Product Development Pengembangan Produk Material Management Manajemen Persediaan Regulatory and Product Information Regulasi dan Informasi Produk

92

b. Production Management Manajemen Produksi

Di dalam Pedoman CPOB dicantumkan bahwa manajer produksi hendaklah seorang apoteker dan memiliki wewenang serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen mutu di industri dapat dilihat dalam tabel XXIII berikutproduksi di industri dapat dilihat dalam tabel XXIV berikut Tabel XXIV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Production Management di Industri No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Pemahaman desain formula. - 4,08 22,45 61,22 12,25 2. Penanganan bahan material handling. - 4,08 18,37 65,30 12,25 3. Proses pembuatan produk farmasi. 2,04 2,04 24,49 59,18 12,25 4. UKK dan K3 Environment, Health, and Safety EHS. - 4,08 26,53 63,27 6,12 5. Rancang bangun fasilitas facility design dan sertifikasi CPOB. 2,04 6,12 26,53 57,15 8,16 6. Inspeksi diri CPOB. - 4,08 16,33 69,39 10,20 7. Kalibrasi, kualifikasi, dan validasi - 6,12 32,66 53,06 8,16 8. Pengendalian perubahan change control . - 8,16 20,41 65,31 6,12

c. Product Development Pengembangan Produk

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi pengembangan produk di industri dapat dilihat dalam tabel XXV berikut 93 Tabel XXV. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Product Development di Industri No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Formulasi. - - 12,25 73,46 14,29 2. Teknologi farmasi - 2,04 32,66 55,10 10,20 3. Pengembangan bahan pengemas - 4,08 12,25 71,42 12,25 4. Penyiapan data penunjang registrasi - 10,20 14,29 69,39 6,12

d. Material Management Manajemen Persediaan

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen persediaan di industri dapat dilihat dalam tabel XXVI berikut Tabel XXVI. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Material Management di Industri No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Pengadaan barang procurement untuk produk obat. - 2,04 14,29 75,51 8,16 2. Pergudangan - - 8,16 83,68 8,16 3. Production Planning and Inventory Control PPIC. - 4,08 22,45 65,31 8,16

e. Regulatory and Product Information Regulasi dan Informasi Produk

Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi regulasi dan informasi produk di industri dapat dilihat dalam tabel XXVII berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 Tabel XXVII. Kesiapan responden dalam fungsi industrial Regulatory and Product Information di Industri No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Registrasi. - 8,16 28,57 48,98 14,29 2. Regulasi. - - 16,33 75,51 8,16 3. Sertifikasi. - 2,04 14,29 75,51 8,16 4. Informasi produk. - 2,04 6,12 73,47 18,37 5. Permohonan izin dan pelaporan hasil uji klinik. 2,04 4,08 22,45 67,35 4,08 6. Pelaporan MESO. - 4,08 20,41 69,39 6,12 7. Pelaporan penanganan keluhan dan penarikan kembali produk jadi. - - 14,29 75,51 10,20 Berdasarkan data pada tabel XXVII terlihat bahwa responden masih merasa tidak siap pada bidang registrasi. Ini terjadi diduga karena memang belum adanya pengetahuan yang diberikan secara mendetail tentang tugas seorang apoteker diindustri khususnya dalam tata cara registrasi. Berdasarkan pernyataan responden yang diperoleh dari jawaban pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, telah diperoleh gambaran mengenai kesiapan mahasiswa program profesi Apoteker menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian dibidang Industri sebagai berikut 95 18,37 81,63 Tidak Siap Siap Gambar 6. Gambaran kesiapan responden dalam bidang Industri secara umum Alasan-alasan yang diberikan oleh responden terhadap tingkat kesiapan dirinya dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasi Indonesia dalam bidang Industri tertera di dalam tabel XXVIII dan XXIX di bawah ini Tabel XXVIII Alasan-alasan responden mengenai ketidaksiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia dalam bidang pelayanan kefarmasian di Industri No. Alasan Persentase 1 Ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki belum cukup 33,33 2 Ilmu pengetahuan yang dimiliki belum cukup 22,22 3 Kurang pengalaman 22,22 4 Tidak semua kriteria yang diajukan dapat dikuasai 11,11 5 Tidak memberi alasan 11,11 Total 100 Berdasarkan tabel XXVIII di atas, alasan utama ketidaksiapan responden adalah belum cukupnya ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. 96 Tabel XXIX. Alasan-alasan responden mengenai kesiapan responden dalam menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia pada bidang pelayanan kefarmasian di Industri No. Alasan Persentase 1 Bekal ilmu pengetahuan teoritis dan pengalaman KP 20 2 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup 20 3 Learning by doing 15 4 Tidak memberi alasan 7,5 5 Persiapan diri sejak awal untuk kerja di Industri 7,5 6 Bekal ilmu pengetahuan teoritis cukup dan terus belajar 7,5 7 Ada training di awal kerja 5 8 Meningkatkan mutu Apoteker 5 9 Tuntutan 5 10 Ada PROTAP dan SOP 2,5 11 Sarana prasarana perkuliahan yang mendukung 2,5 12 Optimis 2,5 Total 100 Berdasarkan alasan yang diberikan, alasan utama kesiapan responden adalah bekal ilmu pengetahuan teoritis yang cukup dan mempunyai pengalaman dari Kerja Praktek.

C. Rangkuman Pembahasan

Rangkuman pembahasan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pola distribusi minat pada bidang pelayanan kefarmasian di dua Perguruan Tinggi Farmasi di Jawa Barat adalah sebagai berikut: a. rumah sakit sebesar 35,97 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI