33
masuk dalam kriteria inklusi dijadikan subyek penelitian tanpa melakukan pengacakan.
2. Perijinan
Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dari pihak Universitas Sanata Dharma dan proposal untuk disetujui oleh Kepala Sekolah
SMKN 2 Depok. Prosedur untuk melakukan penelitian di SMKN 2 Depok terlebih dahulu harus melalui pihak Wakil Kepala Sekolah I sebagai perwakilan
Kepala Sekolah. Tahap terakhir perijinan dilanjutkan dengan deposisi ke Wakil Kepala Sekolah V bagian Sumber Daya Manusia. Ethical clearence pada
penelitian ini dilakukan dengan melakukan perizinan kepada pihak SMK 2 Depok dan memberikan inform consent kepada responden. Perizinan dan inform consent
dilakukan sebagai bentuk jaminan legalitas dalam pelaksanann penelitian ini. 3. Penyusunan kuesioner
a. Uji pemahaman bahasa. Kuesioner yang sudah dikembangkan kemudian dilakukan uji pemahaman bahasa. Uji pemahaman bahasa ditujukan
kepada 30 responden yang termasuk kriteria inklusi tetapi tidak boleh dilakukan di lokasi yang sudah ditentukan untuk penelitian. Pada
penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Sleman. Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui pemahaman responden terhadap pernyataan
yang dibuat oleh peneliti apakah bahasa yang digunakan dalam kuesioner mudah dimengerti atau tidak. Di dalam kuesioner disertakan kolom
“mengerti” dan “tidak mengerti” yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui pemahaman responden mengenai bahasa. Apabila responden
34
memilih kolom “mengerti” dengan mencentang kolom tersebut maka diindikasikan bahwa responden memahami bahasa di dalam pernyataan
kuesioner sedangkan kolom “tidak mengerti” memiliki arti sebaliknya. Kolom “tidak mengerti” untuk mengindikasikan bahwa responden
kurang memahami bahasa yang digunakan di dalam pernyataan kuesioner. Apabila responden tidak memahami bahasa yang digunakan,
peneliti sudah menginformasikan kepada responden untuk menggaris bawahi bagian kata yang tidak dipahami. Dalam penelitian ini didapatkan
bahwa 30 responden yang dijadikan subyek uji dapat memahami semua bahasa dalam instrumen, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
instrumen yang digunakan sudah cukup dapat dipahami oleh responden. b. Uji validitas instrumen. Pada penelitian ini peneliti melakukan uji
validasi kepada satu apoteker sebagai professional judgement. Validitas konstruk dilakukan dengan melihat koefisien korelasi yaitu nilai
korelasi Point Biserial dan Pearson Product Moment. Uji korelasi Point Biserial digunakan untuk melakukan seleksi aitem pada data dikotomus
yaitu pada variabel pengetahuan sedangkan uji korelasi Pearson Product Moment digunakan untuk aitem dengan skala Likert yaitu pada
aspek sikap dan tindakan. Hasil akan dibahas pada Bab IV. c. Uji reliabilitas. Untuk menguji reliabilitas instrumen menggunakan
program statistika “R”. Pengukuran uji reliabilitas dilakukan pada 31 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dan di luar lokasi
penelitian yang sudah ditentukan. Pada penelitian ini uji reliabilitas
35
dilakukan di AMIKOM dan Universitas Sanata Dharma yaitu ditujukan pada karyawan. Hasil akan dibahas pada Bab IV.
4. Pre intervensi