Pengertian Makian Kerangka Teori

11 lazimnya berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada diluar bahasa yang disebut referen referent Wijana, 2011: 4. Referen adalah objek atau hal yang ditunjuk peristiwa, fakta dalam dunia pengalaman manusia Djajasudarma, 1993: 24. Referen merupakan salah satu bagian dari segitiga semiotik, selain simbol dan rujukan Richards, 1923: 14. Referen tidak selalu sesuai dengan simbol, karena konsep sebuah referen dapat dipahami jika sesuai dengan rujukan. Pemikiran atau referensi sangat dipengaruhi oleh bahasa dan simbol Martinet, 2010: 78. Gambar 1. Segitiga semantik Simbol kata, rangkaian kata, gambar gerak, isyarat dan semua representasi gambar maupun bunyi imitatif mengarahkan secara langsung, mengorganisasi, merekam dan mengomunikasikan pemikiran atau referensi tersebut. Simbol-simbol yang telah diproses di dalam pemikiran atau referensi 12 tersebut kemudian dikomunikasikan lagi dengan fakta dan kejadian. Fakta dan kejadian inilah yang disebut referen. Simbol dalam segitiga semiotik berfungsi menggantikan referen, karena simbol melakukan pentahbisan atau investitura . Ketika seseorang memahami apa yang dikatakan, suatu sombol akan membuat kita melakukan suatu tindakan referensi, dan sekaligus membuat kita mengambil suatu sikap yang sesuai dengan lingkungan yang mirip atau mendekati tindakan dan sikap lokutor. Selain menggantikan referen, simbol juga memiliki satu relasi tidak langsung. Misalnya kata anjing tidak memiliki hubungan lain dengan „beberapa objek umum tertentu yang terdapat di jalanan‟ kecuali berkaitan dengan fakta yang sering kita gunakan ketika menunjuk pada suatu binatang Martinet, 2010:79.

1.6.3 Pragmatik dan Teori tentang Maksud

Menurut Yule George 1996: 3, pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan- tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Melalui pragmatik seseorang dapat bertutur kata tentang makna yang dimaksudan orang , asumsi mereka, maksud dan tujuan mereka, dan jenis-jenis tindakan. Maksud merupakan suatu gejala luar ujaran, selain informasi. Informasi dan maksud sama-sama suatu yang luar ujaran. Bedanya informasi merupakan sesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan, 13 sedangkan maksud dilihat dari segi si pengujar, orang yang berbicara atau pihak subjeknya. Di sini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi maksudnya tidak sama dengan maksud lahiriah ujaran itu sendiri Chaer, 1990: 35-36.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap tersebut.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah makian dalam bahasa Sikka dialek Lela Sikka. Makian tersebut terdapat dalam data berupa tuturan bahasa Sikka dialek Lela Sikka. Pengumpulan data dilakukan dengan metode cakap, dan metode simak. Metode cakap atau percakapan karena memang berupa percakapan dan terjadi kontak antara peneliti selaku peneliti penutur selaku narasumber Sudaryanto 2015: 208. Pada praktiknya, percakapan atau metode cakap itu diwujudkan dengan pemancingan. Maksudnya, peneliti untuk mendapatkan data, pertama- tama harus dengan segenap kecerdikan dan kemauannya memancing seseorang atau beberapa orang untuk berbicara Sudaryanto 2015: 209. Metode berikutnya adalah metode simak. Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menyimak penggunaan 14 bahasa Sudaryanto, 2015: 203. Pada metode simak, peneliti menggunakan teknik simak libat cakap dan teknik simak bebas libat cakap. Menurut Sudaryanto, 2015: 204 teknik simak libat cakap merupakan kegiatan menyadap pengguna bahasa dengan berpartisipasi sambil menyimak, atau si peneliti terlibat langsung dalam dialog. atau Peneliti sendiri sebagai alat penentu karena terlibat langsung dalam membentuk dan memunculkan calon data. Peneliti menyimak percakapan dari penutur selaku narasumber Laurentius Vianey dan beberapa penutur bahasa Sikka dilaek Lela Sikka yang berdomisili di Yogyakarta. Teknik simak bebas libat cakap dilakukan dengan tidak berpartisipasi dalam percakapan atau dialog. Peneliti tidak bertindak sebagai pembicara yang berhadapan dengan mitra-wicara atau sebagai pendengar. Peneliti hanya sebagai pemerhati yang penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan dan bukan apa yang dibicarakan oleh orang-orang yang hanyut dalam proses berdialog. Seperti halnya dalam teknik simak libat cakap, dalam teknik simak bebas libat cakap pun alat yang digunakan adalah diri peneliti sendiri. Hanya dalam teknik simak bebas libat cakap peneliti tidak dilibatkan langsung untuk ikut menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati saja, pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya Sudaryanto, 2015: 204-205 Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengamati dan meneliti makian-makian yang sering digunakan oleh mahasiswa atau masyarakat yang berdomisili di Yogyakarta dalam percakapan sehari-hari.