18
ii. Activity direct toward implementing the chosen identify element,
yaitu aktivitas yang terarah pada implementasi elemen identitas yang telah ditetapkan.
iii. Emotional tone, yaitu nada emosi yang merujuk kepada berbagai
perasaan yang dirasakan individu baik dalam penetapan keputusan maupun dalam mengimplementasikan keputusan tersebut. Nada
emosi terungkap dalam bentuk keyakinan diri, stbilitas dan optimisme masa depan.
iv. Identification with significant other, yaitu identifikasi dengan orang-
orang yang dianggap penting yang ditunjukkan sejauh mana remaja mampu membedakan aspek positif dan negatif dari figur yang
dianggap ideal olehnya. v.
Projecting one’s personal future, yaitu kemampuan memproyeksikan kemampuan dirinya ke masa depan dengan ditandai oleh kemampuan
mempertautkan rencananya dengan aspek lain dalam kehidupan masa depan yang mereka cita-citakan.
vi. Resistence to being swayed, yaitu sejauh mana individu memiliki
ketahanan terhadap godaan-godaan yang bermaksud untuk mengalihkan keputusanyang telah mereka tetapkan. Mereka tetap
teguh pada keputusannya, tetapi mereka bukan anti perubahan. Mereka mampu menghargai berbagai kemungkinan perubahan,
mereka mengkaitkannya dengan kemampuan pribadi dan peluang yang ada Marcia, 1993.
19
b. Pengertian Status Identitas
Pandangan-pandangan kontemporer tentang pembentukan identitas pada prinsipnya merupakan elaborasi dari teori psikososial Erikson.
Marcia juga percaya bahwa pembentukan identitas merupakan tugas utama yang harus diselesaikan selama masa remaja. Dalam hal ini Marcia
menulis: The formation of an ego identity is a major event in the development of personality. Occuring during late adolescence, the
consolidation of identity marks the end of childhood and the beginning of adulthood”
Marcia dalam Desmita, 2005. Proses pencapaian status identitas yang diawali dengan masa
eksplorasi dimulai pada masa remaja. Diharapkan pada masa perkembangan selanjutnya individu telah memiliki suatu komitmen yang
menandakan dimilikinya suatu identitas tertentu. Archer dalam Santrock, 2003, mengungkapkan, banyak peneliti status identitas yakin bahwa pola
umum individu yang mengembangkan identitas-identitas yang positif mengikuti siklus “MAMA” moratorium-achiever-moratorium-achiever.
Siklus ini dapat diciptakan sepanjang hidup Francis, Fraser, dan Marcia, dalam Santrock, 2003. Perubahan-perubahan pribadi, keluarga dan
masyarakat tidak dapat dihindari, dan ketika perubahan-perubahan itu terjadi, fleksibilitas dan ketrampilan individu sangat berperan penting
dalam memfasilitasi perubahan-perubahan tersebut. Alan Waterman dalam Santrock, 2003 mengungkapkan, beberapa peneliti meyakini
20
perubahan-perubahan identitas yang paling penting terjadi di masa muda daripada di masa remaja awal.
Marcia dalam Santrock, 2003, mengembangkan metode interview untuk mengukur ego identity. Seperti yang telah dipaparkan diatas, Marcia
menggunakan dua kriteria, yaitu krisis dan komitmen. Dalam penelitian itu, Marcia melakukan proses wawancara tentang status identitas yang
meliputi pertanyaan-pertanyaan dalam tiga area namun dapat dimodifikasi sesuai dengan usia interviewee, yaitu pekerjaan, ideologi, dan nilai
hubungan antar pribadi. Marcia mendefinisikan 4 model status identitas, yaitu 1 Identity
Foreclosure , 2 Identity Diffusion, 3 Identity Moratorium, 4 Identity
Achievement . Keempat hal ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Identity Foreclosure Pencabutan Identitas
Status dari orang-orang yang telah membuat suatu komitmen tanpa pemikiran atau pertimbangan yang matang disebut foreclosure.
Komitmen ini dibuat tanpa melalui tahap krisis exploration. Mereka telah memilih suatu pekerjaan, agama, atau pandangan ideologi. Tetapi
pemilihan ini dibuat terlalu awal tanpa pertimbangan dan keputusan sendiri. Pilihan-pilihan tersebut lebih ditentukan oleh orang tua
daripada oleh mereka sendiri. Misalnya, memutuskan untuk menjadi seorang dokter bedah karena ayah dan kakeknya adalah seorang dokter
21
bedah. Mereka membuat suatu keputusan tanpa mengetahui apa akibatnya di masa yang akan datang.
Berdasarkan wawancara selama penelitian yang dilakukan oleh Marcia, orang-orang yang tergolong foreclosure memiliki hubungan
yang lebih dekat dengan orang tuanya. Kedekatan dengan orang tua atau keluarganya ini termasuk dalam hal membuat suatu keputusan
yang penting bagi hidupnya. Masa kanak-kanaknya sampai remaja dilalui dengan lancar dan sedikit konflik. Hal inilah yang
menyebabkan krisis identitas tidak muncul. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Identity
Foreclosure memiliki indikator sebagai berikut:
a Sudah memiliki komitmen pada area tertentu
berdasarkan keputusan yang ada tanpa pemikiran yang matang.
b Belum pernah mengalami tahap krisis dalam
menentukan pilihan dalam area tertentu. c
Orang tua otoriter, sehingga individu tidak mampu membuat pilihan pada area tertentu.
d Individu tidak mampu mengeksplorasi potensi atau
kemampuan yang dimilikinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Identity Diffusion Penyebaran Identitas
Seorang dengan Identity Diffusion tidak memiliki tahap krisis dan tidak pula membuat suatu komitmen. Hal ini mungkin terjadi
karena mereka belum memasuki tahap krisis ataupun karena mereka seakan-akan menjauh dari pencarian identitas. Ada 2 bentuk Identity
Deffusion yaitu 1 apatis, hal ini menyebabkan mereka merasa tidak
memiliki tempat dan mengalami isolasi sosial, 2 cenderung kompulsif Berzonsky, Nelmeyer, dan Donovan dalam Ginanjar
Bernadetta, 2001. Dari wawancara penelitian Marcia, diketahui bahwa orang yang
memiliki status identitas ini memiliki jarak dengan orang tua mereka. Hal ini menunjukkan adanya masalah dalam perkembangan
psikososial yang pertama yaitu Basic Trust. Ciri-ciri orang yang memiliki Identity Diffusion adalah sulit berfikir di bawah tekanan dan
mengikuti harapan-harapan lingkungan dengan kata lain mudah terpengaruh.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan, Identity Diffusion mempunyai indikator sebagai berikut:
a Belum mampu membuat komitmen.
b Mudah putus asa.
c Cenderung kompulsif.
d Memiliki jarak dengan orang tuanya baik fisik maupun
psikis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
e Mengalami isolasi sosial.
f Tidak memiliki minat terhadap pekerjaan dan ideologi
tertentu. g
Sulit berfikir di bawah tekanan. h
Individu mudah terpengaruh lingkungan berhubungan dengan harga dirinya.
3. Identity Moratorium Penundaan Identitas
Seseorang yang mempunyai identitas moratorium adalah seorang yang sekarang ini tengah mengalami krisis. Mereka belum membuat
komitmen tetapi mereka sekarang sedang berjuang secara aktif untuk mencapainya. Ciri-ciri orang dengan status identitas moratorium
adalah mereka memiliki kemampuan untuk berfikir secara jernih dalam kondisi stres dan tahan terhadap pengaruh lingkungan yang
dapat mengubah harga dirinya. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Identity
Moratorium memiliki indikator sebagai berikut:
a Belum memiliki komitmen pada area tertentu tapi
berjuang secara aktif untuk mencapainya. b
Berada dalam masa krisis menentukan komitmen atau pilihan.
24
c Individu berusaha membentuk komitmen dengan cara
kompromi menyatukan pendapat lingkungan orang tua, teman, dan lain-lain dengan potensi yang dimilikinya.
4. Identity Achievement Pencapaian Identitas
Identity Achievement adalah status dari seseorang yang telah menyelesaikan periode eksplorasi krisis dan telah membuat
komitmen dalam berbagai area tertentu. Ciri-ciri orang yang memiliki status identitas ini adalah mantap, mampu memberikan alasan untuk
pilihan mereka dalam berbagai area, mampu menggambarkan bagaimana komitmen tersebut dapat dipilih, mampu menghadapi stres,
tahan terhadap pengaruh lingkungan yang dapat mengubah harga dirinya, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri, peka
terhadap harapan lingkungan. Atau dengan kata lain, mereka membuat komitmen tentang pilihan ini berdasarkan self constructed, yaitu
identitas yang ditemukan ini bukanlah identitas yang terakhir, tetapi mereka akan berusaha memodifikasinya terus-menerus sesuai dengan
pengalaman mereka. Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan Identity
Achievement memiliki indikator sebagai berikut:
a Mampu membuat pilihan dengan mantap dan mampu
memberikan alasan untuk pilihan tersebut di berbagai area.