Asuhan kefarmasian Akuntabilitas praktek

73 terdaftar di asosiasi profesi, mempunyai ijin kerja dan mempunyai Surat Keputusan SK penempatan. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwenang berdasarkan undang-undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidkan, kualitas maupun dengan kuantitas dengan jaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan kepuasan pelanggan . Standar Kompetensi Farmasis Indonesia menyebutkan enam 6 kompetensi yang harus dimiliki oleh Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit. Gambaran kesiapan responden dalam bidang kegiatan yang terdapat dalam bidang pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit berdasarkan sudut pandang responden dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

a. Asuhan kefarmasian

Kompetensi Asuhan Kefarmasian merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang apoteker. Asuhan kefarmasian didefinisikan sebagai tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan untuk mencapai keluaran yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. Asuahn kefarmasian merupakan proses kolaboratif yang bertujuan mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi Asuhan Kefarmasian di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel VII berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Tabel VII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi A Asuhan Kefarmasian dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Memberikan pelayanan obat kepada pasien atas permintaan dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan baik verbal maupun non verbal. - - 4,88 73,17 21,95 2. Memberikan pelayanan kepada pasien atau masyarakat yang ingin melakukan pengobatan mandiri. - - 2,44 75,61 21,95 3. Memberikan pelayanan informasi obat. - - 4,88 75,61 19,51 4. Memberikan konseling obat. - 2,44 31,71 51,22 14,63 5. Membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi. - 2,44 60,98 21,95 14,63 6. Melakukan monitoring efek samping obat. - 2,44 36,58 51,22 9,76 7. Memberikan pelayanan klinik berbasis farmakokinetik. - 4,88 51,22 34,14 9,76 8. Melakukan penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara. 4,88 9,76 51,22 24,38 9,76 9. Melakukan evaluasi penggunaan obat. 2,44 - 14,63 70,73 12,20 Tingkat kesiapan responden yang paling rendah terletak pada kompetensi melakukan penatalaksanaan obat sitostatika dan obat atau bahan obat yang setara dan membuat formulasi khusus sediaan obat yang mendukung proses terapi. Diduga, hal ini terjadi karena tidakbelum adanya pengenalan secara khusus terhadap obat sitostatika atau bahan obat yang setara pada saat perkuliahan.

b. Akuntabilitas praktek

farmasi Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kekuatan pengendali yang mampu menciptakan dorongan terhadap stakeholder dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan kefarmasian yang dilakukan. Gambaran kesiapan responden di tiap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 bidang kegiatan dalam kompetensi Akuntabilitas praktek farmasi di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel VIII berikut Tabel VIII. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi B Akuntabilitas Praktek Farmasi dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Menjamin praktek kefarmasian berbasis bukti ilmiah dan etika profesi. - 2,44 24,39 58,54 14,63 2. Merancang, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan mengembangkan standar kerja sesuai arahan pedoman yang berlaku. - - 26,83 56,10 17,07 3. Bertanggungjawab terhadap setiap keputusan profesional yang diambil. - - 9,76 75,61 14,63 4. Melakukan kerjasama dengan pihak lain yang terkait atau bertindak mandiri dalam mencegah kerusakan lingkungan akibat obat. - - 9,76 73,17 17,07 5. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan stakeholder. - - 17,07 68,30 14,63 Dalam menjalankan kompetensi ini, apoteker diharapkan dapat menjalankan perannya dalam seven stars pharmacis sebagai leader, communicator, dan desicion maker. Tingkat. Berdasarkan gambaran tingkat kesiapan pada kompetensi ketiga dan keempat, responden sudah siap menjalankan perannya sebagai decision maker. c. Manajemen praktis farmasi Gambaran kesiapan responden di tiap bidang kegiatan dalam kompetensi manajemen praktis farmasi di rumah sakit dapat dilihat dalam tabel IX berikut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Tabel IX. Kesiapan responden dalam pelaksanaan kompetensi C Manajemen Praktis Farmasi dalam bidang pelayanan kefarmasian di rumah sakit No Bidang Kegiatan STS TS R S SS 1. Merancang, membuat, mengetahui, memahami dan melaksanakan regulasi di bidang farmasi. - 4,88 43,90 41,46 9,76 2. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang efektif dan efisien. - 4,88 21,95 68,29 4,88 3. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien. - 7,32 14,63 65,85 12,20 4. Merancang organisasi kerja yang meliputi arah dan kerangka organisasi, sumber daya manusia, fasilitas, keuangan, termasuk sistem informasi manajemen. - 4,88 26,83 60,97 7,32 5. Merancang, melaksanakan, memantau dan menyesuaikan struktur harga, berdasarkan kemampuan bayar dan kembalian modal serta imbalan jasa praktek kefarmasian. 2,44 - 29,27 63,41 4,88 6. Memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional mencakup aspek menajemen maupun klinis yang mengarah pada kepuasan konsumen. 2,44 - 26,83 65,85 4,88 Peran dalam seven stars pharmacis yang diharapakan mampu dijalankan oleh seorang apoteker dalam kompetensi ini adalah sebagai seorang manager . Salah satu tugasnya di dalam farmasi rumah sakit adalah kemampuan menguraikan tugas, fungsi, wewenang dan tanggungjawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit. Berdasarkan gambaran di atas, tingkat kesiapan yang paling rendah terletak pada kompetensi pertama, yaitu tentang regulasi di bidang farmasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77

d. Komunikasi farmasi