18
ditanamkan apakah investor akan mendapatkan return yang maksimal atau bahkan sebaliknya.
Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio pasar
Ang, 1997:23. Dari rasio-rasio tersebut yang berkaitan langsung dengan kepentingan analisis pengaruh terhadap capital gain dalam penelitian ini
meliputi ROA, DER, PER, PBV, dan CR.
2.1.5. Return on Asset ROA
Sudana 2011:22 mengemukakan bahwa “Return on Asset ROA
menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba setelah pajak
”. Sedangkan Menurut Munawir 2004:89 Return on Asset ROA adalah:
Salah satu bentuk dari rasio profitabilitas atau disebut juga dengan rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk dapat
mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aset yang digunakan untuk operasi
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.
ROA = x 100
Menurut Dendawijaya dan Lukman 2003:120 “semakin besar ROA
suatu perusahaan maka semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset
”. Dengan pencapaian laba yang tinggi, maka investor dapat mengharapkan keuntungan dari deviden karena pada hakikatnya dalam
ekonomi konvensional, motif investasi adalah untuk memperoleh laba yang
Universitas Sumatera Utara
19
tinggi, maka apabila suatu saham menghasilkan deviden yang tinggi ketertarikan investor juga akan meningkat, sehingga kondisi tersebut akan
berdampak pada peningkatan harga saham. Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan aset perusahaan
oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien operasional perusahaan dan sebaliknya,
rendahnya ROA dapat disebabkan oleh banyaknya asset perusahaan yang menganggur, investasi dalam persediaan terlalu banyak, kelebihan uang
kertas, aset tetap beroperasi dibawah normal dan lain-lain.
2.1.6. Debt to Equity Ratio DER
Syamsuddin 2009:54 mengemukakan “Debt to Equity Ratio DER
menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal
perusahaan ”. Harahap 2008:303 mengemukakan “rasio utang atas modal
atau debt to equity ratio menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar kreditor
”. Kasmir 2010:157 mendefinisikan:
Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan
antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam kreditor dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Universitas Sumatera Utara
20
Besarnya Debt to Equity Ratio DER dapat dihitung dengan rumus: DER =
x 100 Semakin tinggi debt to equity ratio menunjukkan semakin besar total
utang terhadap total ekuitas Ang, 1997:35, hal ini juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar kreditur
sehingga tingkat resiko perusahaan semakin besar. Menurut Bringham dan Houston 2006:17
”Semakin tinggi resiko dari penggunaan lebih banyak utang cenderung akan menurunkan harga saham
”. Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal
sendiri dan modal pinjaman. Debt to Equity Ratio DER juga menunjukkan tingkat hutang
perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban tersendiri bagi perusahaan
karena dapat menurunkan tingkat kepercayaan investor. Para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki Debt to Equity Ratio
DER yang tinggi. Ketika terdapat penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya
akan berdampak dengan menurunnya nilai capital gain.
2.1.7. Price Earning Ratio PER