Pengaruh Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Pembayaran Pajak Pedagang Eceran

Terkait isu yang sedang berkembang di masyarakat, dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dan Usaha Yang Diterima dan Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu dikenal dengan pajak bagi UKM merupakan bentuk kemudahan bagi UKM http:wartaekonomi.co.idberita12776dirjen-pajak- pungutan-ukm-merupakan-bentuk-kemudahan.html.

4.5.6. Pengaruh Biaya Kepatuhan Pajak Terhadap Kepatuhan Pembayaran Pajak Pedagang Eceran

Dalam konteks administrasi pembangunan, biaya kepatuhan pajak merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi high cost economy dalam suatu negara dan merupakan disinsentif bagi kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban pajak. Sedemikian pentingnya masalah biaya kepatuhan pajak, sehingga isu ini dibahas dalam Kongres XLIII International Fiscal Association IFA tahun 1989 di Rio De Janeiro. Adapun masalah yang belum banyak mendapat sorotan peneliti, terutama di Indonesia, adalah telaah mengenai hubungan antara biaya kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak itu sendiri. Dengan memahami hubungan antara biaya kepatuhan pajak dan kepatuhan pajak, implementasi kebijakan pajak diharapkan dapat lebih terarah dan mencapai efisiensi dan efektifitas sesuai sasaran yang diharapkan. Di Indonesia beberapa penelitian tentang biaya kepatuhan pajak telah dilakukan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Rahayu 2004 dan Noviarto 2000. Kedua penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi unsur biaya kepatuhan pajak. Adapun, dari penelitian Rahayu disimpulkan bahwa biaya kepatuhan pajak di Indonesia terdiri dari biaya resmi dan biaya tidak resmi yang ditanggung oleh Wajib Pajak diluar pajak terhutang, yaitu seluruh biaya Universita Sumatera Utara yang dikeluarkan Wajib Pajak terkait pemenuhan kewajiban pajak, mulai dari tahap perencanaan aspek perpajakan dalam investasi sampai dengan tahap menerima putusan banding dan melunasi pajak terhutang. Peneliti lain, Setiawan Noviarto, menyimpulkan bahwa biaya kepatuhan pajak, yang dihitung melalui teori biaya transaksi, mencakup dua unsur biaya, yaitu actual cash outlay dan opportunity cost of time. Termasuk actual cash outlay adalah semua biaya transaksi resmi dan tidak resmi dalam penghitungan pajak yang dibayarkan secara tunai, dan opportunity cost of time adalah kerugian yang diderita Wajib Pajak akibat berkurangnya penghasilan harian atau berkurangnya output selama melakukan kewajiban perpajakan. Adapun, biaya ini merupakan ekuivalen rupiah dari waktu yang dihabiskan Wajib Pajak dalam melakukan pemenuhan kewajiban pajak. Sesuai teori pertukaran sosial, manusia secara terus menerus terlibat dalam proses pemilihan perilaku diantara perilaku-perilaku alternatif, dengan pilihan yang mencerminkan cost and reward atau profit yang diharapkan. Kepatuhan tumbuh apabila cost beban untuk patuh rendah. Sebaliknya, apabila cost beban untuk patuh tinggi, maka yang timbul adalah ketidakpatuhan. Menurut Penelitian dari Prasetyo 2008 biaya kepatuhan pajak, yang ditanggung oleh Wajib Pajak menurut penelitiannya berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak dengan pengaruh negatif. Sehingga, semakin besar biaya kepatuhan pajak, maka tingkat kepatuhan juga semakin rendah. Hasil analisis menggunakan structural equation modeling SEM dengan software AMOS 20 membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan biaya kepatuhan pembayaran pajak terhadap kepatuhan pembayaran Universita Sumatera Utara pajak pedagang eceran di KPP Pratama Medan Barat dimana nilai propababilitas sebesar sebesar 0,006 0,05. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo 2008 yang menyimpulkan biaya kepatuhan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan pajak dengan pengaruh negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pedagang eceran di KPP Pratama Medan Barat dalam menunggu hasil pemeriksaan bukanlah hal yang sangat memberatkan. Biaya kepatuhan adalah semua biaya baik secara pisik maupun psikis yang harus dipikul oleh Wajib Pajak untuk memenuhi perpajakannnya, termasuk diantaranya biaya psikis berupa stres, keingintahuan dan kekhawatiran pada saat dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa pemeriksaan yang dilakukan sekarang bukanlah mencari-cari kesalahan Wajib Pajak, tetapi membina Wajib Pajak. Sehingga dengan demikian apabila pemeriksaan tersebut telah selesai, Wajib Pajak akan segera melakukan pembayaranpatuh melakukan pembayaran karena pemeriksaan tersebut dalam rangka pembinaan Wajib Pajak dan bukan mencari-cari kesalahan Wajib Pajak. Selain itu juga kegiatan pemeriksaan sekarang telah mengatur hak dan kewajiban yang lebih berpihak kepada Wajib Pajak. Selain itu juga pedagang eceran di KPP Pratama Medan Barat merasa bila mengeluarkan uang untuk honor fee atau konsultan pajak bukanlah hal yang memberatkan baginya. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak pedagang eceran susah untuk mengerti peraturan perpajakan yang berlaku dan cukup menyita waktu untuk berbisnisberusaha. Pedagang eceran lebih memillih lebih fokus mengawasi usahanya dibanding untuk menyediakan waktu membaca peraturan perpajakan. Belum lagi waktu yanga akan terpakai bila adan panggilan dari kantor pajak. Kondisi ini yang membuat pedagang eceran Universita Sumatera Utara yang ada di KPP Medan Barat menggunakan jasa konsultan pajak dan bersedia mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar konsultan pajak tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan biaya kepatuhan pajak terhadap kepatuhan pembayaran pajak pedagang eceran di KPP Pratama Medan Barat.

4.5.7. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Pembayaran Pajak Pedagang Eceran