Persepsi Petani terhadap Budidaya Garut

commit to user 66 atau sebesar 27,5 persen tergolong baik dan 2 responden atau sebesar 5 persen tergolong cukup baik. Hal tersebut dikarenakan responden merasa bahwa ketersediaan sarana produksi yang ada sangat mudah untuk diperoleh dan selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Sehingga, persepsi petani terhadap ketersediaan sarana produksi memiliki kategori yang sangat baik. Responden yang memiliki persepsi sangat baik berarti resonden merasa sangat puas terhadap ketersediaan sarana produksi garut. Sarana produksi yang digunakan untuk membudidayakan garut sangat mudah diperoleh. Responden memperoleh bibit garut ada yang berasal dari sumbangan pemerintah pada tahun 2006, meminta dari tetangga yang telah lama membudidayakan garut, serta ada juga yang membeli bibit garut ke petani di daerah Sragen. Bibit garut sangat mudah diperoleh karena sebenarnya umbi garut masih bisa tumbuh menjadi tanaman garut lagi setelah 5-7 kali panen. Sehingga, garut sangat mudah dibudidayakan dan tidak perlu biaya yang mahal untuk membeli bibit garut. Pupuk yang digunakan oleh petani di Kecamatan Polokarto adalah pupuk kandang. Garut dapat tumbuh dengan subur hanya dengan menggunakan pupuk kandang tanpa campuran pupuk kimia. Pupuk kandang sangat mudah diperoleh. Petani biasanya mengambil dari hasil kotoran ternak yang dipeliharanya. Selain itu, ada sebagian petani yang memperoleh pupuk kandang dengan membeli ke tetangga yang memiliki ternak dengan harga yang murah yaitu Rp 500,-Kg.

2. Persepsi Petani terhadap Budidaya Garut

Persepsi petani terhadap budidaya garut merupakan penilaian petani terhadap kemudahan dalam cara membudidayakan garut. Berdasarkan Tabel 5.8 diketahui bahwa tingkat persepsi baik sebanyak 22 responden atau sebesar 55 persen, dan persepsi cukup baik sebanyak 18 responden atau sebesar 45 persen. Hal tersebut dikarenakan membudidayakan garut merupakan hal yang mudah bagi petani di Kecamatan Polokarto karena garut mudah tumbuh dimana saja walaupun commit to user 67 di daerah yang kekurangan air sekalipun dan dibawah naungan tanaman lain. Untuk membudidayakan garut tidak membutuhkan modal yang banyak dan mahal serta tidak memerlukan perawatan khusus. Pertama kali dalam menanam garut harus dipersiapkan terlebih dahulu lahan yang untuk digunakan dalam menanam garut. Petani biasanya mengolah lahan dengan menggunakan cangkul. Tanah cukup dicangkul dan dibuat lubang tanam untuk nantinya dimasukkan bibit garut yang akan ditanam. Setelah itu, pemilihan bibit dilakukan dengan cara memilih bibit garut yang mulus dan sehat, terutama bibit harus memiliki tunas di bagian umbinya. Sebelum bibit dimasukkan kedalam lubang tanam yang telah dibuat, diberi pupuk kandang terlebih dahulu baru dimasukkan bibit garut kemudian lubang ditutup kembali dengan tanah. Biasanya satu lubang tanam berisi satu bibit garut. Pemeliharaan yang dilakukan untuk menanam bibit garut yaitu dengan cara disiangi atau dibuang gulma yang biasanya tumbuh disekitar garut. Penyiangan pertama kali pada waktu garut berumur 3-4 bulan. Penyiangan berikutnya dilakukan secara berulang setiap bulan sekali. Pada fase tanaman garut sudah berbunga maka penyiangan dihentikan karena pada fase ini biasanya gulma jarang sekali tumbuh disekitar tanaman. Setelah tanaman garut tumbuh sekitar 10-12 bulan tanaman garut sudah siap dipanen. Cara memanen garut cukup mudah yaitu hanya dengan menggunakan bantuan cangkul untuk mencabut umbinya.

3. Persepsi Petani Terhadap Pengolahan Hasil Budidaya Garut