugus karbonil dan atom karbon α terdekat yang menghasilkan dua spesi radikal Holman and Oldring, 1988.Urutan stabilitas radikal bebas, tepat seperti urutan stabilitas karbokation, meningkat dari metil ke tersier.Radikal bebas antara distabilkan oleh antaraksi dengan ikatan-ikatan sigma tetangganya, mungkin dengan konjugasi. Suatu pemutusan ikatan untuk menuju ke suatu radikal bebas yang lebih stabil membutuhkan energi yang lebih rendah ketimbang pemutusan yang menuju ke radikal yang kurang stabil energi yang lebih rendah.Atom karbon tersier memiliki struktur yang lebih stabil sehingga energi disosiasinya lebih kecil dibandingkan atom karbon primer. Pada tahap inisiasi dimulai dengan radikal bebas I• yang telah terbentuk dapat menginisiasi monomer M menjadi monomer radikal I-M • Inisiasi. Gambar 25 Reaksi pembentukan radikal bebas 2,2-dimetil-2-hidroksi asetofenon Darocure 1173. Monomer radikal selanjutnya dapat berpropagasi dengan monomer lain Mn membentuk rantai polimer radikal yang panjang I-Mn-M •.Tahap ini dinamakan propagasi. I- M• +Mn ---- I-Mn-M• Proses propagasi akan berhenti jika polimer-polimer radikal saling bergabung menjadi polimer yang stabil R-R Tahap terminasi. I-Mn- M• + M• ---- M-M Lapisan polimer yang terbentuk merupakan reaksi ikatan silang poliester dengan stirena Gambar 26. Stirena sebagai crosslinking agentakan berikatan dengan kerangka poliester tak jenuh pada ikatan rangkap asam fumarat sehingga akan terjadi ikatan silang antara stirena dengan poliester. Polimer yang berikatan silang termasuk ke dalam polimer termoset. Polimer termoset merupakan polimer yang apabila dipanaskan tidak akan berubah bentuk lagi. 53 54 Gambar 26 Reaksi ikatan silang poliester dengan stirena. Polimer yang mengalami ikatan silang dapat meningkatkan kekuatan kayu randu yang terlapisi.Kayu yang telah terlapisi oleh polimer lebih tahan terhadap gangguan dari luar, misalnya noda, cuaca dan gangguan dari serangga dan rayap pemakan kayu. 55 4.5 Pengujian lapisan permukaan 4.5.1 Kilap Kilap merupakan perbandingan intensitas cahaya yang dipantulkan terhadap intensitas cahaya yang datang pada suatu bahan.Intensitas cahaya yang dipantulkan dapat berkurang oleh penyerapan absorption lapisan permukaan dan penghamburan scattering dengan adanya pigmen Holman and Oldring, 1988; Rosyid, 2008.Intensitas sinar yang dipantulkan dihitung oleh detektor untuk dibandingkan dengan intensitas sinar datang Gambar 27. Gambar 27 Keadaan refleksi pada lapisan bawah dan lapisan atas Holman and Oldring 1988 Kilap lapisan permukaan yang terbentuk setelah diiradiasi sinar-UV ditentukan oleh besarnya kerapatan ikatan silang. Semakin tinggi kerapatan ikatan silang yang ada, semakin banyak jumlah sinar yang dipantulkan sehingga dihasilkan kilap yang lebih tinggi. Contoh uji yang memiliki tekstur permukaan yang lebih keras akan memiliki nilai kilap yang lebih besar dibandingkan contoh uji yang memiliki tekstur yang lunak. Hal ini dikarenakan intensitas sinar yang dipantulkan lebih besar pada contoh uji yang memiliki tekstur yang lebih keras.Tabel 5 menunjukkan hasil pengukuran kilap lapisan permukaan. 56 Tabel 5 Hasil pengukuran kilap lapisan permukaan Pengurangan tebal Fotoinisiator Kecepatan konveyor mmenit 1 2 3 1 30,33 38,00 29,00 2 55,67 37,50 40,50 3 52,67 37,50 52,67 30 1 30,67 17,83 15,00 2 27,00 35,00 29,50 3 46,50 52,33 38,17 75 1 24,50 16,50 16,17 2 40,50 24,17 17,50 3 43,00 28,17 33,33 Pengujian yang telah dilakukan dengan berbagai konsentrasi fotoinisiator, faktor-faktor yang memengaruhi nilai kilap, yaitu densitas kayu randu dan contoh uji yang digunakan untuk setiap perlakuan berbeda. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Danu et al., 2000 dalam pembuatan komposit dari bahan tandan sawit bahwa semakin tinggi kerapatan ikatan silang yang ada, semakin banyak jumlah sinar yang dipantulkan sehingga dihasilkan kilap yang lebih tinggi. Setelah dilakukan pengujian dengan berbagai konsentrasi fotoinisiator, faktor-faktor yang memengaruhi nilai kilap, yaitu densitas kayu randu, dan contoh uji yang digunakan untuk setiap perlakuan berbeda. Menurut Suhariyono et al., 1998, faktor-faktor yang memengaruhi hasil pengukuran kilap di antaranya adalah komposisi bahan pelapis, warna alami kayu, dan tebal lapisan. Fotoinisiator juga dapat memengaruhi pengukuran kilap.Fotoinisiator merupakan senyawa kimia yang melakukan inisiasi dengan bantuan radiasi-UV dan menghasilkan radikal bebas.Apabila konsentrasi 57 57 fotoinisiator semakin besar maka semakin banyak radikal yang terbentuk sehingga semakin banyak ikatan rantai polimer yang terbentuk tiap satuan waktu sehingga semakin banyak pula derajat ikatan silang yang terjadi Darsono dan Danu, 2008. Untuk terjadinya proses degradasi polimer relatif kecil karena energi yang dimiliki sinar-UV berkisar antara 75 –150 kkalmol. Hart et al., 2003.

4.5.2 Nilai Warna

Nilai warna pada lapisan permukaan dapat diukur dengan sistem Hunter, warna dari suatu materi merupakan gabungan dari L, a dan b. Nilai L menunjukkan nilai 0 untuk hitam hingga nilai 100 untuk mewakili putih. Nilai a menunjukkan nilai 0 untuk merah hingga nilai 100 untuk hijau.Nilai b menunjukkan nilai 0 untuk biru hingga nilai 100 untuk kuning. Gambar 28 Pengaruh kecepatan konveyor terhadap nilai warna pada pengurangan tebal 0, pada konsentrasi fotoinisiator 1, 2 dan 3. Contoh uji dengan lapisan permukaan yang telah diberi penambahan pigmen lebih didominasi nilai L yang mewakili warna putih Gambar 28.Nilaia 58

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Kulit Batang Kapuk Randu (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) Sebagai Penghambat Pembentukan Batu Ginjal Pada Tikus Putih Jantan

0 16 79

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

1 12 15

SKRIPSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 4 15

I. PENDAHULUAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 12 6

III. METODE PENELITIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 5 11

V. SIMPULAN DAN SARAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN RANDU (Ceiba pentandra (L.) Gaertn) TERHADAP Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA).

0 2 9

SINTESIS KARBON AKTIF DARI SERBUK KAYU RANDU (Ceiba pentandra) MENGGUNAKAN RADIASI GELOMBANG MIKRO DAN APLIKASINYA UNTUK MENJERAP METHYL VIOLET.

0 0 6

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK DAUN RANDU (Ceiba pentandra, Gaertn.) TERHADAP Staphylococcus epidermidis dan Shigella dysentriae.

0 0 15

SINTESIS KARBON AKTIF DARI SERBUK KAYU RANDU (Ceiba pentandra) MENGGUNAKAN RADIASI GELOMBANG MIKRO DAN APLIKASINYA UNTUK MENJERAP METHYL VIOLET -

0 0 1

SINTESIS KARBON AKTIF DARI SERBUK KAYU RANDU (Ceiba pentandra) MENGGUNAKAN RADIASI GELOMBANG MIKRO DAN APLIKASINYA UNTUK MENJERAP METHYL VIOLET -

0 0 5