2.3. Kepatuhan Pembayaran Pajak
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia ”Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan” Badudu dan Zain, 1994. Kepatuhan adalah
motivasi seseorang kelompok; atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku kepatuhan seseorang
merupakan interaksi antara perilaku individu, kelompok dan organisasi Robbins, 2001.
Menurut Nurmantu dalam Sofyan 2005, ”Kepatuhan perpajakan didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”. Terdapat dua macam kepatuhan menurut Safri Nurmantu dalam Sofyan 2005, yakni:
Kepatuhan formal dan kepatuhan material. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan secara formal
sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan SPT PPh
Tahunan tanggal 31 Maret. Apabila Wajib Pajak telah melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan SPT PPh Tahunan sebelum atau pada tanggal
31 Maret maka Wajib Pajak telah memenuhi ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan material, yaitu suatu keadaan dimana Wajib
Pajak secara substantif memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi
kepatuhan formal. Wajib Pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan SPT
sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
Universita Sumatera Utara
Menurut Nasucha dalam dalam Sofyan 2005 : Kepatuhan Wajib Pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri,
kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT, kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam
pembayaran tunggakan. Menurut James et al yang dikutip oleh Gunadi 2005 dalam Santoso
2008, pengertian kepatuhan pajak tax compliance adalah Wajib Pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan
yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi. Kemauan membayar pajak willingness to pay tax dapat dibedakan
menjadi 2 dua subkonsep yaitu konsep kemauan membayar dan konsep pajak. Konsep kemauan membayar adalah suatu keadaan dimana seseorang rela untuk
mengeluarkan dan mengorbankan uangnya untuk memperoleh sesuatu barang dan jasa. Sedangkan konsep pajak menurut Taylor dalam Waluyo 2007 adalah
prestasi yang dipaksakan sepihak oleh negara dan terhutang kepada pengusaha tanpa suatu kontrapestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran
umum. Walaupun beberapa laporan atau artikel, baik yang diterbitkan oleh
instansi pemerintah maupun majalah ilmiah menunjukkan bahwa masih banyak perusahaan yang tidak mematuhi peraturan perpajakan, akan tetapi masih relatif
sedikit penelitian secara akademis melakukan pengujian secara ilmiah terhadap fenomena tersebut untuk perusahaan yang berskala kecil.
Universita Sumatera Utara
The General Accounting Office 1990 dalam Siahaan 2005 telah menemukan bahwa perusahaan manufaktur memiliki tingkat kepatuhan terhadap
peraturan perpajakan yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan perusahaan jasa service dan dagang eceran retail. Rice 1992 dalam Siahaan
2005 telah melakukan penelitian terhadap tingkat kepatuhan perusahaan- perusahaan kecil terhadap peraturan perpajakan. Rice menemukan bahwa 23 dari
perusahaan kecil yang diteliti tidak mematuhi peraturan perpajakan. Faktor-faktor yang siginifikan yang ditemukan dalam hubungannya dengan tingkat kepatuhan
perusahaan-perusahaan kecil terhadap peraturan perpajakan adalah pengungkapan laporan keuangan kepada publik memiliki hubungan positif, Marginal Tax Rate
memiliki hubungan negatif, ukuran perusahaan memiliki hubungan positif dan lokasi yang diidentifikasi oleh IRS yang masuk dalam Poor Compliance Region
memiliki hubungan negatif. Apakah yang menjadi kriteria atau tolak ukur bagi Wajib Pajak sehingga
disebut sebagai Wajib Pajak Patuh ? Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192PMK.032007 yang telah dicabut dengan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 74PMK.032012 menyebutkan bahwa Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak
Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a.
tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; b.
tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran
pajak;
Universita Sumatera Utara
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir.
2.4. Teori Perilaku 2.4.1.