Metode Pengumpulan Data Metode Penelitian

17

BAB II DESKRIPSI KEADAAN BAHASA SIKKA

2.1 Sejarah Masyarakat Sikka

Menurut penduduk asli dan pendatang dari Benggala kini Bangladesh, yakni Mo‟ang Ra‟e Raja dan istrinya Du‟a Guru Merang yang melahirkan raja- raja Kangae, nama kabupaten Sikka berasal dari nama seorang Dewi yaitu Dewi Sikh seorang Dewi Padi dari India. Selain Bangladesh, leluhur orang Sikka pun diyakini berasal dari Malaka, kini Semenanjung Malaysia. Menurut cerita rakyat, leluhur itu adalah seorang pelaut, yang bernama Laka dari kata Malaka. Lantaran kapalnya rusak dan terdampar di Paga Mbegu, lalu mengawini perempuan setempat dan keturunannya kini tinggal dibagian barat kabupaten Sikka, yakni Paga, Mauloo, dan Wolowiro. Para antropolog dan arkeolog mengatakan orang Sikka penghuni Pulau Flores bagian tengah ini berasal dari lembah Dong Son di hulu Sungai Mekong dan Hoang Ho China. Para penulis sejarah seperti Oscar Mandalangi Parera, Dominicus Dionitius Kondi pareira dan A. Boer berpendapat bahwa orang Sikka berasal dari penghuni asli dan pendatang seberang lautan. Para penghuni asli ini disebut Ata Te ri Nian E‟ra Natar atau Ata Tawatana atau Bapak Pengasal Boer, dkk. 2008: 22 Sikka tumbuh kembang dalam empat era, yakni era pra-kolonial, era kolonial Portugis, era Hindia Belanda, dan era paska kemerdekaan. Sejarah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 menunjukkan kronk sikka dalam silang budaya yang sangat kental. Mulai dari silang budaya dengan India, Portugis hingga budaya modern saat ini. Tonggak sejarah Sikka dilakukan oleh Raja Don Alexius Ximenes da Silva pada awal tahun 1.600-an sebagai peletak agama Katholik di Sikka, Ratu Dona Agnesia dan Ratu Dona Maria 1613-1620 sebagai peletak emansipasi wanita, Raja Don Thomas Ximenes da Silva sebagai peletak Sikka modern. Adat istiadat dalam bidang pemerintahan telah lebur dalam tata cara pemerintahan Republik pada pertengahan tahun 1950-an dengan Raja terakhir yang secara adat maupun adaministratif diakui. Pada tahun 1958 terbit ketetapan pemerintah Republik Indonesia mengenai Swapraja kabupaten Sikka. Tahun 2002 kabupaten Sikka sesuai UU no. 2499 dan 342003 otomatis sebagai daerah otonom.

2.2 Letak Geografis

Secara geografis wilayah Kabupaten Sikka terletak di antara 8°22 s.d. 8°50 derajat Lintang Selatan, dan 121º55‟40” s.d. 122º41‟30” Bujur Timur. Kabupaten Sikka merupakan salah satu dari 22 kabupatenkota yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Flores Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ende, sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores,dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Sawu. Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan 1.731,91 km². Kabupaten Sikka beriklim tropis yang kering, dengan suhu udara relatif tinggi. Kabupaten Sikka meliputi 10 pulau besar dan beberapa pulau kecil dengan luas masing- masing sebagai berikut: 19 Tabel 1. Luas Daerah Kabupaten Sikka Berdasarkan Pulau No. Pulau Luas Daerah Km 2 Persetase 1 Sikka 1613,18 93,14 2 Babi 5,63 0,33 3 Pangabatang 0,4 0,02 4 Kambing 5 Damhila 6,25 0,36 6 Permaan 0,35 0,02 7 Besar 53,13 3,07 8 Palue 41 2,37 9 Sukun 5 0,29 10 Pemana besar 6,6 0,38 11 Lainnya 0,37 0,02 Total 1731,91 100 Sumber: BPS Kabupaten Sikka 2016 Kabupaten Sikka terdiri dari 21 kecamatan, yakni: Alok, Alok Barat, Alok Timur, Bola, Doreng, Hewokloang, Kangae, Kewapante, Koting, Lela, Magepanda, Mapitara, Mego, Nelle, Nita, Paga, Palue, Talibura, Tana Wawo, Waiblama, dan Waigete dalam peta sebagai berikut sumber: www.google.com: Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Sikka