Pengalaman PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS GARUT (Maranta arundinacea L) DI KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO

commit to user 58 penyuluhan sebanyak lebih dari 6 kali termasuk dalam kategori sangat tinggi. Sebanyak 4 responden atau sebesar 10 persen mengikuti kegiatan penyuluhan sebanyak 1-2 kali termasuk dalam kategori rendah dan terdapat 3 responden atau sebesar 7,5 persen tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang berhubungan dengan pengembangan komoditas garut dalam waktu satu tahun terakhir termasuk dalam kategori sangat rendah. Kegiatan pelatihan maupun penyuluhan sangat penting, karena melalui pertemuan tersebut petani dapat bertukar pikiran dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama, memperoleh informasi yang berguna bagi usahataninya, bimbingan, saran bahkan petunjuk yang berkaitan dengan budidaya dan pengembangan komoditas garut, sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usahataninya. Berdasarkan Tabel 5.4 pendidikan non formal responden secara keseluruhan berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 22 responden atau 55 persen, yang artinya minat dan kesadaran petani terhadap kegiatan pelatihan maupun penyuluhan tergolong tinggi. Sedangkan, sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen termasuk dalam kategori sedang, sebanyak 8 responden atau sebesar 20 persen termasuk dalam kategori rendah dan sebanyak 1 responden atau sebesar 2,5 persen termasuk dalam kategori sangat rendah.

4. Pengalaman

Pengalaman seseorang tidak hanya diperoleh melalui kegiatan belajar mengajar di kelas tetapi juga dapat diperoleh melalui kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi selama hidupnya. Hal ini selaras dengan pendapat Rakhmat 1998 yang mengatakan bahwa pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Distribusi responden berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 5.5. commit to user 59 Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Pengalaman Skor Jumlah orang Persentase a. Pengalaman membudidayakan garut · 1-2 tahun · 3-4 tahun · 5-6 tahun · 7-8 tahun · 8 tahun 1 2 3 4 5 1 2 9 19 9 2,5 5 22,5 47,5 22,5 Jumlah 40 100 b. Pengalaman mengembangkan komoditas garut · 1-2 tahun · 3-4 tahun · 5-6 tahun · 7-8 tahun · 8 tahun 1 2 3 4 5 6 6 28 - - 15 15 70 - - Jumlah 40 100 c. Pengalaman mengolah garut · Tidak pernah · Kurang sering · Cukup sering · Sering · Sangat sering 1 2 3 4 5 - - - 6 34 - - - 15 85 Jumlah 40 100 d. Kesulitan mengolah garut · Sangat sulit mengolah garut · Sulit mengolah garut · Cukup mengalami kesulitan mengolah garut · Mengalami sedikit kesulitan · Tidak mengalami kesulitan 1 2 3 4 5 - - - 2 38 - - - 5 95 Jumlah 40 100 Pengalaman mengembangkan komoditas garut · Berpengalaman sangat rendah · Berpengalaman rendah · Berpengalaman sedang · Berpengalaman tinggi · Berpengalaman sangat tinggi 4-7 8-11 12-15 16-19 20-23 - - 10 30 - - - 25 75 - Jumlah 40 100 Sumber : Analisis Data Primer Keterangan: Skor 1 : sangat rendah Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi commit to user 60 Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengalaman membudidayakan garut 7-8 tahun, yaitu sebanyak 19 orang petani atau sebesar 47,5 persen yang termasuk kategori tinggi. Sisanya sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen berpengalaman membudidayakan garut lebih dari 8 tahun dan 5-6 tahun dan termasuk kategori sangat tinggi dan sedang, sedangkan 2 responden atau sebesar 5 persen responden berpengalaman membudidayakan garut 3- 4 tahun termasuk dalam kategori rendah dan juga terdapat 1 responden atau sebesar 2,5 persen berpengalaman membudidayakan garut 1-2 tahun termasuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan Tabel 5.5 pengalaman responden terhadap mengembangkan hasil budidaya garut termasuk dalam kategori sedang yaitu terdapat 28 responden atau sebesar 70 persen telah mengembangkan garut 5-6 tahun. Sedangkan, terdapat 6 responden atau sebesar 15 persen telah mengembangkan komoditas garut selama 3-4 tahun dan 1-2 tahun yang tergolong dalam kategori rendah dan sangat rendah. Pengalaman responden dalam sering tidaknya mengolah garut yaitu terdapat sebanyak 34 responden atau sebesar 85 persen menyatakan bahwa mereka sangat sering mengolah garut termasuk dalam kategori sangat tinggi dan 6 responden atau sebesar 15 persen menyatakan bahwa mereka sering mengolah garut yang termasuk kedalam kategori tinggi. Berdasarkan Tabel 5.5, terdapat 38 responden atau sebesar 95 persen responden menyatakan bahwa membudidayakan garut tidak mengalami kesulitan dan termasuk kedalam kategori sangat tinggi. Hal ini dikarenakan garut sangat mudah dibudidayakan, tidak perlu perawatan khusus yang rumit untuk membudidayakan garut serta mengolah garut sangatlah mudah bagi petani garut. Untuk mengolah garut menjadi tepung garut dan emping garut tidak memerlukan alat-alat yang sulit untuk ditemukan dan proses pembuatan serta penggunaan alat juga relatif mudah. Sisanya sebanyak 2 responden atau sebesar 5 persen mengalami sedikit kesulitan dalam mengolah garut dan termasuk kedalam kategori commit to user 61 tinggi. Kesulitan yang sedikit dialami oleh responden bermacam-macam ada responden yang mengalami kesulitan untuk mengolah garut menjadi tepung garut dan ada juga responden yang mengalami kesulitan dalam mengolah garut menjadi emping garut. Hal tersebut dikarenakan, kurangnya pengetahuan petani untuk mengolah garut menjadi salah satu produk olahan garut seperti tepung garut dan emping garut sehingga responden mengalami sedikit kesulitan dalam mengolah garut. Berdasarkan Tabel 5.5, pengalaman responden secara keseluruhan berada dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 30 responden atau 75 persen responden. Sisanya sebanyak 10 responden atau sebesar 25 persen termasuk dalam kategori sedang. Pengalaman dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi petani dalam usahatani untuk selanjutnya, dimana petani dapat memilih apakah akan membudidayakan garut lagi untuk ke depannya atau beralih ke usahatani lain. Pengalaman dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu objek, semakin baik pengalaman yang diterima maka semakin baik pula persepsinya dan apabila pengalaman yang diterima buruk atau tidak mempunyai pengalaman maka persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut kurang baik atau bahkan tidak baik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Colhoun dan Acocella 1990 yang berpendapat bahwa pengalaman merupakan hasil peristiwa yang menyenangkan atau menyakitkan terhadap suatu obyek. Orang akan mengembangkan sikap positif terhadap obyek bila itu menyenangkan dan sebaliknya jika obyek menyakitkan, ia akan mengembangkan sikap negatif.

5. Pendapatan