68
Berdasarkan hasil wawancara, tingkat pengetahuan dan keterampilan mahasiswa program profesi Apoteker juga dipengaruhi oleh perguruan tinggi dimana
mahasisiwa program profesi yang bersangkutan menempuh pendidikan strata satu farmasi. Hal ini berkaitan dengan kesinambungan antara kurikulum pendidikan
antara program pendidikan strata satu dan profesi Apotekernya. Oleh karena itu, pihak pengelola program studi profesi Apoteker berani menjamin bahwa mahasiswa
program profesi Apotekernya akan siap menghadapi Standar Kompetensi Farmasis Indonesia.
3. Minat
Minat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu bentuk ketertarikan mahasiswa program profesi apoteker pada suatu bidang pelayanan kefarmasian,
sehingga memiliki kecenderungan untuk memilihnya sebagai bidang pekerjaannya ketika bekerja sebagai apoteker. Hal ini berarti bahwa minat terhadap bidang
pelayanan kefarmasian yang dipilih oleh responden saat mengisi kuisioner merupakan minat responden untuk bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian
tersebut sebagai apoteker. Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang reponden diketahui bahwa sebagian besar responden berminat pada suatu bidang pelayanan
kefarmasian karena ingin bekerja pada bidang pelayanan kefarmasian tersebut pada saat menjadi apoteker. Namun, ada juga responden yang berminat pada suatu bidang
pelayanan kefarmasian tertentu karena sekedar ingin mengetahui lebih jauh mengenai bidang pelayanan kefarmasian tersebut. Berdasarkan hasil wawancara,
diketahui bahwa responden dengan karakteristik ini jumlahnya sedikit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Berdasarkan kuesioner yang kembali, beberapa mahasiswa program profesi Apoteker memilih lebih dari satu bidang minat. Total jumlah minat pada tiga bidang
pelayanan kefarmasian adalah 114 minat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai responden. Sejumlah minat tersebut terbagi menjadi 35,97 berminat di bidang
Rumah Sakit; 42,98 berminat di bidang Industri dan 21,05 berminat di bidang Apotek. Gambaran mengenai hal ini dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
35,97
21,05 42,98
Apotek Industri
Rumah Sakit
Gambar 3. Distribusi minat responden pada tiga bidang pelayanan kefarmasian di Jawa Barat
Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa minat responden di Jawa Barat paling besar di bidang Industri. Salah seorang mahasiswa program profesi Apoteker
yang diwawancara mengatakan bahwa minatnya ke bidang Industri karena perguruan tinggi tempat mahasiswa program profesi Apoteker tersebut menempuh pendidikan
stata satu farmasi dan pendidikan profesi Apoteker lebih berorientasi pada bidang teknologi, tepatnya teknologi farmasi. Oleh karena itu, ia merasa mempunyai dasar-
dasar tentang teknologi farmasi yang kuat dan siap untuk bekerja di bidang Industri dibanding di bidang Rumah Sakit dan Apotek. Berdasarkan ISO Indonesia Obat
Generik Berlogo, jumlah industri farmasi di jawa barat juga cukup banyak, yaitu sekitar 71 industri. Hal ini diperkirakan juga menjadi alasan banyaknya responden
yang berminat di bidang industri. Bidang pelayanan di rumah sakit menjadi minat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
terbesar kedua dari responden. Di duga, hal ini berkaitan dengan jumlah rumah sakit yang cukup banyak di Jawa Barat, yaitu sekitar 104 unit rumah sakit. Jenjang karir
yang dapat dicapai adalah menjadi Kepala Instalasi Farmasi dan menjadi salah seorang wakilsekretaris Panitia dan Terapi. Khusus di dalam Panitia Farmasi dan
Terapi, peran apoteker disini sangat strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola dan menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit
ditentukan dalam panitia ini. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa ada 6 enam mahasiwa
program profesi apoteker yang mengisi lebih dari satu minat, yaitu 2 dua mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di
rumah sakit dan industri, 3 tiga mahasiswa program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek dan 1 satu mahasiswa
program profesi apoteker berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan industri. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan
kefarmasian di rumah sakit dan industri, 1 satu mahasiswa program profesi apoteker menyatakan kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua
bidang tersebut, sedangkan 1 satu mahasiswa yang lain menyatakan ketidaksiapannya. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi
apoteker yang siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan industri adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja
learning by doing. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang tidak siap melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan
industri adalah karena belum menjalani Kerja Praktek KP, sehingga belum PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengetahui dan mengalami secara langsung praktek pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut. Pada kelompok yang berminat pada bidang pelayanan kefarmasian
di rumah sakit dan apotek, 2 dua mahasiswa program profesi apoteker menyatakan kesiapannya untuk melakukan pelayanan kefarmasian di kedua bidang tersebut,
sedangkan 1 satu mahasiswa yang lain menyatakan ketidaksiapannya. Alasan yang dikemukakan oleh mahasiswa program profesi apoteker yang siap melakukan
pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja learning by doing, serta tanggung
jawab bahwa seorang apoteker harus mampu melaksanakan semua kegiatan farmasi dan tuntutan profesi. Mahasiswa program profesi apoteker yang tidak siap
melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan apotek tidak memberikan alasan penyebab ketidaksiapannya. Mahasiswa program profesi apoteker yang
berminat pada bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit, apotek dan industri, menunjukkan kesiapannya untuk melakukan pelayanan di rumah sakit dan apotek,
tetapi tidaksiap untuk melakukan pelayanan di industri. Alasan yang dikemukakan yang menunjukkan kesiapannya melakukan pelayanan kefarmasian di rumah sakit
dan apotek adalah kemauan dan selalu adanya kesempatan untuk terus belajar saat bekerja learning by doing, sedangkan alasan yang menyebakan ketidaksiapannya
melakukan pelayanan kefarmasian di industri tidak disebutkan. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa minat melakukan pelayanan kefarmasian di lebih dari
satu bidang pelayanan kefarmasian disebabkan peluang mendapatkan pekerjaan. Responden menyatakan bahwa dirinya tidak tahu akan diterima di bidang pelayanan
kefarmasian yang mana. Oleh karena itu, responden merasa perlu mempersiapkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
diri di semua bidang pelayanan kefarmasian agar dapat memberikan pelayanan kefarmasian terbaik saat bekerja di salah satu pelayanan kefarmasian tersebut.
B. Tingkat Kesiapan Mahasiswa program profesi Apoteker Dalam