Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasis Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang

42

5. Kompetensi E : Pendidikan dan pelatihan farmasi

a. Memotivasi, mendidik dan melatih farmasis lain dan mahasiswa farmasis

dalam penerapan asuhan kefarmasian. b. Merencanakan dan melakukan aktivitas pengembangan staf, bagi teknisi di bidang farmasi, pekarya, dan juru resep dalam rangka peningkatan efisiensi dan kualitas pelayanan farmasi yang diberikan. Kompetensi ini juga tercantum di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027MENKESSKIX2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada bab IV, yaitu bahwa Apoteker harus mampu membantu memberi pendidikan dan peluang bagi sumber daya manusia yang ada untuk meningkatkan pengetahuannya.

c. Berpartisipasi aktif dalam pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas diri dan kualitas praktek kefarmasian. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1027MENKESSKIX2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek bab II disebutkan bahwa dalam pengelolaan Apotek, Apoteker selalu belajar sepanjang karier. Di dalam Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia pasal 4 disebutkan bahwa Setiap ApotekerFarmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

d. Mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan dalam bidang

kesehatan umum, penyakit dan manajemen terapi kepada pasien, profesi kesehatan dan masyarakat. Pada bab III pada bagian Promosi dan Edukasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 disebutkan bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. 6. Kompetensi F : Penelitian dan pengembangan kefarmasian a. Melakukan penelitian dan pengembangan, mempresentasikan dan mempublikasikan hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat dan profesi kesehatan lain. b. Menggunakan hasil penelitian dan pengembangan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan peningkatan mutu praktek kefarmasian. Kesesuaian antara Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang rumah sakit dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dan Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia dapat dilihat pada tabel II berikut. Tabel II. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang apotek dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027 tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332 tahun 2002 tentang Perubahan atas Permenkes No.922 tahun 1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek dan Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia No. Kompetensi Kegiatan SK Menkes No.1027 tahun 2004 Kode Etik Kepmenkes No.1332 tahun 2002 1. Kompetensi A : Asuhan Kefarmasian a. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. √ √ √ b. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri. - √ - 44 Tabel II. Lanjutan No. Kompetensi Kegiatan SK Menkes No.1027 tahun 2004 Kode Etik Kepmenkes No.1332 tahun 2002 c. Memberikan pelayanan informasi obat. √ √ √ d. Memberikan konsultasi obat. √ √ - e. Melakukan monitoring efek samping obat. √ √ √ f. Melakukan evaluasi penggunaan obat. √ √ √

2. Kompetensi B : Akuntabilitas Praktek Farmasi