Diabetes Melitus Landasan Teori

18 mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Metode edukasi kesehatan lainnya yang dapat dipakai adalah metode Cara Belajar Insan Aktif. Metode ini dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil yaitu 6-8 orang, yang melakukan diskusi intensif berbasis masalah. Metode CBIA dapat meningkatkan pengetahuan responden setelah 1 bulan pemberian edukasi mengenai kanker serviks dan papsmear jika dibandingkan dengan edukasi dengan metode seminar Anggayasta, 2010 Upaya meningkatkan tindakan diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas dan dukungan support Maulana, 2009. Salah satu faktor pendukungnya adalah peningkatan pengetahuan dan sikap sehingga upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap berbanding lurus dengan peningkatan tindakan responden seperti halnya metode CBIA. CBIA adalah metode yang lebih mengacu pada keaktifan responden dalam mencari informasi. CBIA selain dapat meningkatkan pengetahuan juga dapat meningkatkan sikap dan tindakan responden. CBIA berhasil sebagai metode yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai DM dalam kurun waktu 6 bulan Hartayu, 2010

E. Diabetes Melitus

Diabetes adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa 19 darah di atas nilai normal, disebabkan karena adanya gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif Goldstein, 2008

F. Diabetes Melitus tipe 2 1. Pengertian

DM tipe 2 atau sering disebut Non Insulin Dependent DM. DM tipe ini terjadi karena resistensi insulin dan atau kurangya sekresi insulin. Insulin yang dihasilkan oleh sel beta pancreas tidak dapat memenuhi jumlah yang dibutuhkan sehingga menyebabkan hiperglikemia Goldstein, 2008. 2. Patogenesis DM tipe 2 disebakan oleh kurangnya produksi insulin yang disebabkan oleh 2 hal yaitu resistensi insulin dan disfungsi sel beta. Resistensi insulin merupakan keadaan dimana kemampuan jaringan perifer untuk berespon terhadap insulin berkurang. Disfungsi sel beta bermanifestasi sebagai sekresi insulin yang tidak adekuat menghadapi resistensi insulin dan hiperglikemia Mitchell, 2008. 20 Gambar 1. Patogenesis DM Porth, 2004 a. Resistensi Insulin. Sekresi dari hormon-hormon kontrainsulin dapat menyebabkan resisten pada insulin. Mekanisme yang mungkin sebagai penyebab resistensi insulin antara lain mekanisme down-regulasi, defisiensi atau polimorfisme genetic dari fosforilasi tyrosine reseptor insulin, protein IRS atau PIP-3 kinase, atau abnormalitas fungsi GLUT 4 yang disebabkan berbagai hal Wilcox, 2005. b. Disfungsi Sel β. Disfungsi sel β pada diabetes tipe 2 menyebabkan ketidakmampuan sel-sel ini beradaptasi terhadap kebutuhan jangka panjang resistensi insulin perifer dan peningkatan sekresi insulin. Pada 21 keadaan resistensi insulin, sekresi insulin mula-mula meningkat karena adanya peningkatan kadar glukosa. Namun karena insulin yang disekresikan berlebih hiperinsulinemia, sel β merespons untuk mengurangi produksi insulin. Respon pengurangan produksi insulin yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi sel β Robbins Cotran, 2008

3. Faktor resiko

Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap resistensi atau defisiensi insulin yaitu obesitas, peningkatan usia, jenis kelamin, gaya hidup yang kurang aktivitas, dislipidemia, dan faktor genetic Awad, 2013. 4. Gejala dan Tanda Gejala klinis pada DM tipe 2 diantaranya adalah poliuria, polifagi, polidipsi, lesu, dehidrasi, pusing, penglihatan kabur dan berat badan turun drastis Fox, 2010. 5. Komplikasi a. Gangguan fungsi jantung. Gangguan pada pembuluh darah akan mengakibatkan aliran darah ke jantung terhambat atau terjadi ischemia, timbul angina pectoris bahkan pada akhirnya dapat mengakibatkan serangan jantung Mahendra, 2008. b. Gangguan penglihatan. Retinopathy disebabkan memburuknya kondisi mikro sirkulasi sehingga terjadi kebocoran pada pembuluh darah retina selain itu juga bisa disebabkan oleh adanya biokimia darah sehingga 22 terjadi penumpukan zat-zat tertentu pada jaringan retina Mahendra, 2008. c. Kerusakan ginjal. Sebab utama gangguan ginjal pada pasien diabetes adalah buruknya mikrosirkulasi. Gangguan ini biasanya parallel dengan gangguan pembuluh darah di mata Mahendra, 2008.

G. CBIA Cara Belajar Insan Aktif

Metode CBIA Cara Belajar Insan Aktif merupakan salah satu edukasi kesehatan. CBIA merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang digunakan untuk pengobatan sendiri. Metode ini lebih ditekankan pada proses belajar mandiri dalam kelompok-kelompok kecil Hartayu, 2012. Metode CBIA ini dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil yang melakukan diskusi intensif berbasis masalah dan diikuti dengan tugas individu. Tiap kelompok tersebut terdiri dari 6-8 orang dan idealnya setiap intervensi harus melibatkan tidak lebih dari 6 kelompok kecil. Dalam metode ini terdapat beberapa faktor pendukung yaitu narasumber dan fasilitator. Narasumber hanya berfungsi untuk menjelaskan hal-hal yang tidak dapat ditemukan jawabannya dalam diskusi. Fasilitator berfungsi sebagai pemicu diskusi dan bila perlu menunjukkan cara untuk mendapatkan jawaban atas suatu masalah. Fasilitator dianjurkan tidak mendominasi diskusi, kecuali bila dinamika kelompok memang tidak berkembang. Satu kelompok kecil diperlukan satu fasilitator sedangkan dalam 1 kelompok besar dibutuhkan narasumber. Fasilitator dan narasumber disarankan 23 ahli atau memang sesuai dengan materi diskusi yang akan diberikan Hartayu, 2012. Waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan CBIA adalah 2-3 jam tergantung dinamika. Namun waktu kegiatan sebaiknya dibatasi paling lama 4 jam. Kegiatan CBIA diawali oleh moderator dengan menjelaskan maksud dan tujuan dari kegiatan, jalannya diskusi dan aturan mainnya. Kemudian peserta dibagi dalam kelompok dan dibagikan modul sesuai materi edukasi. Urutan kegiatan meliputi beberapa tahap yaitu:

1. Kegiatan 1

a. Kepada masing-masing peserta dibagikan satu set booklet yang berisi informasi sesuai dengan materi edukasi b. Peserta memilih urutan topik yang akan didiskusikan c. Membaca dan mencermati informasi yang tersedia di dalam booklet d. Mendiskusikan permasalahan dan hasil-hasil temuan dari booklet yang tersedia

2. Kegiatan 2

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penatalaksanaan mandiri.

3. Kegiatan 3

Masing-masing ketua kelompok menyampaikan temuan-temuan yang didapat selama diskusi berikut pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab. 24

4. Rangkuman

Kegiatan ditutup dengan rangkuman oleh narasumber dengan identifikasi kembali temuan-temuan penting dari masing-masing kelompok dan menyampaikan pesan-pesan untuk memperkuat dampak intervensi Suryawati, 1995.

H. Landasan Teori

Prevalensi DM di Indonesia cukup tinggi dan dimungkinkan dapat terus bertambah apabila tidak dilakukan suatu cara pengatasan. Salah satu cara pengatasan adalah dengan meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 hal yaitu lingkungan sebesar 45, perilaku sebesar 30, pelayanan kesehatan sebesar 20 dan keturunan sebesar 5. Perilaku menjadi nomor dua terbesar setelah lingkungan sehingga peningkatan perilaku yang positif sangatlah perlu didukung untuk meningkatan derajat kesehatan responden. Salah satu pendukung agar terciptanya perilaku kesehatan yang positif perlu diberikan suatu intervensi berupa pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan terdiri dari beberapa metode seperti seminar, CBIA, dan penyuluhan. Pada penelitian Suryawati 1995 CBIA sudah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam memilih obat pada swamedikasi. Berdasarkan fakta tersebut maka metode CBIA dipilih dalam penelitian ini sebagai metode yang efektif dan efisien untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai DM. 25

I. Hipotesis

Terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai DM setelah diberikan intervensi CBIA-DM. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan penelitian pre-post intervention. Eksperimental semu karena peneliti memberikan intervensi tanpa melakukan randomisasi dan tidak memungkinkanya untuk mengontrol semua hal pada subyek uji. Rancangan penelitian adalah time series karena peneliti melakukan pengukuran secara berulang-ulang dalam kurun waktu tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran selama 2 bulan, yaitu sebelum intervensi, segera setelah intervensi, 1 bulan setelah intervensi, dan 2 bulan setelah intervensi.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah edukasi dengan metode CBIA tentang DM. 2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan responden mengenai DM 3. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh melalui pendidikan formal atau non formal tentang DM 4. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah informasi tentang DM yang diperoleh sebelumnya melalui media elektronik internet

Dokumen yang terkait

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 148

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa smk di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 1 156

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswi SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus melalui metode CBIA.

0 0 127

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita dewasa di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 0 134

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita usia dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA di Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta periode Desember 2014 – Maret 2015.

6 63 133

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu lansia di Kecamatan Tegalrejo Kota Yogyakarta tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

0 2 142

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria usia lanjut di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 0 128

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika di Kecamatan Gondokusuma Yogyakarta dengan metode seminar.

0 2 114

Peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan pria dewasa tentang antibiotika dengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif) di Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta.

0 6 137

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja wanita di Kecamatan Umbulharjo tentang antibiotika dengan metode CBIA.

0 2 122