commit to user 73
3. Hubungan antara Pendidikan Non Formal X3 dengan Persepsi
Petani Terhadap Pengembangan Komoditas GarutY
Berdasarkan Tabel 5.9, dapat diketahui bahwa hasil analisis menunjukkan nilai r
S
sebesar 0,415 , pada taraf signifikansi 95 dengan
a =0,05. Nilai t
hitung
sebesar 4,071 dan t
Tabel
sebesar 2,020, sehingga dapat dilihat bahwa t
hitung
2,811 t
Tabel
2,020 maka Ho ditolak, yang artinya terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pendidikan non formal
petani dengan persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sering petani yang mengikuti penyuluhan
dan pelatihan maka persepsi petani terhadap budidaya dan pengembangan komoditas garut juga akan semakin baik.
Frekuensi kegiatan penyuluhan serta pelatihan yang semakin sering dapat membuat petani lebih banyak menerima informasi, sehingga berguna
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani, khususnya tentang pengembangan komoditas garut. Melalui kegiatan penyuluhan atau
pelatihan, beragam informasi seperti cara budidaya, cara pengolahan hasil dan cara pemasaran garut yang diperlukan petani dapat dengan mudah
diperoleh, sehingga ikut mempengaruhi keputusan petani dalam mengembangkan komoditas garut. Semakin tinggi tingkat pendidikan non
formal yang pernah diikuti petani, maka persepsinya juga semakin baik. Petani garut di Kecamatan Polokarto sering mengikuti kegiatan
penyuluhan yaitu setiap 40 hari sekali dan juga sering mengikuti kegiatan pelatihan. Pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh melalui kegiatan
penyuluhan maupun pelatihan dapat memberikan pencerahan bagi petani, dimana petani menjadi lebih mengerti apa saja keuntungan serta kendala
dalam mengembangkan komoditas garut, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi persepsi petani garut itu sendiri.
4. Hubungan antara Pengalaman X4 dengan Persepsi Petani Terhadap
Pengembangan Komoditas Garut Y
Berdasarkan Tabel 5.9, maka dapat diketahui nilai r
S
antara pengalaman dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas
commit to user 74
garut adalah 0,394, pada taraf signifikansi 95 dengan a = 0,05, dengan nilai t
hitung
sebesar 2,642 t
Tabel
2,020, sehingga Ho ditolak, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman
dengan persepsi petani terhadap pengembangan komoditas garut. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengalaman responden dalam mengembangkan komoditas garut maka akan semakin baik persepsi
mereka terhadap pengembangan komoditas garut. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang
dialami selama membudidayakan garut, sehingga nantinya dapat mempengaruhi tingkat persepsi petani terhadap pengembangan komoditas
garut yang meliputi tentang ketersediaan sarana produksi, budidaya, pengolahan hasil dan pemasaran. Rakhmat 1998, mengatakan bahwa
pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yaitu mayoritas petani memiliki pengalaman tinggi
yaitu sebesar 85 dalam mengembangkan komoditas garut, dimana petani mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pengembangan komoditas
garut, sehingga dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk menentukan keputusan atau tindakan dalam pengembangan komoditas garut
selanjutnya. Sebagian besar petani garut di Kecamatan Polokarto berpendapat bahwa selama ini tidak mengalami kesulitan dalam
membudidayakan serta mengembangkan komoditas garut, sehingga petani berpersepsi baik terhadap pengembangan komoditas garut. Jadi,
pengalaman responden yang tinggi tersebut memiliki hubungan dengan persepsinya terhadap pengembangan komoditas garut.
5. Hubungan antara Pendapatan X5 dengan Persepsi Petani terhadap