Manfaat Hasil Penelitian PENDAHULUAN

8 Menurut Poerwadarminta umpatan atau makian adalah 1 perkataan yang memburuk-burukan orang dan 2 sesalan, cercaan yang diucapkan karena marah, menyesal dan sebagainya, terhadap atau kepada orang yang dianggap salah, dan sebagainya. Baryadi 1983: 38 menyebutkan bahwa kata makian termasuk di dalam kata-kata afektif, karena kata makian mengandung nilai rasa tertentu dari penutur yaitu rasa marah, atau jengkel. Ciri- ciri kata afektif adalah sebagi berikut. Pertama selalu berkaiatan dengan “segala sesuatu” yang pada dasarnya telah mengandung afek rasa. Dalam hal ini segala sesuatu yang dimaksud adalah sikap, penilian atau pandangan penutur terhadap realitas yang dihadapinya. Hal tersebut dapat dilihat dari contoh berikut ini: seseorang melontarkan makian seperti Bajingan Asu dan sebagainya untuk melampiaskan rasa marah. Kedua, berkaiatan dengan pendengar atau persona kedua yang secara emosional rentan atau merangsang perasaannya terhadap kata tertentu yang digunakan dalam setting yang tidak selaras dengan kelayakan penggunaan kata itu. Makian yang dikatakan pembicara dapat merangsang perasaan lawan bicara terhadap kata-kata itu. Hal tersebut dipengaruhi oleh makian yang dilontarkan si pembicara itu menyebabkan kejengkelan lawan bicara, sehingga lawan bicara membalas dengan makian kepada pembicara. Dalam hal ini antara si pembicara dan lawan bicara saling memaki. Ketiga, berkaitan dengan pembicara yang dalam kondisi kejiwaan tertentu harus melampiaskan, menumpahkan atau menyalurkan gejolak perasaannnya lewat kata-kata. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa kata makian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 digunakan pada saat pembicara dalam kondisi kejiwaan sedang tegang, jengkel atau marah. Selain perasaan marah, tegang, atau jengkel seorang dapat pula memaki pada saat sedang menyesal. Menurut Sunaryono dalam Baryadi, 1983: 6 makian adalah sejumlah kata, frasa ataupun kalimat khas atau unik yang dipakai oleh penutur bahasa tertentu untuk menyatakan atau mengekspresikan atau melampiaskan berbagai perasaan seperti jengkel atau marah kepada mitra tuturnya. Memaki sebagai alat untuk mengekspresikan perasaan marah atau jengkel rupanya dapat pula menjadi cermin dari nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat itu, tetapi sekaligus juga menggambarkan seberapa jauh penutur bahasa tertentu telah mengeksploitir bahasanya untuk mengungkapkan perasaan yang dalam. Slametmuljana 1964: 48 menyebut kata makian sebagai kata ejekan. Kata ejekan ialah kata-kata yang biasa digunakan sebagai ejekan dalam suasana kejengkelan yang maknanya tidak baik. Ia juga menyebutkan kata ejekan sebagai kata ejekan pinjaman. Penyebutan itu digunakan karena kata ejekan dapat meminjam nama berbagai jenis kata, termasuk kata asing. Ia juga mengatakan bahwa pemakaian kata ejekan yang dirasa kasar dapat dihindari dengan mengubah bunyi katanya atau memenggal bunyi kalimat menjadi kalimat elips. Peminjaman kata dan penghindaran pemakaian kata yang dirasakan kasar tersebut tidak akan menimbulkan salah paham karena maknanya telah ditetapkan oleh suasana pemakaian bahasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dendy,Sugono 2008: 863, maki berarti „mengeluarkan kata-kata ucapan keji kotor, kasar, dan sebagainya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI