27
pasien, yaitu kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan lain yang dapat dilihat dari kegiatan ini adalah
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk menilai kemajuan pasien. Pada bab III mencantumkan salah satu bentuk kerjasama profesional antara farmasis
dengan tenaga kesehatan lainnya, yaitu di dalam Panitia Farmasi dan Terapi. Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan
komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, dimana anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili pesialisasi-spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, dan
Apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Pada pasal 13 Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia disebutkan bahwa setiap
ApotekerFarmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan. Pada pasal 14 juga disebutkan bahwa setiap ApotekerFarmasis hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau
perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnyahilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya.
c. Memantapkan hubungan dengan semua tingkatlapisan manajemen dengan
bahasa manajemen berdasarkan atas semangat asuhan kefarmasian. Pada bab IV mengenai tenaga fungsional, Apoteker dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam mengelola manajemen praktis farmasi dan kemampuan melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian.
d. Memantapkan hubungan dengan sesama farmasis berdasarkan saling
menghormati dan mengakui kemampuan profesi demi tegaknya martabat profesi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Pada pasal 10 Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia disebutkan bahwa setiap ApotekerFarmasis harus memperlukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri
ingin diperlakukan. Dan pada pasal 12 disebutkan bahwa setiap ApotekerFarmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk
meningkatkan kerjasama yang baik sesama ApotekerFarmasis di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa
saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi a. Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasis
dalam penerapan asuhan kefarmasian. Pada bab II pada bagian
pengembangan staf dan program pendidikan telah mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan, meliputi penggunaan obat dan penerapannya,
pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi dan praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi. Pada bab II ini juga disebutkan bahwa
Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk Apoteker yang
memiliki kualifitasi pendidikpengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
. Pada bab VI disebutkan tentang tujuan dari kegiatan pendidikan dan pelatihan
Tujuan umum : 1.
mempersiapkan sumber daya manusia farmasi untuk dapat melaksanakan rencana strategi instalasi Rumah Sakit di waktu
mendatang 2.
menghasilkan calon Apoteker, ahli madya farmasi, asisten Apoteker yang dapat menampilkan potensi dan produktifitasnya secara
optimal di bidang kefarmasian Tujuan khusus :
1. meningkatkan pemahaman tentang farmasi Rumah Sakit
2. memahami tentang pelayanan farmasi klinik
29
3. meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan di
bidang kefarmasian Ruang lingkup kegiatan :
1. pendidikan formal
2. pendidikan berkelanjutan internal dan eksternal
3. pelatihan
4. pertemuan ilmiah seminar, simposium
5. studi banding
6. praktek kerja lapangan
b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di