commit to user 47
Tabel 4.5 Jumlah Ternak di Kecamatan Polokarto tahun 2008
No. Jenis Ternak Jumlah ekor
1. Sapi
4.175 2.
Kerbau 118
3. Kambing
2.891 4.
Domba 3.677
5. Ayam Kampung
38.691 6.
Itik atau angsa 8.202
Sumber : Kecamatan Polokarto dalam Angka tahun 2008 Berdasarkan Tabel 4.5 mengenai jumlah hewan ternak tersebut dapat
diketahui bahwa jumlah hewan ternak yang terdapat di Kecamatan Polokarto cukup banyak dan beragam. Ayam kampung paling banyak di
pelihara di Kecamatan Polokarto yaitu sebanyak 38.691 ekor. Banyaknya hewan ternak yang terdapat di Kecamatan Polokarto dapat dimanfaatkan
kotorannya untuk pembuatan pupuk kandang atau pupuk organik. Penggunaan pupuk kandang untuk kebutuhan budidaya garut adalah salah
satu kegiatan yang dilakukan oleh petani yang membudidayakan garut di Kecamatan Polokarto untuk mengembalikan kesuburan tanah yang
semakin menurun akibat penggunaan bahan-bahan kimia. Pupuk kandang yang digunakan oleh petani garut untuk membudidayakan garutnya
menggunakan hasil dari kotoran ternak kambing dan domba.
D. Keadaan Sarana Perekonomian
Sarana dan prasarana perekonomian yang ada mempunyai peranan penting dalam menunjang kegiatan ekonomi dari suatu wilayah. Sarana
perekonomiam yang ada di Kecamatan Polokarto dapat dilihat pada Tabel 4.6 .
Tabel 4.6. Sarana Perekonomian di Kecamatan Polokarto tahun 2008
No Sarana Perekonomian
Jumlah
1. 2.
3. 4.
Pasar Umum Mini Market
Toko Kelontong Kedai Makan
2 1
436 181
Sumber : Kecamatan Polokarto dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa sarana perekonomian yang ada
di Kecamatan Polokarto antara lain: pasar umum, mini market, toko
commit to user 48
kelontong, dan kedai makan. Sarana perekonomian terbanyak di Kecamatan Polokarto adalah toko kelontong. Adanya sarana perekonomian tersebut dapat
membantu masyarakat di Kecamatan Polokarto dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kebutuhan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi.
E. Pengembangan Komoditas Garut
Tanaman garut merupakan tanaman tumbuhan herba merumpun dan menahun. Batangnya tumbuh tegak yang merupakan kumpulan pelepah daun
saling tumpang tindih secara teratur, sehingga disebut batang semu. Program pengembangan budidaya tanaman garut telah dicanangkan oleh pemerintah
melalui Menteri Pangan dan Hortikulturadan Menteri Pertanian pada tahun 19981999. Pencanangan budidaya tanaman garut dilakukan sebagai upaya
pengembangan potensi lokal yang belum termanfaatkan, padahal potensi yang dimiliki sangat besar manfaatnya bagi petani secara ekonomi.
Berdasarkan potensi ekonominya, tanaman garut dapat diolah menjadi tepung garut dan emping garut yang dapat menambah pendapatan masyarakat
khususnya petani. Tepung garut dapat mensubtitusi tepung terigu yang biasa digunakan dalam industri makanan. Sehingga, impor terhadap tepung terigu
dapat ditekan sekecil mungkin yang dapat mengurangi beban pemerintah. Tepung garut yang dihasilkan oleh umbi garut mengandung karbohidrat yang
cukup tinggi serta zat-zat gizi lainnya, seperti disajikan pada Tabel berikut: Tabel 4.7. Kandungan Gizi Tepung Garut dan Tepung Terigu dalam tiap
100gram
No Kandungan Gizi
Tepung Garut Tepung Terigu
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
Kalori Kal Protein g
Lemak g Karbohidrat g
Kalsium mg Fosfor mg
Zat Besi mg Vitamin B
1
mg Air g
Bagian dapat dimakan Bdd 355,00
0,70 0,20
85,20 8,00
22,00 1,50
0,09 12,00
100,00 365,00
8,90 1,30
77,30 16,00
106,00 1,20
0,12 12,00
100,00
Sumber : Direktorat Gizi Depkes Republik Indonesia 1981
commit to user 49
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat diketahui bahwa kandungan karbohidrat garut lebih tinggi dibandingkan dengan yang terkandung dalam tepung terigu. Hal
ini menunjukkan bahwa tepung garut memiliki potensi tinggi untuk menggantikan tepung terigu.
Data tentang perkembangan produksi dan produktivitas garut di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Data Produksi Tanaman Garut Irut Kabupaten Sukoharjo
No Tahun
Luas Ha Produktivitas
KuHa Produksiton
1 2005
5 102
51 2
2006 5
170 85
3 2007
19 205,263
390 4
2008 20
329,5 659
5 2009
28 387,857
1086
Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa jumlah produksi dan produktivitas
garut meningkat dari tahun 2005 hingga tahun 2009. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman garut mulai berkembang di Kabupaten
Sukoharjo dan sudah mulai banyak petani yang tertarik membudidayakan garut. Garut biasa dibudidayakan di pekarangan dan tegalan milik petani.
Tanaman garut sejak zaman dahulu sebenarnya sudah ada tetapi belum dikembangkan sepenuhnya sehingga dianggap sebagai tanaman liar. Padahal,
dari tanaman garut terdapat kandungan gizi tinggi yang mampu mensubtitusi beras sebagai makanan pokok. Selain itu, tepung garut dapat menggantikan
tepung terigu untuk pembuatan beraneka macam kue. Dalam rangka merealisasikan hal tersebut pada tahun 2006 pemerintah Kabupaten Sukoharjo
mengadakan survey untuk mencari daerah yang memiliki potensi untuk ditanami garut. Hasilnya Kecamatan Polokarto dipilih menjadi daerah yang
cocok untuk budidaya tanaman garut dan diadakan kegiatan pengembangan komoditas garut. Pada saaat itu pemerintah Kabupaten Sukoharjo mengadakan
kegiatan pengembangan dengan membuat program pengembangan komoditas garut. Program tersebut dilaksanakan tepatnya di Desa Polokarto Kecamatan
Polokarto. Kegiatan yang dilakukan adalah meliputi kegiatan sosialisasi dan pelatihan. Wilayah Kecamatan Polokarto dipilih menjadi sasaran program
commit to user 50
dikarenakan memiliki potensi lahan kering yang bagus yang cocok untuk ditanami garut. Selain itu, petani di daerah tersebut sebelumnya juga telah
membudidayakan garut tetapi belum secara intensif sehingga manfaatnya belum dapat dirasakan oleh petani.
Program pengembangan komoditas garut juga dilatar belakangi oleh adanya lahan non produktif petani yang tidak dimanfaatkan. Melalui program
tersebut, lahan yang non produktif dapat ditanami dengan tanaman garut sehingga lebih berdaya guna. Setelah empat tahun program selesai
dilaksanakan sekarang pengembangan komoditas garut meluas tidak hanya di Desa Polokarto akan tetapi juga di Desa Bulu dan Desa Genengsari. Petani
memperoleh informasi tentang pengembangan komoditas garut melalui petani- petani di Desa Polokarto selain itu juga melalui penyuluh pertanian di Desa
tersebut serta peran dari pengurus dan anggota JARPETO atau Jaringan Petani Organik di Kabupaten Sukoharjo.
JARPETO merupakan suatu lembaga swadaya masyarakat yang tujuan utamanya adalah mengembangkan pertanian organik di Kabupaten Sukoharjo.
JARPETO atau Jaringan Petani Organik memiliki banyak kegiatan yaitu salah satu kegiatannya adalah pengembangan tanaman garut yang ada di Kecamatan
Polokarto. JARPETO membantu petani untuk memanfaatkan potensi lokal yang dimiliki. Di Kecamatan Polokarto JARPETO membantu memanfaatkan
tanaman garut yang sudah ada untuk lebih dikembangkan lagi sehingga memiliki nilai lebih untuk dipasarkan. JARPETO telah mengadakan pelatihan
dan penyuluhan di Kecamatan Polokarto terkait dengan pengembangan komoditas garut. JARPETO juga ikut membantu petani dalam penyediaan
sarana produksi dan proses pemasaran produk hasil budidaya garut.
commit to user 51
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN