22
pembuangan limbah harus mengikuti prosedur yang berlaku sehingga keamanan lingkungan dapat dikendalikan.
e. Melakukan perbaikan mutu pelayanan secara terus menerus dan
berkelanjutan untuk memenuhi kepuasan “stakeholder”.
Pada bab I disebutkan
Mutu pelayanan farmasi Rumah Sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang
ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan
mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil, sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang
berkesinambungan.
3. Kompetensi C : Manajemen praktis farmasi
a. Merancang, membuat, mengetahui, memahami, dan melaksanakan regulasi
dibidang farmasi. Penjabaran dari kompetensi tersebut adalah dengan
menampilkan semua kegiatan operasional kefarmasian di farmasi rumah sakit berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku dari tingkat lokal,
regional, nasional maupun internasional. Pada bab III disebutkan bahwa Panitia Farmasi dan Terapi ikut membantu instalasi farmasi dalam
mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan- peraturan mengenai penggunaan obat di Rumah Sakit sesuai peraturan
yang berlaku secara lokal maupun nasional.
Hal ini juga disebutkan pada pasal 8 Kode Etik ApotekerFarmasis Indonesia, yaitu bahwa seorang apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
23
b. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan farmasi rumah sakit yang
efektif dan efisien. Penjabaran kompetensi di atas adalah dengan mendefinisikan
falsafah asuhan kefarmasian, visi, misi, isu-isu pengembangan, penetapan strategi, kebijakan, program dan menerjemahkan ke dalam rencana kerja plan of
action. Pada bab VI tentang pengelolaan perbekalan farmasi disebutkan bahwa Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi
dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Pada bab II mengenai fungsi pengelolaan farmasi tertulis 1.
memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
2. merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
3. mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan
yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku 4.
memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
5. menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesisfikasi dan
ketentuan yang berlaku 6.
menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian
7. mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di
Rumah Sakit
c. Merancang, membuat, melakukan pengelolaan obat yang efektif dan efisien.