Kebutuhan Akan Peran Tempat
53
i Pengakuan akan eksistensi dan tempat
Dalam menjalani kegiatan Gereja, subjek ingin mendapat porsi yang cukup dapat menjadi ujung tombak serta mendapat
kepercayaan oleh dewan. Subjek berharap terciptanya sebuah dinamika yang lebih hidup dari kaum muda di komunitas. Ada saat
dimana subjek merasa diakui ketika ia diberi sebuah peran, diandalkan, serta diajak kerjasama oleh lingkungan wilayah.
Akan hal ini, subjek akhirnya merasa sudah punya tempat.
“Yang paling penting saat perayaan Natal 2009, karena kebetulan saya dengan panitia dengan temen-temen MPP
dipercaya oleh dewan paroki untuk mengkoordinasi Natal, dan bagi saya ini adalah sebuah pengalaman yang paling
penting bagi saya karena bisa bergabung dengan banyak sekali teman dan mendapatkan kepercayaan dari dewan
yang sampai sekian lama itu ada sedikit pengaruh pikiran yang negatif terhadap kaum muda.” Tn, 102-108
“…temen-temen ini selama ini sangat nyaman. Karena mereka…kenapa aku bisa mengatakan bahwa mereka
nyaman dengan atau sangat enak sama aku, ketika setelah acara itu atau ketika saya mempunyai yang lain, temen-
temen saya kontak atau saya sambati, saya minta yang lain, tolong ini, mereka mau. Jadi ini menurutku menjadi sebuah
indikator bahwa. Oooo, temen-temen ternyata juga istilahnya sayang atau apapun sebutannya, yang tentang
aku.” Fj, 193-202 “…kita menetralkan itu ya sekarang tetap saya temui temen-
temen, saya jelaskan tujuannya kaya’ gini, tujuannya ini. Saya beri pemahaman pada temen-temen. Tetap istilahnya
aku datang secara personal, atau ke kelompok mereka, tujuannya kaya’ gini, sehingga biar temen-temen kan sama
aku ini bisa beriringan enak. Tidak ada saling kecurigaan, makanya ya kaya’ gitu itu…” Fj, 227-234
“…ada beberapa pengurus yang ketua lingkungan kalau di lingkungan dari ketua lingkungan pada saat itu istilahe
bener-bener njagakkelah ya mengandalkan saya dalam beberapa hal. Kemudian di wilayah Kraton juga
mengandalkan saya dalam beberapa hal sampai-sampai saya pindah dari lingkungan lainpun dengan wilayah yang
berbeda juga saya didatangi ke rumah saya yang baru untuk tetap melaksanakan kerjasama di wilayah yang sama.” Tn,
350-354
54
“Sudah bisa terbaca bahwa Fajar ini ya di situ itu… ya kaya’ gitu itu. Iya, aku apa adanya. Kalau misalnya aku sering
guyon, celelekan, aku terlalu banyak celelekan, terlalu banyak bicara, itu sudah bisa. Temen-temenpun yang lain
sudah sangat bisa membaca diriku aku apa adanya, aku yakin…” Fj, 184-190
ii Kebanggaan dan penghargaan atas diri
Dalam diri subjek muncul rasa bangga saat suatu acara yang diselenggarakan dapat berjalan lancar. Selain itu adanya
penghargaan terhadap diri atas sebuah keberhasilan suatu peran yang telah dijalankan.
“Jelas. Kalau bangga itu pasti karena bagi saya bahwa ketika saya bisa memberdayakan diri saya.untuk
kepentingan bersama ini merupakan suatu kebanggaan bagi diri saya, karena ketika apa yang menjadi konsep diri saya
sebisa mungkin memberdayakan diri saya untuk kepentingan orang lain dapat terlaksana di dalam
kepanitiaan Natal ini.” Tn, 171-177 “Aku enjoy aja. Seneng dan metode itu aku gunakan ketika
aku ngajar. Dulu sempet aku ngajar di TK Kanisius. Aku dulu juga ngajar bahasa Inggris dan aku juga menggunakan
kostum itu untuk bercerita. Anak-anak sangat tertarik ketika aku menjadi tokoh ini, tokoh itu untuk bercerita untuk
mengajar…” Ir, 143-149 “Ya. Aku bisa mengatakan iya. nuwun sewu agak narsis
sedikit. Ya memang berpengaruh karena ya temen-temen ini ya karena yang paling tua. Seumuran ini hanya beberapa
orang, paling tua ini hanya generasiku. Ketika di panitia disebelum Natal ini, itu aku sangat berpengaruh. Karena
temen-temen apa-apa minta sarannya ke saya. Mereka menganggap aku ini tahu segala di temen-temen mudika…”
Fj, 236-243
Subjek merasa dihargai dan diperhatikan oleh teman- temannya. Ia juga merasa berkesan karena diterima, diakui
kemampuannya pernah ditunjuk sebagai seorang koordinator. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada akhirnya subyek mendapatkan mendapatkan peran yang cocok.
“Pasti, dan cukup itu tadi menjadikan suatu dorongan bagi saya untuk...karena temen-temen sudah membantu dan
menyempatkan dirinya ya otomatis sayapun juga harus menyemangati diri saya untuk lebih menyempurnakan
kegiatan.” Tn, 208-212 “…ketika aku ke PIA kok aku merasa bahwa mendapatkan
kondisi yang menyenangkan juga. Ya aku merasa ini rumahku. Aku bisa banyak berkegiatan disini.” Ir, 213-216
“Sebetulnya aku ditunjuk. Dalam arti itu ada sebuah kesepakatan, di situ ada kesepakatan…terus kita berbagi
peran….Setelah temen-temen yang lain memposisikan sendiri-sendiri, terus saya juga ya itu merasa
sangat…kemungkinan di bagian itu paling aku bisa lah, aku cocok. Ya di bagian itu….” Fj, 29-36
d. Kesadaran akan kondisi diri internal dan situasi lingkungan
eksternal i
Potensi dan minat diri
Subjek mempunyai banyak peran, pengalaman aktivitas di komunitas. Ia sering dipercaya memegang posisi-posisi tertentu
dalam kepengurusan maupun kepanitiaan. Subjek menyadari bahwa hal ini merupakan suatu pengalaman yang dapat
mengembangkan potensi dan minatnya. Berikut ini beberapa penyataan subjek terkait dengan potensi dan minatnya.
“…dengan adanya aktivitas saya di beberapa komunitas justru bagi saya komunitas-komunitas itu yang sangat
mendukung perkembangan dari pribadi saya seperti ketika saya bekerja, di situ banyak hal yang bisa saya terapkan
ketika saya berkomunitas di mudika seperti berkomunikasi dengan orang, bagaimana kita berperilaku di perusahaan-
perusahan di perusahaan saya bekerja lebih-lebih saat beberapa tes wawancara ketika saya melamar di beberapa
perusahaan.” Tn, 363-372
56
Potensi dan minat yang dimiliki sejak awal, seperti; perasaan bangga, sifat berani, kepercaya diri, lucu, menyukai anak-
anak merasa diri orang yang menarik adalah modal yang diharapkan subjek nantinya dapat untuk mengembangkan dirinya.
Tidak terkecuali, minat dan kemampuan dibidang seni juga dapat dikembangkan lewat kegiatan non-liturgis Gereja.
“Pendamping PIA itu kan tidak kalau bisa harus malu- maluin di depan anak-anak. Jadi kita harus bisa berani, ya
pedelah dengan anak-anak.” Ir, 115-116 “…aku suka anak-anak dan aku bisa. Maksudnya aku bisa
sedikit banyak terlibat dalam kegiatan PIA dan mereka sangat sangat terbuka…” Ir, 192-193
“…ya aku membantu temen-temen lain yang menggarap acara atau cuma membantu temen-temen lain….Dari tahun
2008 sampai tahun ini lebih ke kesenian. Aku lebih ke bidang kesenian.” Fj, 291-296
ii Kepekaan terhadap masalah lingkungan
Belajar dari masalah dan memikirkan bagaimana pemecahannya. Hal ini disadari oleh subjek sebagai suatu
kepekaan terhadap kondisi Gereja. Subjek tahu ada masalah kemudian melakukan pendekatan pada pihak yang terkait dan
mengajak untuk terlibat dalam penyelesaian.
“Yang pasti pendekatan ke temen-temen yang lebih muda dari saya dengan mengajak mereka untuk pertama-tama
bukan untuk kegiatan liturgi, namun mencoba untuk mengetahui dunia mereka itu dunia yang seperti apa,
kemudian kita bisa masuk ke dalam dunianya. Kita bisa dengan lebih mudah untuk mengajak mereka, menggiring
mereka ke kehidupan gereja.” Tn, 483-490 “…karena dulunya kan memang ada tanggapan miring,
opini-opini miring. Makanya ini ya semoga dengan kegiatan ini bisa tereleminir, semua ya bisa. Sebenarnya temen-temen
kaum muda ini ya paling tidak punya semangat, jiwa-jiwa
57
kreatiflah. Salah satunya ini ya keprihatinan. Yang kedua itulah bahwa temen-temen muda ini ya bisa berekspresi,
mampu menggagas yang dinamakan liturgis, tentang gereja, ya bisalah. Menghidupi Gereja ini ya bisa gitu itu.” Fj, 112-
117
Kepekaan muncul dari sebuah keprihatin karena subjek
merasa tidak punya ruang berekspresi. Kesadaran akan hal itulah yang membuat OMK ingin mendapatkan haknya dalam berkreasi
dan mengembangkan potensi yang dimiliki.
“…merasa ada keprihatinan terhadap kaum muda ini tidak pernah diberi ruang atau tempat ekspresi di tataran liturgis.
Makannya temen-temen ini memberanikan diri… Ya kebetulan saja aku ikut, ngikuti dari awal, ini komitmennya
memang untuk menyiapkan temen-temen kaum muda…” Fj, 87-96