100
variabel intervening antara hubungan variabel ROA dengan capital gain, PER dengan capital gain, PBV dengan capital gain, dan CR dengan capital gain.
5.2. Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi calon peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang
lebih baik lagi, yaitu: 1.
Jumlah sampel perusahaan hanya terbatas pada 34 perusahaan properti real estate yang terdaftar di BEI dengan periode penelitian selama tiga
tahun berturut-turut, yakni tahun 2012-2014. 2.
Penelitian ini hanya menguji beberapa rasio keuangan yang mempengaruhi capital gain, yaitu ROA, DER, PER, PBV, dan CR.
3. Pertumbuhan laba sebagai variabel intervening dalam penelitian ini hanya
mampu memediasi satu variabel independen terhadap variabel dependen yaitu variabel DER terhadap capital gain.
5.3. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu berikut adalah beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yang dapat menjadi bahan
pertimbangan untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama, yaitu: 1.
Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian dari jenis perusahaan lain, dan menambah periode penelitian
sehingga dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka panjang.
Universitas Sumatera Utara
101
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat menggunakan tambahan variabel rasio
keuangan lainnya sehingga hasil penelitian lebih mampu untuk mempengaruhi nilai capital gain dengan lebih tepat dan akurat.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti kembali pertumbuhan laba
sebagai variabel intervening, karena dapat dijadikan sebagai pembanding dan pendukung hasil yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Signaling Theory Teori Sinyal
Teori sinyal signaling theory pertama kali diperkenalkan oleh Spence di dalam penelitiannya yang berjudul Job Market Signaling. Spence 1973
mengemukakan bahwa di dalam pasar ketenagakerjaaan selalu terjadi informasi yang asimetris, sehingga Spence membuat suatu kriteria sinyal untuk
dapat memperkuat pengambilan keputusan dalam perekrutan tenaga kerja di perusahaan. Sinyal tersebut berupa latar belakang pendidikan, pengalaman
kerja, ras, jenis kelamin, dan kepribadian. Adanya kriteria ini didasarkan pada suatu ketidakpastian tentang kemampuan produktivitas karyawan.
Model signaling Spence dikembangkan oleh Leland dan Pyle tahun 1977. Mereka mengatakan bahwa adanya asimetri informasi antara dua pihak,
yaitu pihak di dalam perusahaan dan diluar perusahaan. Investor akan menginvestasikan dananya apabila mendapatkan sinyal terkait informasi
tentang perusahaan, sinyal tersebut bisa berupa pembayaran dividen, pengumuman pendapatan, dan sebagainya Manurung, 2012:114. Signaling
theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk
Universitas Sumatera Utara
13
keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi. informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik good news atau sinyal buruk bad
news. Jika pengumuman informasi tersebut setelah di analisis sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham
Hartono, 2003:392. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi sinyal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan
dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak
berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting
untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar.
Universitas Sumatera Utara
14
Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh investor maka perusahaan harus
melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan. Rasio-rasio dari laporan keuangan seperti, Return on Asset ROA, Debt to
Equity Ratio DER, Price Earning Ratio PER, Price to Book Value PBV, dan Current Ratio CR akan sangat bermanfaat bagi investor maupun calon
investor sebagai salah satu dasar analisis dalam berinvestasi.
2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menurut IAI 2013:1 ialah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi
laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatatan atas laporan keuangan
serta informasi komparatif. Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak- pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan
suatu perusahaan adalah Kasmir, 2010:18:
Universitas Sumatera Utara
15
1. Pemilik perusahaan
Pemilik perusahaan yang pada saat ini adalah mereka yang memiliki usaha berdasarkan kepemilikan saham yang dimilikinya.
Kepentingan para pemegang saham terhadap hasil laporan keuangan yang telah dibuat adalah:
a. Untuk melihat kondisi dan posisi perusahaan saat ini
b. Untuk melihat perkembangan dan kemajuan perusahaan dalam
satu periode. c.
Untuk menilai kinerja manajemen atas target yang telah ditetapkan.
2. Manajemen
Bagi pihak manajemen laporan keuangan yang dibuat merupakan cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu.
3. Kreditor
Kepentingan pihak kreditor terhadap laporan keuangan perusahaan adalah dalam hal memberi pinjaman atau pinjaman yang telah berjalan
sebelumnya. Bagi pihak kreditor, prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana pinjaman kepada berbagai perusahaan sangat
diperlukan.
4. Pemerintah
Pemerintah berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk menilai kejujuran perusahaan dalam melaporkan
seluruh keuangan perusahan yang sesungguhnya, dan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan
tersebut.
5. Investor
Investor adalah pihak yang hendak menanamkan dana di suatu perusahaan. Bagi investor yang ingin menanamkan dananya dalam
suatu usaha sebelum memutuskan untuk membeli saham, perlu mempertimbangkan banyak hal secara matang. Dasar pertimbangan
investor adalah dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Investor akan melihat prospek usaha ini sekarang dan masa yang akan
datang.
2.1.3. Capital Gain
Return saham merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor
menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Dalam teori portofolio mensyaratkan bahwa apabila risiko yang ditanggung oleh para pemegang
Universitas Sumatera Utara
16
saham meningkat investor tersebut akan memperoleh return saham yang besar. Jadi terdapat hubungan yang positif antara risiko dan return saham.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return yang diterima oleh investor di pasar modal dibedakan menjadi dua jenis yaitu
current income pendapatan lancar dan capital gaincapital loss keuntungan atau kerugian dari selisih harga saham. Current income adalah keuntungan
yang didapat melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti dividen. Keuntungan ini biasanya diterima dalam bentuk kas atau setara kas sehingga
dapat diuangkan secara cepat, sedangkan capital gain loss merupakan selisih laba rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham sekarang
relatif lebih tinggi rendah dibandingkan harga saham sebelumnya. Jika harga saham sekarang P
t
lebih tinggi dari harga saham periode sebelumnya P
t-1
maka pemegang saham mengalami capital gain. Jika yang terjadi sebaliknya maka pemegang saham akan mengalami capital loss.
. Capital gain sangat tergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang
berarti bahwa instrumen investasi harus diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen
investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return realisasi yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga
dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan. Capital gain dihitung dengan formula sebagai berikut Hartono, 2003:110:
Capital gain = x 100
Universitas Sumatera Utara
17
Keterangan: P
t
: harga saham pada periode sekarang P
t-1
: harga saham pada periode sebelumnya
2.1.4. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat
pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Rasio keuangan menunjukkan hubungan
sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan yang
dibandingkan harus saling berkaitan dan mempunyai hubungan ekonomis. Untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio keuangan, maka
diperlukan adanya pembanding. Ada dua metode pembandingan rasio keuangan perusahaan menurut Syamsuddin 2009:39 yaitu:
a. Cross-sectional approach Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan
jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.
b. Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-
rasio finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya.
Rasio keuangan dipakai sebagai sistem peringatan awal early warning system terhadap kemunduran kondisi keuangan perusahaan. Analisis rasio
dapat membimbing investor untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang apa yang akan dicapai oleh perusahaan dan bagaimana prospek yang
akan dihadapi di masa yang akan datang. Atas dasar investasi yang
Universitas Sumatera Utara
18
ditanamkan apakah investor akan mendapatkan return yang maksimal atau bahkan sebaliknya.
Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar
Ang, 1997:23. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis pengaruh terhadap capital gain dalam penelitian ini
meliputi ROA, DER, PER, PBV, dan CR.
2.1.5. Return on Asset ROA
Sudana 2011:22 mengemukakan bahwa “Return on Asset ROA
menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak
”. Sedangkan Menurut Munawir 2004:89 Return on Asset ROA adalah:
Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas atau disebut juga dengan rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
ROA = x 100
Menurut Dendawijaya dan Lukman 2003:120 “semakin besar ROA
suatu perusahaan maka semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset
”. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari deviden karena pada hakikatnya dalam
ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang
Universitas Sumatera Utara
19
tinggi, maka apabila suatu saham menghasilkan deviden yang tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut akan
berdampak pada peningkatan harga saham. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan aset perusahaan
oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya,
rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang
kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
2.1.6. Debt to Equity Ratio DER
Syamsuddin 2009:54 mengemukakan “Debt to Equity Ratio DER
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal
perusahaan ”. Harahap 2008:303 mengemukakan “rasio utang atas modal
atau debt to equity ratio menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar kreditor
”. Kasmir 2010:157 mendefinisikan:
Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Universitas Sumatera Utara
20
Besarnya Debt to Equity Ratio DER dapat dihitung dengan rumus: DER =
x 100 Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin besar total
utang terhadap total ekuitas Ang, 1997:35, hal ini juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar kreditur
sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Menurut Bringham dan Houston 2006:17
”Semakin tinggi resiko dari penggunaan lebih banyak utang cenderung akan menurunkan harga saham
”. Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal
sendiri dan modal pinjaman. Debt to Equity Ratio DER juga menunjukkan tingkat hutang
perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi perusahaan
karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity Ratio
DER yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya
akan berdampak dengan menurunnya nilai capital gain.
2.1.7. Price Earning Ratio PER
Price Earning Ratio PER adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga pasar saham terhadap pendapatan
Universitas Sumatera Utara
21
per lembar saham earning per share, EPS. PER dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
PER = x 100
Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham akan berubah-ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah
sepanjang waktu berjalan. PER adalah mengukur jumlah uang yang akan dibayar oleh investor untuk setiap rupiah pendapatan perusahaan. Semakin
tinggi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan perusahaan
.
Menurut Arifin 2002:87, suatu perusahaan yang memiliki PER yang tinggi, berarti perusahaan tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan yang
tinggi hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan pertumbuhan laba dimasa mendatang, sebaliknya perusahaan dengan PER rendah akan
mempunyai tingkat pertumbuhan yang rendah.
2.1.8. Price to Book Value PBV
Menurut Tryfino 2009:9 “Price to Book Value PBV adalah
perhitungan atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham
”. Rasio ini berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value, investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai
saham, pada rasio PBV investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham dihargai dari book value-nya. Sihombing 2008:95
Universitas Sumatera Utara
22
berpendapat bahwa Price to Boook Value PBV merupakan suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal
atau lebih
murah dibandingkan
dengan saham
lainnya. Untuk
membandingkannya, kedua perusahaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama.
Menurut Ang 1997:44 PBV merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. PBV dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :
PBV = x 100
Nilai PBV yang semakin besar menunjukkan harga pasar dari saham tersebut semakin tinggi pula. Jika harga pasar dari suatu saham semakin
tinggi, maka capital gain actual return juga akan makin tinggi. Perusahaan yang kinerjanya baik biasanya nilai rasio PBV nya diatas satu, hal ini
menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih tinggi dari nilai bukunya. Rasio Price to Book Value PBV adalah rasio yang menunjukkan
apakah harga saham harga pasar yang diperdagangkan berada di atas overvalued, wajar, atau di bawah undervalued nilai buku saham tersebut.
Bagi para investor, rasio price to book value PBV sebuah perusahaan mutlak menjadi salah satu pertimbangan dalam penentuan stategi
investasinya. Tingkat rasio price to book value PBV perusahaan yang tinggi akan mampu menghasilkan tingkat return yang tinggi pula bagi investor.
Universitas Sumatera Utara
23
Dengan memperhatikan informasi mengenai variabel Price to Book Value PBV tersebut diharapkan investor mendapatkan return sesuai dengan yang
diharapkan, disamping risiko yang dihadapi Hartono, 2003:79.
2.1.9. Current Ratio CR
Current ratio menurut Kasmir 2010 :134 merupakan “rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan”.
Menurut Keown 2004:108 “current ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset
lancar yang dimiliki”. Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara
current assets dengan current liabilities.
CR = x 100
Rasio ini menunjukkan kemampuan aset lancar yang paling likuid mampu menutupi utang lancar. Menurut Kasmir 2010:135 apabila current
ratio rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu
kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan baik
atau tidaknya, ada suatu standar rasio yang digunakan, misalnya rata-rata
Universitas Sumatera Utara
24
industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya, sekalipun kita tahu bahwa target yang telah
ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan berdasarkan rata-rata industri untuk usaha yang sejenis.
Current ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sedangkan Current ratio yang
tinggi dapat disebabkan adanya piutang yang tidak tertagih dan persediaan yang belum terjual, yang tentunya tidak dapat digunakan secara cepat untuk
membayar hutang. Perusahaan dengan posisi tersebut sering kali terganggu likuiditasnya, sehingga investor lebih menyukai untuk membeli saham-saham
perusahaan dengan nilai aset lancar yang tinggi dibandingkan perusahaan yang mempunyai nilai aset lancar yang rendah Prihantini, 2009.
2.1.10. Pertumbuhan Laba
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Menurut Prawironegoro
dan Purwanti 2008:121 “ laba ialah prestasi seluruh karyawan dalam suatu perusahaan yang dinyatakan dalam bentuk angka
keuangan yaitu selisih positif antara pendapatan dikurangi beban expenses ”.
Ukuran yang sering kali dipakai untuk menentukan sukses tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Berhasil atau
tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan
datang, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Dengan demikian
Universitas Sumatera Utara
25
sasaran utama pelaporan keuangan adalah informasi tentang prestasi-prestasi perusahaan yang disajikan melalui pengukuran laba dan komponen-
komponennya. Menurut Warsidi dan Pramuka
2000:45 “ pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya”. Murni dan Andriana 2007 menyatakan, pendekatan pertumbuhan laba merupakan
suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan laba merupakan komponen
untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan laba adalah perubahan laba pada laporan keuangan per
tahun. Pertumbuhan berkaitan dengan bagaimana terjadinya stabilitas peningkatan laba ditahun kedepan. Pertumbuhan laba suatu produk sangat
tergantung dari daur hidup produk Fabozzi, 2000: 881. Pertumbuhan laba suatu produk dari emiten tergantung dari daur hidup
produk. Jika Pertumbuhan laba per tahun meningkat, investor akan percaya terhadap emiten, bahwa emiten akan memberikan keuntungan di masa depan.
Kondisi tersebut terjadi jika informasi yang diperoleh investor sempurna. Bagi perusahaan dengan tingkat Pertumbuhan laba dan laba yang tinggi
kecenderungan perusahaan membagikan dividen lebih konsisten dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tingkat Pertumbuhan labanya rendah
Hatta, 2002.
Universitas Sumatera Utara
26
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu tentang rasio keuangan yang mempengaruhi capital gain diringkas dalam tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
1 Pardamean 2006
Dependen: Capital Gain
Independen : Return on
Asset ROA,
Price Earning
Ratio PER, Price to
Book Value PBVdan
Debt Equity Ratio DER
Analisis Regresi
Berganda ROA, PER dan PBV
secara parsial signifikan terhadap Capital
Gain, sedangkan DER tidak signifikan terhadap
Capital Gain. Sementara secara bersama-sama
ROA, PER, PBV dan DER terbukti signifikan
berpengaruh terhadap Capital Gain.
2 Robu dkk 2014
Dependen: Capital Gain
Independen : The
Financial ROE,ROA,
NM and Non
Financial Factor
Activity Field .
Linear Regression
Analysis Dari faktor-faktor
keuangan yang ada hanya ROE yang
mempunyai Pengaruh yang positif signifikan
terhadap Capital Gain.
3 Asiah 2011
Dependen: Capital Gain
Independen : Receivable
Turnover ratio RT,
Analisis Regresi
Berganda QR, ROE,dan PER
secara parsial signifikan terhadap Capital
Gain, sedangkan RT dan DTA tidak signifikan
terhadap Capital Gain.
Universitas Sumatera Utara
27
No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
Quick Ratio QR, Debt
to Total Asset DTA,
Return On Equity
ROE, dan PER
Sementara secara bersama-sama RT, QR,
DTA, ROE, dan PER terbukti signifikan
berpengaruh terhadap Capital Gain.
4 Petcharabul dan
Roprasert 2014 Dependen:
Stock Return Independen
: Financial Ratio CR,
DER, Inventory
Turnover, ROE, PER
Regression Analysis
Dari kelima rasio keuangan yang
digunakan hanya ROE dan PER yang
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan
Stock Return.
5 Affinanda 2015
Dependen: Return
Saham Independen
: Gross Profit
Margin GPM, Net
Profit Margin
NPM, Return on
Asset ROA, Return On
Equity ROE, dan
DER Analisis
Regresi Berganda
Kelima rasio keuangan yang digunakan
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap
return saham.
6 Puspitasari 2012
Dependen: Return
Saham Independen
: DER, CR, PBV,
TATO, ROA Analisis
Regresi Berganda
CR dan ROA memberikan pengaruh
yang negatif dan tidak signifikan, DER
memberikan pengaruh yang negatif dan
signifikan, PBV memberikan pengaruh
yang positif dan
Universitas Sumatera Utara
28
No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
signifikan, sedangkan TATO memberikan
pengaruh yang positif dan tidak signifikan
terhadap return saham.
6 Puspitasari 2012
Dependen: Return
Saham Independen
: DER, CR, PBV,
TATO, ROA Analisis
Regresi Berganda
CR dan ROA memberikan pengaruh
yang negatif dan tidak signifikan, DER
memberikan pengaruh yang negatif dan
signifikan, PBV memberikan pengaruh
yang positif dan signifikan, sedangkan
TATO memberikan pengaruh yang positif
dan tidak signifikan terhadap return saham.
7 Astutik 2005
Dependen: Return
Saham Independen
: EPS, PER, DER
Analisis Regresi
Berganda Secara simultan variabel
EPS, PER, dan DER berpengaruh secara
signifikan terhadap return saham, akan
tetapi secara parsial hanya variabel EPS
yang berpengaruh terhadap return saham.
8 Nathaniel 2008
Dependen: Return
Saham Independen
: DER, EPS, NPM, dan
PBV Analisis
Regresi Berganda
Hanya variabel PBV yang berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
9 Sulaiman dan
Handi 2008 Dependen:
Return Saham
Independen : ROE, EPS,
PBV, CR, TATO, dan
ROI Analisis
Regresi Berganda
EPS, PBV, CR, TATO, ROI, DAN ROE
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
return saham.
Universitas Sumatera Utara
29
No Nama Peneliti dan Tahun Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
10 Cahyaningrum 2012
Dependen: Pertumbuhan
Laba Independen
: Working Capital to
Total Asset WCTA,
Debt to Equity Ratio
DER, Total Asset
Turnover TAT, dan
Net Profit Margin
NPM. Analisis
Regresi Berganda
Secara simultan variabel WCTA, DER, TAT, dan
NPM berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba, akan tetapi secara parsial hanya variabel
TAT dan NPM yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
11 Mahmudah 2015 Dependen:
Pertumbuhan Laba
Independen : Working
Capital to Total Asset
WCTA, Debt to
Equity Ratio DER,
Return on Asset ROA
, dan Total Asset
Turnover TAT.
Analisis Regresi
Berganda Secara simultan variabel
WCTA, DER, ROA, dan TAT berpengaruh
terhadap pertumbuhan laba, akan tetapi secara
parsial hanya variabel WCTA dan TAT yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
12 Narpatilova 2013 Dependen:
Pertumbuhan Laba
Independen : CR,
WCTA, Debt Ratio,
DER, TAT, dan NPM
Analisis Regresi
Berganda Secara simultan variabel
CR, WCTA, debt ratio, DER TAT, dan NPM
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba, tetapi
secara parsial hanya variabel DER yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Universitas Sumatera Utara
30
2.3. Kerangka Konseptual