commit to user 54
kategori rendah. Tingkat umur 69-79 tahun dimana terdapat 2 responden atau sebesar 5 persen yang termasuk dalam kategori sangat rendah.
Menurut Hernanto 1984, umur petani sangat mempengaruhi pengetahuan fisik dalam merespon terhadap hal-hal yang baru dalam menjalankan
usahatani. Tingkat umur tersebut dapat mempengaruhi responden dalam merespon suatu informasi atau inovasi yang diterimanya, serta aktifitas
dalam berusaha tani. Petani responden dalam penelitian ini sebagian besar tergolong dalam usia produktif, sehingga masih secara aktif melakukan
usahatani yaitu salah satunya membudidayakan dan mengembangkan komoditas garut.
2. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan yang ditamatkan responden pada lembaga pendidikan formal atau bangku sekolah. Tingkat
pendidikan yang ditempuh seseorang akan memberikan pengetahuan yang lebih baik tentang cara berpikir, penerimaan suatu informasi, maupun
penilaian terhadap suatu masalah yang terjadi. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Formal
Jumlah Tingkat Pendidikan
Skor Responden orang
Persentase a.
Tidak sekolah b.
Tamat SD c.
Tamat SMP d.
Tamat SMA e.
Tamat D3S1 1
2 3
4 5
3 21
9 7
- 7,5
52,5 22,5
17,5 -
40 100
Sumber: Analisis Data Primer
Keterangan: Skor 1 : sangat rendah
Skor 2 : rendah Skor 3 : sedang
Skor 4 : tinggi Skor 5 : sangat tinggi
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan formal responden yaitu tamat SD sebanyak 21 responden atau sebesar 52,5
persen, dan termasuk kategori rendah. Responden yang berpendidikan
commit to user 55
tamat SMP sebanyak 9 responden atau sebesar 22,5 persen termasuk dalam kategori sedang, tamat SMA sebanyak 7 responden atau sebesar
17,5 persen termasuk dalam kategori tinggi, dan tidak sekolah sebanyak 3 responden atau sebesar 7,5 persen termasuk dalam kategori sangat rendah.
Tingkat pendidikan formal responden akan mempengaruhi pemikiran petani terhadap pengelolaan usahataninya dan permasalahan yang
dihadapi. Kondisi responden yang sebagian besar berpendidikan formal tamat SD akan cenderung memiliki pola pikir yang sederhana dalam
mengelola usahatani. Rendahnya tingkat pendidikan responden tidak terlepas dari kurang memperhatikan pentingnya pendidikan, serta tidak
mempunyai biaya untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, untuk mengembangkan dan membudidayakan komoditas
garut tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi, karena pada umumnya petani garut berpedoman dari pengalaman bertani dan
pendidikan non formal yang diikuti oleh petani garut tersebut.
3. Pendidikan Non Formal