commit to user 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan Pertanian
Mardikanto 1994, menjelaskan bahwa pembangunan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang ditujukan untuk memperoleh
kenaikan produksi pertanian dan untuk mempertinggi pendapatan. Produktivitas usaha tiap-tiap petani dengan jalan menambah modal dan
ketrampilan
skill
untuk memperbesar turut campur tangan manusia didalam perkembangan tumbuhan dan hewan. Sedangkan menurut
Hadisapoetra 1973, menyatakan bahwa dari definisi pembangunan pertanian telah dinyatakan bahwa tujuannya adalah peningkatan produksi
pertanian dan mempertinggi pendapatan dari produktivitas usaha tiap-tiap petani. Terjadinya proses pembangunan didalam bidang pertanian pada
pokoknya ditentukan oleh faktor-faktor modal, ketrampilan
skill
, tenaga, alam, kesediaan petani sendiri dan kebutuhan akan tambahan hasil
pertanian Pembangunan pertanian perlu lebih mengutamakan kegiatan
penyuluhan yang bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat petani, agar selalu siap dan mampu menguasai serta menerapkan setiap alternatif
inovasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas usahatani dan pendapatan petani, demi perbaikan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat Mardikanto, 1993. Soetrisno 1999 menjelaskan bahwa mayoritas penduduk negara-
negara yang sedang berkembang adalah petani. Demikian halnya dengan Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pecaharian sebagai
petani. Oleh karena itu, pembangunan pertanian haruslah merupakan tujuan utama. Mardikanto 1996 juga menjelaskan bahwa pembangunan
merupakan upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan perubahan- perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan perbaikan
7
commit to user 8
mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh partisipasi
masyarakatnya dengan menggunakan teknologi yang terpilih.
Mosher 1978, menyatakan bahwa pembangunan pertanian tidak bisa lepas dari penggunaan teknologi baru mengingat dinamika perubahan
preferensi konsumen akan produk pertanian yang cepat berubah. Lima faktor pokok yang perlu diperhatikan dan senantiasa perlu dipenuhi yaitu:
a. Adanya pasar produk pertanian,
b. Adanya teknologi yang selalu berubah yang dikuasai petani,
c. Adanya atau tersedia sarana produksi secara lokal,
d. Adanya insentif produksi bagi petani,
e. Adanya transport yang memadai.
2. Persepsi
Menurut Effendy 1990, persepsi adalah pengindraan terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungan pengindraan ini dipengaruhi
oleh pengalaman, kebiasaan dan kebutuhan. Selain itu pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya pikirannya dengan perbendaharaan untuk
memperkuat daya persepsinya. Sedangkan Rakhmat 1998, berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan kata lain persepsi ialah memberikan makna
pada rangsangan inderawi. Menurut pendapat Walgito 1997, persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya.
Namun proses itu tidak berhenti sampai disitu saja, melainkan stimulus itu dilanjutkan atau diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak dan
terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dan individu mengalami persepsi. Sedangkan
menurut Boedaken
et all
1975, menyatakan persepsi adalah proses yang kompleks, dimana kita memilih, mengatur, dan menginterprestasikan
commit to user 9
stimulus atau stimulasi sensor menjadi sebuah pandangan dunia yang sangat bermakna.
Chaplin 1974, menjelaskan bahwa didalam persepsi, orang yang mempersepsikan sesuatu sadar terhadap objek-objek atau kejadian di
lingkungannya dan tidak selalu dapat dengan mudah untuk dipengaruhi. Selain itu, kesadaran ini berarti bahwa seseorang mempunyai keyakinan
untuk melihat objek berdasarkan karakter setiap kejadian, situasi, waktu dan tempat. Gilmer 1975 menjelaskan bahwa pengalaman masa lalu
mempengaruhi persepsi. Mengabaikan pengalaman masa lalu seseorang sama saja dengan mengabaikan hal pokok yang paling menentukan
persepsi. Neisser
dalam
Gavin 1998, menyatakan bahwa persepsi melibatkan skema, eksplorasi, dan rangsangan. Perseptual skemata
representasi internal eksplorasi perseptual langsung terhadap rangsangan lingkungan yang relevan. Eksplorasi dapat berarti bergerak, dan
memungkinkan sampling dari rangsangan yang tersedia. Jika sampel tidak cocok skema, maka skema yang memainkan peran yang lebih besar. teori
konstruktivis tersebut dapat menjelaskan ilusi visual yang lebih baik daripada langsung mengarah ke teori-teori persepsi. Jika informasi yang
tersimpan digunakan untuk memahami rangsangan pada saat ini, ilusi mungkin hasil penerapan pengetahuan yang salah.
Devito 1997, menyatakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang mempengaruhi indera
kita. Persepsi mempengaruhi ransangan stimulus atau pesan apa yang kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika
mencapai kesadaran. Proses persepsi sendiri dapat dijelaskaan dalam tiga tahap yang bersifat kontinyu, bercampur-baur dan bertumpang tindih satu
sama lain. Ketiga tahap itu adalah: a.
Terjadinya stimulasi alat indera
sensory stimulation
, dimana alat indera distimulasi dirangsang, seperti misalnya mendengarkan suara
musik.
commit to user 10
b. Stimulasi terhadap alat indera diatur, dimana rangsangan terhadap alat
indera diatur menurut berbagai prinsip. c.
Stimulasi alat indera ditafsirkan-dievaluasi, dimana merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima.
Persepsi adalah proses dengan bagaimana kita menerima informasi atau rangsangan dari lingkungan kita dan mengubahnya menjadi
kesadaran psikologis. Morgan menjelaskan persepsi sebagai “proses membedakan antara rangsangan dan interpreating makna mereka. Itu
campur tangan antara proses sensori, di satu sisi, dan perilaku, di pihak lain. Menjadi proses campur tangan tidak langsung dapat diamati
Hawkins
et all
, 1982. 3.
Faktor-Faktor Pembentuk Persepsi Mulyana 2001, menyatakan bahwa atensi yang merupakan
bagian proses dari persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial budaya seperti gender, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
peranan, status sosial, pengalaman masa lalu, kepemilikan luas lahan, kebiasaan dan bahkan faktor-faktor psikologis seperti kemauan, keinginan,
motivasi, pengharapan, dan sebagainya. Sedangkan, menurut Rakhmat 1998 menyebutkan keragaman persepsi meliputi faktor personal dalam
individu berupa umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan luas penguasaan lahan.
Menurut Hernanto 1993, umur akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usaha. Selain
itu umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah
pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya. Sedangkan berdasarkan data stastistik Indonesia
2009, menyatakan bahwa dalam pembahasan demografi pengertian umur adalah umur pada saat ulang tahun terakhir.
Faktor umur seseorang akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu inovasi. Klasifikasi ciri-ciri pengadopsi yang masuk kelompok
commit to user 11
lambat dan lamban, mereka rata-rata memiliki umur yang lebih tua, sehingga kemampuan fisiologis sudah berkurang seperti pendengaran
penglihatan dan sebagainya Sumintaredja dkk, 2001. Umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan respon
dalam menjalankan usaha taninya, makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum diketahui,
sehingga dengan demikian mereka akan berusaha lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka masih belum bepengalaman
dalam soal inovasi tersebut Soekartawi, 1988. Umur dan jenis kelamin merupakan ciri untuk melihat adanya
perbedaan status sosial. Biasanya didasarkan persepsi dari masing-masing orang. Hal ini seperti bentuk lain dari stratifikasi yaitu berbagai stratifikasi
umur dari
kebudayaan satu
ke kebudayaan
lainnya Schaefer and Robert, 1983.
Menurut Suhardiyono 1992, pendidikan formal merupakan struktur dari suatu sistem pengajaran yang kronologis dan berjenjang,
lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Sedangkan menurut Mulyana 2001, menyatakan bahwa tingkat
pendidikan seseorang merupakan faktor internal yang mempengaruhi atensi, semakin besar perbedaan aspek-aspek internal maka semakin besar
perbedaan persepsi mereka mengenai realita. Menurut Rakhmat 1998, perbedaan tingkat pendidikan akan
menghasilkan persepsi yang berbeda pula pada suatu obyek atau peristiwa. Sedangkan menurut Soekartawi 1988, mereka yang berpendidikan tinggi
adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi, begitupula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, mereka agak kesulitan
untuk melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat. Pendidikan meliputi mengajar dan mempelajari pengetahuan,
kelakuan yang pantas, dan kemampuan teknis. Semua itu terpusat pada pengembangan ketrampilan, ketrampilan kejuruan atau pekerjaan,
commit to user 12
maupun mental,
moral dan
estetika pertumbuhan
Schaefer dan Robert, 1983. Pendidikan nonformal menurut Sastraatmadja 1993, yaitu
sebagai pendidikan yang tidak mengenal batasan umur, kurikulum, uang sekolah, ruangan tertentu dan tidak mengenal waktu. Pendidikan
nonformal di bidang pertanian biasanya dilakukan melalui kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal
yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan utama yang diharapkannya. Untuk jangka
pendek adalah menciptakan perubahan perilaku termasuk di dalamnya sikap, tindakan dan pengetahuan, serta untuk jangka panjang adalah
menciptakan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan taraf hidup mereka.
Pendidikan Non Formal diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir yang berada di luar sistem pendidikan
sekolah, isi pendidikan terprogram, proses pendidikan yang berlangsung berada dalam suatu situasi interaksi belajar mengajar yang banyak
terkontrol Mardikanto dan Sutarni, 1982. Pendidikan non formal mengarah pada pendidikan yang bertempat
di luar dari aturan non formal. Khususnya, istilah atau ungkapan pendidikan non formal digunakan pada orang dewasa yang buta huruf dan
pendidikan lanjutan untuk orang dewasa Spencer, 1981. Menurut Kartasapoetra 1991, Penyuluhan merupakan suatu
sistem pendidikan yang bersifat non formalsistem pendidikan diluar sistem persekolahan yang biasa dimana orang ditunjukkan cara-cara
mencapai sesuatu dengan memuaskan sambil orang itu kerap mengerjakan sendiri, jadi belajar dengan mengerjakan sendiri.
Pendidikan non formal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir di luar sistem pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk
memenuhi keperluan khusus. Pendidikan non formal seperti penyuluhan pertanian, pemberantasan buta huruf, pendidikan bidang kesehatan,
commit to user 13
keluarga berencana, program pemerintah dan lain-lainnya, mempunyai potensi sangat besar di daerah pedesaan sebagai akibat kurang tersedianya
pendidikan formal karena pendidikan non formal ini dapat dipergunakan sebagai sarana untuk meningkatkan standar kehidupan dan produktifitas
kegiatan usaha
yang dilakukan
oleh masyarakat
pedesaan Suhardiyono, 1992.
Mahmud 1990, berpendapat bahwa persepsi pada suatu waktu tertentu tergantung bukan saja pada stimulus sendiri, tetapi juga pada latar
belakang beradanya stimuli itu, seperti pengalaman-pengalaman sensoris yang terdahulu. Sedangkan menurut Rakhmat 1998, pengalaman
mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian
peristiwa yang pernah kita hadapi. Semakin banyak pengalaman seseorang maka akan semakin cermat pula seseorang dalam mempersepsikan suatu
obyek. Colhoun dan Acocella 1990, berpendapat bahwa pengalaman
merupakan hasil peristiwa yang menyenangkan atau menyakitkan terhadap suatu obyek. Orang akan mengembangkan sikap positif terhadap
obyek bila itu menyenangkan dan sebaliknya jika obyek menyakitkan, ia akan mengembangkan sikap negatif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi menurut W.Stern
dalam
Walgito 1997, menyatakan bahwa pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting di dalam
perkembangan individu, teori ini dikenal dengan teori konvergensi. Perkembangan individu termasuk di dalamnya persepsi terhadap sesuatu,
juga ditentukan oleh faktor endogen bawaan sejak lahir, maupun faktor lingkungan termasuk pendidikan yang merupakan faktor eksogen. Faktor
lingkungan ynag mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial
Tingkat pendapatan ekonomi sebagai faktor internal jelas mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu realitas. Semakin besar
commit to user 14
perbedaan pendapatan antara dua orang, maka semakin besar pula perbedaan persepsi seseorang terhadap realitas Mulyana, 2001.
Soekartawi 1988, mengemukakan bahwa petani dengan tingkat pendapatan yang tinggi ada hubungannya dengan penggunaan inovasi.
Petani dengan pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu yang diinginkan sehingga akan lebih efektif dalam partisipasi. Sedangkan
menurut Hernanto 1984, pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian keluarga. Tingkat pendapatan
merupakan salah satu indikator sosial ekonomi seseorang di masyarakat disamping pekerjaan, kekayaan dan pendidikan.
Pendapatan adalah dapat berupa pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan pokok, pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan
dan pendapatan yang diperoleh dari usaha subsistem dari semua anggota rumah tangga, pendapatan dan penerimaan anggota rumah tangga dapat
diperinci atas pendapatan berupa uang, pendapatan berupa barang, lain- lain penerimaan uang dan barang Sumardi dan Evers, 1982.
Cara lain untuk mengukur ekonomi keluarga dengan lebih spesifik adalah dengan pendapatan keluarga dan pengumpulan Sumber Daya.
Pemilikan tanah dan penggunaan tanah sangat berpengaruh terhadap gizi keluarga, pendapatan keluarga menggambarkan hanya sebagian dari
Sumber Daya keluarga. Kebutuhan akan papan, pangan dan sandang merupaka kebutuhan pokok keluarga Sukarni, 1994.
Menurut Rakhmat 1998, tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi. Tidak jarang efek
motivasi menimbulkan distraksi atau distorsi meloloskan apa yang patut diperhatikan, atau melihat apa yang sebenarnya tidak ada. Dikemukakan
juga oleh Mulyana 2001, bahwa motivasi merupakan faktor internal yang mempengaruhi persepsi seseorang.
Persepsi dipengaruhi oleh kebutuhan dan motivasi yang memiliki arti dorongan, berasal dari bahasa latin
movere
yang berarti mendorong,
commit to user 15
atau menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku, beraktivitas dalam pencapaian tujuan Widayatun, 1999.
As’ad 1995 mengartikan motivasi sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat
sehingga motif tersebut merupakan suatu “
driving force
” yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan di dalam perbuatannya
itu mempengaruhi tujuan tertentu. Oleh karena itu, motivasi juga disebut sebagai “
the processby which behavior is energized and directed
”. Dengan kata lain, motif adalah yang melatarbelakangi individu berbuat
untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan proses atau faktor yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan dengan cara-cara tertentu. Memotivasi maksudnya mendorong seseorang mengambil tindakan
tertentu. Proses motivasi terdiri dari : a identifikasi atau apresiasi kebutuhan yang tidak memuaskan; b menetapkan tujuan yang dapat
memenuhi kepuasan dan; c menyelesaikan suatu tindakan yang dapat memberikan kepuasan Johannsen and Terry, 1990.
Motivasi adalah dorongan atau tekanan yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukan kegiatan. Karena itu
keputusan petani untuk menerima sebuah inovasi dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki oleh petani itu sendiri ke arah perubahan
Mardikanto, 1997. Menurut Mc Donald
dalam
Sardiman 1992 motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“
feeling”
dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga elemen penting :
1 Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam system
” neurophysiological”
yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri
commit to user 16
manusia, penampakkannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2 Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa”feeling”, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan- persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia. 3
Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsangterdorong oleh adanya unsur lain,
dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
4. Petani
Wolf
dalam
Mardikanto 1994 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan petani
peasant
adalah orang yang bercocok tanam di pedesaan dengan mengusahakan tanaman dan hewan ternak. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa petani mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai pelaku ekonomi yang sekaligus juga sebagai kepala rumah tangga di
dalam kehidupannya. Petani adalah mereka yang untuk sementara waktu atau tetap
menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai sesuatu cabang usaha tani dan mengerjakan sendiri, baik dengan tenaga sendiri maupun tenaga
bayaran. Petani bukanlah bawahan penyuluh, berarti tidak ada pula sifat perintah dan tugas serta kewajiban tertentu sesuatu hal, tidak pula sesuatu
sangsi jabatan terhadap hasil kerja yang telah diperlihatkan oleh petani Samsudin, 1982.
Para petani harus selalu memutuskan apa yang dihasilkannya dan bagaimana menghasilkannya. Petani Indonesia pada umumnya dapat
dibagi dalam tiga kelompok rumah tangga berdasarkan luas usaha taninya: usaha tani luas yang memiliki lahan 0,5 hektar atau lebih; petani kecil atau
marjinal dengan luas lahan rata-rata dibawah 0,5 hektar; dan petani tuna
commit to user 17
lahan yang mungkin hanya memiliki sedikit pekarangan di sekitar rumahnya Makeham dan Malcolm, 1991.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti
luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani
berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui Hernanto, 1993.
Mosher 1978, memberikan gambaran yang agak luas tentang “petani”, yaitu:
a. Petani sebagai manusia
Petani seperti halnya manusia yang lain, ia juga rasional, memiliki harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan kemauan untuk hidup lebih
baik. Di samping itu, petani seperti halnya manusia, yang lain juga memiliki harga diri dan tidak bodoh, sehingga memiliki potensi yang
dapat dikembangkan guna memperbaiki hidupnya. b.
Petani sebagai juru tani Petani yang melakukan kegiatan bertani, yang memiliki
pengalaman dan telah belajar dari pengalamannya. Hasil belajarnya itu tercermin dari kebiasaan-kebiasaan yang mereka terapkan dalam
kegiatan bertani. c.
Petani sebagai pengelola usahatani Petani selain sebagai manusia dan juru tani, seorang petani
umumnya juga pengelola atau “manajer” dari usahataninya. Hal ini berati bahwa petani adalah orang yang memiliki wewenang untuk
mengambil keputusan sendiri tentang usahatani yang dikelolanya, serta terbiasa mempertanggungjawabkan hasil pengelolaannya itu kepada
keluarga serta masyarakat di lingkungannya.
commit to user 18
5. Garut
Maranta arundinacea L
Menurut Rukmana 2000, tanaman garut termasuk spesies
Maranta arundinacea
, mempunyai taksonomi sistematika sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Marantaceae
Genus : Maranta
Spesies :
Maranta arundinacea
Linn Garut atau airut ditanam untuk rimpangnya dalam tanah yang
mengandung sekitar 20 pati berkualitas tinggi yang mudah dicerna dan cocok untuk bayi, orang cacat dan orang tua. Tanaman ini merupakan
tanaman menahun dengan tinggi kira-kira 1 meter. Tanaman ini diperbanyak dengan potongan-potongan rimpang yang bertunas, atau dari
pucuknya Williams
et all
, 1993. Garut
Maranta arundinacea L
kadang-kadang disebut juga west indian
arrowroot
untuk membedakannya dengan tanaman ubi yang lain misalnya
queensland arrowroot
ganyong dan
brazilian arrowroot
singkong. Bentuk tanaman ini adalah herba yang merumpun, tingginya 1,0-1,5 m dengan perakaran dengkal dan rhizome 20-45 cm, sedang
diameternya 2-5 cm. Agar garut dapat hidup dengan subur dan berproduksi tinggi, diperlukan syarat-syarat untuk hidupnya, tanaman garut
memerlukan curah hujan minimum 150-200 cm perbulan. Tanah yang digemari adalah tanah lempung yang subur terutama tanah lempung yang
berpasir yang banyak mengendung mineral vulkanik. Umumnya garut dapat tumbuh normal pada ketinggian 900 m dari permukaan air laut
Lingga, 1986. Umbi garut dapat dibuat tepung dan pati garut yang dapat disimpan
lama ditempat yang kering. Mutu tepung garut yang satu dan lainnya
commit to user 19
sangat berlainan, tergantung cara pengolahan dan mutu bahan bakunya. Tepung garut kualitas komersial berwarna putih, bersih, bebas dari noda
dan kadar airnya tidak lebih dari 18,5 , kandungan abu dan seratnya rendah, pH 4,5 - 7 Lesman, 2009.
Pengembangan usahatani garut secara intensif berpola agribisnis dan agroindustri merupakan strategi dan solusi untuk menekan atau
menyetop impor tepung terigu untuk kemudian dapat digantikan sebagai tepung garut, sehingga tanaman garut memiliki prospek cerah untuk
dibudidayakan Rukmana, 2000. 6.
Pengembangan Komoditas Garut Teknik budidaya tanaman garut adalah sebagai beikut :
a. Pengolahan Tanah
Tanah diolah sampai gembur dan bebas dari gulma rumput liar, kemudian dikeringkan selama 15 hari. Tanah yang sudah diolah
dipola untuk dibuat bedengan-bedengan selebar 120 cm, tinggi 25-30 cm, panjang di sesuaikan dengan keadaan lahan dan jarak antar
bedengan 30-50 cm Rukmana, 2000. b.
Pemilihan Bibit Bibit yang dipilih dengan ujung umbi sepanjang 4-7 cm, sehat
gemuk dan mempunyai 2-4 mata tunas. Kebutuhan bibit tiap hektar adalah sekitar 3000-3500 kg bibit Rukmana, 2000.
c. Penanaman
Lubang tanam dibuat sedalam 8-15 cm. Jarak lubang tanaman 37,5 x 75 cm. Waktu tanam yang paling baik adalah awal musim
hujan. Tiap lubang musim tanam yang ada ditanami dengan satu bibit terpilih Rukmana, 2000.
d. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan penyiangan, pengairan, pembumbunan, pemupukan susulan, dan perlindungan tanaman.
commit to user 20
1 Penyiangan
Dilakukan pada waktu tanaman garut berumur 3-4 bulan. Penyiangan dilakukan tiap bulan sekali pada fase tanaman garut
mulai berbunga penyiangan dihentikan. 2
Pengairan Pada fase awal pertumbuhan bibit, dibutuhkan kondisi
tanah yang lembab sehingga tanah yang kering harus diairi. Caranya dengan mengalirkan air melalui selang atau pipa ke areal
kebun. 3
Pembumbunan Membumbun
dilakukan mula-mula
dengan menggemburkan tanah di sekeliling batang tanaman garut,
kemudian tanahnya ditimbunkan pada bidang pangkal batang tanaman hingga membentuk guludan kecil.
4 Pemupukan Susulan
Pemupukkan susulan dilakukan saat tanaman garut berumur 3,5 bulan. Cara pemupukan adalah dengan ditabur pada
alur-alur dangkal di sepanjang antar barisan tanaman. 5
Perlindungan Tanaman Perlindungan tanaman ditunjukkan pada gangguan hama
dan penyakit yang menyerang. Hama penting yang perlu di waspadai adalah ulat penggulung daun
Colopedes athlius cran
dan belalang. Rukmana, 2000.
e. Panen
Pemanenan umbi garut dapat dilakukan pada waktu tanaman berumur 10-12 bulan setelah tanam. Tanaman garut yang layak
dipanen adalah yang memiliki ciri-ciri daun-daunnya menguning dan layu atau mati, serta batang-batangnya roboh. Cara memanen adalah
dengan mencabut atau membongkar rumpun tanaman hingga umbi-
commit to user 21
umbinya terkuak ke permukaan tanah. Produksi umbi garut berkisar 7,5-37 tonha Rukmana, 2000.
Pentingnya agribisnis di Indonesia adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Agribisnis didukung oleh beberapa
sub sistem yang meliputi sub sistem pengadaan sarana produksi pertanian, sub sistem budidaya usahatani, sub sistem pengolahan dan industri
pertanian, sub sistem pemasaran hasil pertanian dan sub sistem kelembagaan penunjang kegiatan pertanian Mardikanto, 2009
. Soekartawi 1991, menyatakan bahwa konsep agribisnis
sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian. Sedangkan menurut Arsyad, dkk
dalam
Firdaus 2008 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan agribisnis adalah suatu
kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang berhubungan
dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang
ditunjang oleh kegiatan pertanian. Mosher
dalam
Mardikanto 2009, menetapkan tersedianya sarana produksi di tingkat lokal, sebagai salah satu syarat mutlak pembangunan
pertanian. Hal ini terutama disebabkan karena, untuk kegiatan produksi selalu dibutuhkan sarana produksi yang terdiri dari benih unggul, pupuk
dan pestisida. Pengolahan hasil atau yang kemudian dikenal sebagai
agroindustri
, merupakan langkah yang perlu mendapat perhatian, untuk tujuan-tujuan:
perbaikan mutu, pengurangan kehilangan, peningkatan nilai tambah produk, dan pemenuhan selera pasar yang pada gilirannya akan
memberikan tambahan penghasilan bagi petani sebagai pengelola kegiatan pertanian Mardikanto, 2009.
Tepung garut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jenang dodol, kue dadar, kue semprit, cendol, cantik manis, roti, mie,
commit to user 22
makanan ringan, dan aneka kue tradisional. Sedangkan Umbi Garut dapat digunakan sebagai obat tradisional yang berkhasiat utuk mendinginkan
perut, menawarkan racun ular, memperbanyak ASI, mengobati disentri, eksim dan penurun panas. Dibanding tepung terigu dan tepung beras
kandungan karbohidrat dan zat besi pada tepung Garut lebih tinggi, sementara kandungan lemaknya paling rendah diantara ketiga jenis tepung
itu. Sedangkan kandung kalorinya hampir sama dengan beras dan terigu Departemen Kehutanan Sragen, 2009.
Umbi garut yang akan diolah lebih lanjut menjadi tepung harus dalam kondisi segar dengan masa penyimpanan tidak lebih dari dua hari.
Cara pembuatan tepung garut adalah sebagai berikut: a.
Pemilihan umbi Pilih umbi garut yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah
panen. b.
Pembersihan Bersihkan umbi garut dari kotoran tanah dan kulit atau sisik-
sisiknya. c.
Pencucian dan perendaman Cucilah umbi garut dalam air mengalir hingga bersih, kemudian
segera direndam selama beberapa waktu agar tidak terjadi pencoklatan
browning
. d.
Penyawutan Rajanglah umbi garut tipis-tipis dengan alat pengiris atau
penyawut ubi kayu. e.
Pengeringan Keringkan sawut garut dengan cara dijemur atau menggunakan
alat pengering buatan hingga berkadar air 10-12. f.
Penepungan Tumbuklah sawut kering hingga lembut, kemudian diayak
dengan ayakan tepung berulang-ulang. Tampung tepung garut dalam wadah.
commit to user 23
g. Penyimpanan
Simpan wadah berisi tepung garut ditempat yang kering. Rukmana, 2000.
Budidaya secara intensif dapat menghasilkan rata-rata 21 ton umbiha. Harga umbi basah Rp.1.000 - Rp1.500kg. agaknya cukup
potensial untuk menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi. Umbi garut cocok untuk pengembangan agribisnis pedesaan, biasanya digunakan oleh
masyarakat tani untuk membuat emping, untuk menghasilkan 1 kg emping garut dibutuhkan umbi basah sebanyak 5 kg dengan harga jual Rp.13.000
hingga 15.000kg emping. Cara membuat emping garut adalah sebagai berikut:
a. Pilih umbi garut berdiameter 2-3 cm
b. Kupas kulitnya dan dicuci
c. Potong-potong setebal + 1cm
d. Rebus irisan garut dan tambahkan bumbu 1,5 garam dan
2bawang putih e.
Setelah masak, angkat dan tiriskan f.
Cetak dengan cara pipihkan di atas lembaran plastik seperti pada pembuatan emping melinjo
g. Dikeringkan, setelah kering lakukan pengemasan
BPTP Jogja, 2008 Kegiatan pemasaran merupakan serangkaian proses sejak analisis
permintaan pasar, penyiapan produk, menawarkanpromosi produk, penyampaian atau distribusi produk, negosiasi dan penetapan harga
produk, bahkan sampai dengan layanan pasca-jual agar konsumen tetap menjadi pelanggan yang loyal Kusnandar dkk, 2010.
Subsistem pemasaran dalam sistem agribisnis menempati posisi yang sangat penting lebih penting dari subsistem produksi, karena sebagai
salah satu bentuk usahatani modern yang komersial, pemasaran hasil akan sangat menentukan keberhasilan dan kelestarian usahatani yang dikelola
Mardikanto, 2009.
commit to user 24
B. Kerangka Berpikir