Sanksi Perpajakan TINJAUAN PUSTAKA

Biaya yang dikeluarkan untuk membayar jasa konsultan pajak akan meningkatkan atau menambah sebagian compliance cost Wajib Pajak tetapi dengan memakai konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi jumlah compliance cost secara keseluruhan. Karena compliance cost tidak hanya direct money cost yang di dalamnya terdapat biaya konsultan pajak tetapi dengan dibantu konsultan pajak yang berkualitas akan mengurangi time cost dan Psychic or psychological cost Wajib Pajak. Meskipun pada akhirnya keputusan ada di tangan Wajib Pajak, saran-saran yang diajukan konsultan pajak akan mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Menurut Pope, Fayle and Duncanson 1990 Jeff Pope, 1993:74 dalam Yuniar 2010 menganalisis pembayar pajak yang memakai profesional penasihat pajak tax agents membayar lebih tinggi biaya langsung dari perkiraan total biaya kepatuhan daripada yang tidak memakai agen pajak. Tetapi dengan dibantu agen pajak yang professional akan mengurangi total biaya kepatuhan Wajib Pajak. Oleh karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib Pajak dibantu tenaga ahli misalnya praktisi perpajakan profesional tax agents atau konsultan pajak. Dengan begitu diharapkan kepatuhan Wajib Pajak tercapai, sehingga kepatuhan diperlukan dalam self assesment system, dengan tujuan pada penerimaan pajak yang optimal.

2.7. Sanksi Perpajakan

Universita Sumatera Utara Pengenaan sanksi di dalam Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan yang dikenakan kepada semua Wajib Pajak yang terbukti bersalah melanggar ketentuan perundang- undangan perpajakan. Secara garis besar, pengenaan sanksi perpajakan terbagi dua yaitu pertama sanksi administrasi karena Wajib Pajak melanggar ketentuan- ketentuan yang besifat administratif, dan kedua sanksi pidana karena Wajib Pajak melanggar ketentuan-ketentuan pidana. Undang-undang pajak tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan sanksi administrasi maupun sanksi pidana. Namun, jika diteliti lebih lanjut kedua jenis sanksi tersebut hanya berbeda dari sisi berat ringannya sanksi yang diterapkan. . Wajib Pajak umumnya dikenakan sanksi administrasi karena melanggar hal-hal seperti tidak atau terlambat menyampaikan SPT dan terlambat membayar besarnya pajak terutang sesuai batas waktu yang ditentukan. Sedangkan sanksi pidana umumnya diterapkan kepada Wajib Pajak yang melanggar ketentuan yang dikualifikasikan sebagai tindak pidana pajak. Sanksi pidana diterapkan karena adanya unsur kealpaan atau unsur kesengajaan yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara. Menurut Devano dan Rahayu dalam bukunya Perpajakan Konsep, Teori dan Isu 2006 yang ditulis Nelson Pakpahan dalam koranharian.blogspot.com 2013, denda adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan. Bunga adalah sanksi administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran pajak. Sedangkan kenaikan adalah sanksi administrasi yang berupa kenaikan jumlah pajak yang harus dibayar, terhadap pelanggaran berkaitan dengan kewajiban yang diatur dalam ketentuan material . Universita Sumatera Utara Menurut Cai dan Tobing 2010 mengemukakan defenisi tindak pidana perpajakan secara jelas dapat dilihat pada penjelasan Pasal 33 ayat 3 Undang- undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Yang dimaksud dengan tindak pidana perpajakan adalah informasi yang tidak benar mengenai laporan yang terkait dengan pemungutan pajak dengan menyampaikan surat pemberitahuan, tetapi yang isinya tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada negara dan kejahatan lain yang diatur dalam undang-undang yang mengatur perpajakan. Menurut Pirtilla 1999 dalam eMagazine Desember 2012 menyatakan “in the standard tax evasion framework, evasion can be deterred by imposing heavy penalties”. Oleh karena itu upaya pengawasan dan penegakkan hukum yang optimal mutlak dilaksanakan karena pada dasarnya penerapan sanksi yang berat akan dapat memberi efek jera terhadap upaya penggelapan pajak. Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak Suyatmin, 2004. Saefudin 2003 mengemukakan bahwa undang-undang pajak dan peraturan pelaksanaannya tidak memuat jenis penghargaan bagi WP yang taat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan baik berupa prioritas untuk mendapatkan pelayanan publik ataupun piagam penghargaan. Walaupun WP tidak mendapatkan penghargaan atas kepatuhannya dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, WP akan dikenakan banyak hukuman apabila alfa atau sengaja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Universita Sumatera Utara WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya. Oleh sebab itu sikap atau pandangan WP terhadap sanksi denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan WP dalam membayar pajak. Hal ini sangat relevan jika digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini. Beberapa bukti empiris seperti penelitian Kahono 2003, Suyatmin 2004, Jatmiko 2006, Suryadi 2006, dan Daroyani 2010 telah menunjukkan bahwa sikap Wajib Pajak terhadap sanksi berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Semakin baik persepsi WP mengenai hukum pajak maka semakin tinggi pula tingkat kepatuhan perpajakan. Penerapan sanksi perpajakan baik administrasi denda, bunga dan kenaikan dan pidana kurungan atau penjara mendorong kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitian Alm, Jackson dan Mckee 1992 menunjukkan bahwa sanksi untuk diperiksa berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan seorang Wajib Pajak www.pajak.go.idcontentstrategi-meningkatkan-kepatuhan-wajib-pajak .

2.8. Sensus Pajak Nasional