Biaya Kepatuhan Pajak TINJAUAN PUSTAKA

keleluasaan kepada Wajib Pajak, karena tidak harus menyampaikan SPT Tahunan di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar tetapi dapat disampaikan di tempat yang terdekat dengan aktivitas harian mereka. Dengan adanya dropbox SPT, Wajib Pajak juga akan lebih merasa nyaman dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, karena mereka tidak lagi perlu menghadapi antrian yang sangat panjang menjelang tenggat waktu penyampaian SPT Tahunan. 8. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor : PER-32PJ2010, Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha pedagang pengecer yang mempunyai 1 satu atau lebih tempat usaha. Pedagang eceran adalah orang pribadi yang melakukan : a. Penjualan barang baik secara grosir maupun eceran; danatau b. Penyerahan jasa, melalui suatu tempat usaha. Bentuk kemudahan dari peraturan ini adalah besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 ditetapkan sebesar 0,75 nol koma tujuh puluh lima persen dari jumlah peredaran bruto setiap bulan dari masing-masing tempat usaha. Jadi Wajib Pajak tidak perlu menghitung jumlah pegawai, biaya listrik dan pengeluaran lainnya untuk membayar pajak penghasilan terutang.

2.6. Biaya Kepatuhan Pajak

Untuk mewujudkan pemasukkan pajak ke dalam kas negara, maka dibutuhkan biaya-biaya, yang dalam literatur perpajakan disebut tax operating cost, yang terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk memungut Universita Sumatera Utara pajak yang disebut sebagai administrative cost dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya yang disebut compliance cost atau biaya kepatuhan. Biaya kepatuhan adalah semua biaya baik secara pisik maupun psikis yang harus dipikul oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannnya. Biaya kepatuhan antara lain terdiri dari fee untuk konsultanakuntan, biaya pegawai, biaya transport ke kantor pajakbankkas negara, dan biaya foto copy sebagai biaya pisik, dan biaya psikis berupa stres, keingintahuan dan kekhawatiran. Makin rendah biaya kepatuhan, makin mudah bagi Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Permintaan lembar foto kopi lebih dari satu kali oleh seksipetugas kantor pajak dibawah satu atap merupakan contoh dari biaya kepatuhan yang tidak perlu pascasarjana- stiami.ac.id201012kepatuhan-perpajakan. Sebagai ilustrasi, menurut laporan IFA International Fiscal Association dalam kongresnya tahun 1989 yang dilangsungkan di Rio de Janeiro, Brazil, biaya kepatuhan Inggris, Norwegia dan Swedia lebih besar jika dibandingkan dengan administrative cost dengan perpandingan sebagai berikut : di Inggris 2,2 : 1, di Swedia 1,2 : 1 dan di Norwegia 2,5 :1. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa besarnya tax operating cost di Inggris tahun 1986 – 1987 adalah 4 dari total penerimaan pajak atau 1,5 dari GDP. Suatu angka yang pantastis. Di Indonesia belum ada hasil penelitian mengenai tax operating cost, khususnya mengenai compliance cost. Namun demikian jika prosentasi angka di Inggris tersebut diaplikasikan pada rencana penerimaan tahun 2013, maka akan ditemukan angka : 4 x Rp 1.042,28 triliun = Rp 41,69 triliun. Universita Sumatera Utara Penelitian dari Prasetyo 2008 dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Uniformity dan Kesamaan Persepsi, Serta Ukuran Perusahaan Terhadap Kepatuhan Pajak” mengungkapkan bahwa rendahnya kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak disebabkan sifat dasar manusia yang wanprestasi sehingga perlu layanan yang maksimal dari pengelola pajak. Biaya kepatuhan pajak, yang ditanggung oleh Wajib Pajak, menurut penelitiannya berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak dengan pengaruh negatif. Sehingga, semakin besar biaya kepatuhan pajak, maka tingkat kepatuhan juga semakin rendah. Oleh karena itu, maka ia berharap pemerintah dapat menekan biaya kepatuhan pajak seminimal mungkin supaya kepatuhan pajak juga maksimal. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Wajib Pajak atau compliance cost menurut Seandford, et al yang dikemukakan kembali oleh Rahayu dan Suhayati 2009 mendefinisikan bahwa compliance cost atau biaya kepatuhan Wajib Pajak adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan Wajib Pajak dalam memenuhi syarat- syarat perhitungan perpajakan. Menurut Seandford biaya kepatuhan pajak dibagi menjadi : a Direct money cost, yaitu biaya yang berhubungan dengan perhitungan pajak, yaitu biaya pengarsipan kuitansi-kuitansi, tanda terima, dan catatan-catatan penting, biaya penyelesaian penulisan berkas pajak pendapatan, biaya konsultan pajak, dan biaya tak terduga surat menyurat, telepon, perjalanan, dan komunikasi dengan pejabat perpajakan, biaya pengumpulan, pembayaran, dan perhitungan pajak produk, pendapatan perusahaan, dan gaji karyawan. Universita Sumatera Utara b Time Cost, yaitu biaya belajar karyawan. Untuk menghitung pembiayaan ini, kita juga harus memperhitungkan opportunity cost-biaya yang digunakan jika tidak ada pajak. Waktu yang terpakai untuk membaca formulir SPT dan buku petunjuknya, waktu untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak, serta waktu yang terpakai untuk pergi dan pulang ke kantor pajak, waktu untuk menyetorkan pajak, dan sebagainya. c Psychic or psychological cost, kecemasan karena telah melakukan tax evasion. Juga rasa cemas dan rasa keingintahuan Wajib Pajak timbul pada saat-saat menunggu hasil pemeriksaan atau hasil pengajuan keberatan dan banding. Sistem perpajakan dengan self assesment mewajibkan turut aktifnya Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, di mana sistem yang berlaku bagi sebagian besar Wajib Pajak merupakan sesuatu yang rumit, dan tidak mudah dipahami. Kerumitan sistem perpajakan bisa dianggap sebagai “pemberi kesempatan” kepada para praktisi pajak agen pajak untuk mendapatkan valuable human capital. Biaya kepatuhan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan pajak dan pengaruhnya bersifat negatif. Artinya jika biaya kepatuhan pajak semakin tinggi maka kepatuhan pajak semakin rendah. Biaya kepatuhan pajak dapat ditekan seminimal mungkin untuk mendapatkan tingkat kepatuhan pajak maksimal. Namun pada kondisi biaya kepatuhan pajak terendah yang dapat ditekan biaya-biaya kepatuhan untuk direct money cost, time cost, dan psycological cost masih timbul yang relatif lebih besar dibandingkan dengan biaya kepatuhan pajak di negara lain. Universita Sumatera Utara Biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa konsultan pajak akan meningkatkan atau menambah sebagian compliance cost Wajib Pajak tetapi dengan memakai konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi jumlah compliance cost secara keseluruhan. Karena compliance cost tidak hanya direct money cost yang di dalamnya terdapat biaya konsultan pajak tetapi dengan dibantu konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi time cost dan Psychic or psychological cost Wajib Pajak. Meskipun pada akhirnya keputusan ada di tangan Wajib Pajak, saran-saran yang diajukan konsultan pajak akan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Menurut Pope, Fayle and Duncanson 1990 Jeff Pope, 1993:74 dalam Yuniar 2010 menganalisis pembayar pajak yang memakai profesional penasihat pajak tax agents membayar lebih tinggi biaya langsung dari perkiraan total biaya kepatuhan daripada yang tidak memakai agen pajak. Tetapi dengan dibantu agen pajak yang professional akan mengurangi total biaya kepatuhan Wajib Pajak. Oleh karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib Pajak dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional tax agents atau konsultan pajak. Dengan begitu diharapkan kepatuhan Wajib Pajak tercapai, sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assesment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.

2.7. Sanksi Perpajakan