PEMBAHASAN PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISA DATA,
70
bentuk acara, jenis acara, dan tema acara sesuai dengan apa yang sudah terangkum dalam visi misi Gereja, maka kegiatan tersebut
dibebaskan sepenuhnya. Di sini dewan paroki menjadi fungsi kontrol terhadap kinerja komunitas.
Selama ini OMK banyak sekali mengambil peran secara aktif. Posisi di kepengurusan komunitas OMK dan kepanitiaan-
kepanitiaan adalah ajang belajar peran. Menjadi ketua komunitas, pendamping PIA, pengurus koor, adalah kebutuhan OMK untuk
mendapatkan peran dan tempatnya di tengah masyarakat Gereja. Harapan OMK untuk mendapatkan peran dan tempatnya
terlihat ketika mereka selalu menanggapi tawaran dewan paroki untuk mengurusi acara-acara. Selain itu OMK juga mempunyai
keinginan untuk mendapatkan ruang berekspresi, baik itu dalam bentuk acara kegiatan maupun dalam bentuk infrastruktur. Harapan
mereka adalah mempunyai tempat untuk bisa berperan sepenuhnya.
Dinamika OMK dalam usahanya mendapatkan peran dan tempat ini memberikan kontribusi pada pembentukan identitas
dirinya. Menurut Erikson 1989, pembentukan identitas tidak bisa terlepas dari proses dimensi sosial budaya.
Menurut Santrock 2003, hal di atas disebut sebagai bentuk eksplorasi terhadap peran. OMK melakukan aktivitas secara
aktif untuk mencari, menjajaki, mempelajari, mengidentifikasi, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
mengevaluasi, dan menginterpretasi dengan seluruh kemampuan, akal, pikiran, dan potensi yang dimiliki untuk memperoleh
pemahaman yang baik tentang berbagai alternatif peran. Saat proses kegiatan berlangsung, kadangkala OMK
menemui cukup banyak hambatan dalam menjalankan perannya. Beragamnya ide dan orientasi kegiatan yang berbeda membuat
beberapa OMK tidak diterima. Masalah kurangnya penerimaan terkait dengan ide dan konsep kegiatan yang ditawarkan membuat
OMK merasa tidak dapat menyatukan diri serta tidak mendapatkan tempat dalam kelompok-kelompok komunitas.
Selain tidak mendapatkan penerimaan dari rekan-rekan OMK yang lain, kadangkala OMK yang bersangkutan juga pernah
merasa mengalami kegagalan-kegagalan ketika berperan di suatu kegiatan. OMK menganggap perannya gagal adalah saat dimana
peran yang dijalankan tidak berjalan semestinya, yang berakibat buruk pada kualitas kegiatan dan keberhasilan acaranya.
Pengalaman OMK atas kegagalan peran di atas merupakan ketidakmampuan mereka melakukan eksplorasi potensi atau
kemampuan yang dimiliki untuk berperan. Kondisi ini menurut Marcia dalam Santrock, 2003 masuk dalam status Identity
Foreclosure . Dalam membuat suatu komitmen, individu kurang
menggunakan pemikiran dan pertimbangan yang matang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tidak mendapatkan tempat di antara rekan-rekannya dan masyarakat Gereja oleh OMK dikatakan Marcia dalam Santrock,
2003 masuk dalam model status Identity Diffusion; Apatis. Di sini dijelaskan bahwa individu merasa tidak memiliki tempat dan
mengalami isolasi. c.
Kebutuhan akan pengakuan Dinamika kehidupan masyarakat Gereja bersama umat
dengan berbagai macam rentang umur begitu sangat menarik dan kompleks. Perbedaan tahap perkembangan dan peran masing-
masing anggota Gereja memunculkan pengalaman dan cara perilaku yang unik antara satu dengan yang lain.
Beranekaragamnya tugas, hak, dan kewajiban antara orang tua dengan orang muda membuat bentuk kontribusi sulit dilihat jika
hanya dari satu sisi. Kondisi di atas membuat OMK berusaha agar dirinya dapat
dipandang sebagai seorang pribadi yang mampu memberikan kontribusi bagi umat, Gereja, maupun masyarakat umum. OMK
merasa dirinya membutuhkan pengakuan dari apa yang telah diperbuat selama ini. Peran peranan sungguhlah hal ingin
dibuktikan untuk kedepannya, tidak hanya pengakuan akan eksisitensinya tetapi juga pengharapan atas penghargaan dari
semua kalangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Setiap keberhasilan acara memunculkan kebanggaan dalam diri OMK. Kebanggaan tidak hanya muncul dari dalam diri mereka
ketika acara berhasil, tetapi juga ditambah dari apresiasi yang baik dari semua pihak. Penghargaan dari orang lain inilah yang
membuat para OMK lebih terpacu dan bersemangat ketika melaksanakan aktivitas-aktivitas ke depan.
Pada kenyataannya subyek tidak hanya membutuhkan aktualisasi diri dan mendapatkan tempat di masyarakat Gereja.
Pengakuan atas peran dan usaha-usahanya dalam setiap kegiatan yang berlangsung juga mereka inginkan. Jika aktualisasi diri sudah
diakui, maka menurut OMK hal itu membuat mereka mendapat lebih banyak kesempatan untuk berkegiatan. Bukti yang tampak
adalah ketika mereka sangat diandalkan oleh dewan Gereja dan sering mendapat tawaran mengurusi penyelenggaraan-
penyelenggaraan kegiatan. Hal di atas memperlihatkan bahwa OMK berusaha dan
mencapai identitas diri secara lebih baik. Kondisi ini menurut Marcia dalam Santrock, 2003 masuk dalam model status Identity
Moratorium . OMK memiliki kemampuan berfikir secara jernih
dengan mempertimbangkan situasi lingkungan tanpa mempengaruhi harga dirinya ke arah negatif. Individu model status
ini masih berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
menyatukan pendapat lingkungan orang tua, rekan OMK, lingkungan masyarakat Gereja, dan lain-lain.
2. Kesadaran
Sebagai seorang manusia yang mempunyai kebutuhan- kebutuhan, OMK juga dengan sangat jelas memperlihatkan
perilakunya dalam setiap tingkah lakunya ketika berproses di tengah masyarakat. Kebutuhan tersebut teraktualisasi ketika mereka
berinteraksi di lingkungan dimana mereka hidup. Lingkungan yang dimaksud disini adalah keluarga dan Gereja.
Dengan adanya kebutuhan munculah usaha-usaha untuk mencapainya. Bersamaan dengan hal tersebut tercipta suatu kesadaran
untuk semakin lebih baik dalam pencapaian dan pemenuhan kebutuhan tersebut. Kesadaran ini berawal dari proses internal individu dalam
melihat diri dan hasil respon individu terhadap fenomena lingkungan eksternal.
a. Kesadaran akan diri potensi dan minat Kesadaran terhadap diri yang muncul dari OMK ini terkait
dengan potensi dan minatnya. OMK ini mempunyai potensi- potensi dasar, seperti; percaya diri, berani, menarik, serta minat
seperti; dunia seni, dunia anak-anak, dan pengolahan barang bekas. OMK sadar bahwa mereka mempunyai potensi yang dapat mereka
kembangkan dan terapkan dalam kehidupan Gereja maupun di kehidupan sehari-hari. Potensi yang dimiliki mereka arahkan ke
75
minat-minat yang diinginkan. Keterpaduan antara potensi dan minat ini menjadikan OMK lebih berupaya menerapkannya ketika
berinteraksi dengan Gereja. Kesadaran yang telah muncul dari dalam diri OMK dalam
perjalanannya terus berkembang seiring pengalamannya berkegiatan. Semakin lama kesadaran tersebut membuat OMK
mengarahkan potensi dirinya ke hal-hal yang berkaitan dengan minat dan akhirnya tertuju ke bidang-bidang khusus dimana minat
ini cukup erat dengan latar belakang sosio-historisnya. Kesadaran akan potensi dan minat OMK telah ditegaskan
oleh Erikson 1989 dengan empat aspek pokok kepribadian. Kesadaran OMK ini adalah satu kesadaran akan identitas pribadi.
Identitas pribadi ini menyangkut kualitas “eksistensial” dari individu, yang berarti bahwa individu itu mandiri dengan suatu
gaya pribadi yang khas. Dengan kata lain, individu telah sadar dan tahu akan kualitas diri terkait dengan potensinya.
b. Kesadaran akan lingkungan peka terhadap masalah
Saat berdinamika dengan masyarakat Gereja, sedikit banyak fenomena-fenomena sosial teramati oleh OMK. Lambat
laun kepekaan terhadap suatu gejala sosial muncul, baik itu kesenjangan, konflik, permasalahan kelompok maupun pribadi.
Hal tersebut disadari OMK sebagai akibat perbedaan kepentingan tujuan, dan persepsi masing-masing pihak.
76
Kesadaran bahwa terdapat adanya masalah antar masing- masing OMK ataupun dengan dewan Gereja merupakan hasil dari
sebuah kepekaan terhadap situasi di lingkungan di mana mereka berkegiatan. OMK merasa ditanggapi oleh dewan secara negatif
dan tidak diberikannya ruang yang luas untuk berkegiatan. Dari OMK sendiri semakin sedikit yang terlibat. Kesadaran akan adanya
masalah ini pada akhirnya menjadi sebuah keprihatinan yang mana itu nantinya akan berhubungan sangat erat dengan kebutuhan-
kebutuhan mereka. Individu yang telah mempunyai kesadaran akan situasi
lingkungan berarti ia telah mencapai atau berada dalam model status Identity Achievement Marcia dalam Santrock, 2003.
Individu dalam model status ini telah mampu memahami, beradaptasi, peka terhadap masalah dan tahu harapan lingkungan.
3. Keinginancita-cita
Sebagai orang muda yang berada dalam tahap perkembangan dewasa dini, OMK telah memiliki kesadaran akan kebutuhan-
kebutuhannya. Kebutuhan yang sedang dan akan terus dicapai ini menimbulkan kesadaran-kesadaran untuk lebih mengembangkan diri
dan mencapai keberhasilan di banyak bidang. Hal ini telah menyesuaikan dengan potensi dan minat yang dimiliki dipadu dengan
hasil interaksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
OMK lahir, hidup, dan tumbuh ditengah keluarga Kristiani dan masyarakat Gereja. Secara sosio-historis, proses internalisasi cara
berfikir, pengajaran, dan arah hidup sedikit banyak mempengaruhi pembentukan pribadinya. Keluarga dan Gereja cukup memberikan
andil disini. Ketika mereka menjalani aktivitasnya, OMK mendapat banyak pemahaman tertentu tentang aktivitas keimanan dan Gereja
secara umum. a.
Keinginan akan aktivitas beriman Aktivitas liturgis Gereja terdiri dari bermacam-macam
bentuk, misal; Misa perayaan Ekaristi, doa, dan persembahan. Begitu juga aktivitas non-liturgis juga terdiri dari berbagai bentuk,
seperti; pengembangan komunitas, pemberdayaan masyarakat Gereja dan lain-lain.
Walaupun bukan kegiatan liturgis, menurut beberapa OMK kegiatan yang diselenggarakan selama masih sesuai dengan visi
misi Gereja, hal tersebut sudah merupakan bentuk peningkatan keimanan kepada Tuhan. Berkegiatan menurut mereka adalah salah
satu cara memuji Tuhan. Banyak OMK yang tidak intens melakukan ritual doa atau mengikuti perayaan Ekarisiti, tetapi
kontribusi terhadap kegiatan-kegiatan yang ada sangat besar. b.
Keinginan akan aktivitas melayani Banyak dari OMK menghabiskan waktu dan hari-harinya di
gereja. Baik itu mengurus acara, rapat kegiatan, maupun hanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sekedar diskusi dan berbincang-bincang. Tema pembahasan biasanya seputar rencana kegiatan, keprihatinan, sikap kritis, dan
permasalahan-permasalahan yang dialami. Tetapi yang jelas mereka sedang berusaha untuk bisa berbuat lebih untuk Gereja.
Pelayanan yang ditawarkan Gereja sebagai bentuk ajaran dari Tuhan telah ditanggapi secara baik oleh OMK selama ini.
OMK berusaha berkegiatan dengan dasar keinginan untuk menghidupi, membangun, dan berkarya untuk Gereja. Mengajak,
mengumpulkan, dan mengkoordinasi teman-teman lain untuk terlibat dalam kegiatan adalah salah satu cita-cita OMK melayani
Gereja. Keinginan OMK untuk melakukan aktivitas beriman dan
melayani Gereja terkait erat dengan latar belakang sosio- historisnya. Sosio-historis yang dimaksud disini adalah tempat,
kehidupan sosial, dan kultur budaya dimana OMK lahir, dibesarkan dan menghabiskan sebagian waktu hidupnya.
Konsep Erikson dalam Hall Lindzey, 1993 dalam proses pembentukan identitas diri individu sangat erat dan
dipengaruhi situasi dan kondisi sosio-historis dimana individu tersebut berada. Dalam setiap perjalanannya, pola didikan orang
tua, penilaian dari lingkungan, cita-cita kelompok, dukungan masyarakat sekitar, ajaran-ajaran beserta ideologisnya sangat
mempengaruhi harapan atau keinginan individu ke depannya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4. Model status, jenis atau tahap identitas diri
Paparan dari beberapa tema pengalaman OMK sesuai dengan indikator-indikator model status identitas menurut Marcia dalam
Santrock, 2003. Tema pengalaman OMK tersebar dalam tiga model status identitas. Paparan tema di tabel. 7 menunjukkan bahwa OMK
mengalami dinamika yang cukup sulit ketika menjalani aktivitasnya dalam berbagai area kehidupan. Beberapa tema menunjukkan bahwa
OMK masuk dalam model status Identity Diffusion; Apatis. Indikator yang sesuai dengan apa yang dialami OMK ini adalah isolasi sosial
dan memiliki jarak dengan orang tuanya baik fisik maupun psikis. Mereka mengalami dimana lingkungan tidak ingin menerimanya. Hal
inilah yang membuat OMK merasa tidak mempunyai tempat dan tidak tidak diterima rekan-rekan OMK yang lain. Terkait hubungan dengan
orang tua, OMK mengalami masalah pada tahap perkembangan psikososial yang pertama, yaitu; basic trust.
Dinamika pengalaman yang lain memperlihatkan bahwa OMK telah menunjukkan ciri-ciri individu pada modeltahap status Identity
Moratorium . Tema-tema ini menunjukkan bahwa OMK sedang
berusaha membentuk komitmen dengan cara kompromi dan menyatukan pendapat lingkungan orang tua, rekan OMK, Gereja, dan
lain-lain dengan potensi yang dimilikinya. Tema paling banyak ditunjukkan adalah hal yang
mengindikaskan bahwa OMK telah menyelesaikan periode eksplorasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Hal tersebut sangat sesuai dengan indikator model status Identity Achievement
, yaitu bahwa mereka cukup mantap, mampu memberikan alasan untuk pilihan mereka dan mampu menggambarkan bagaimana
komitmen tersebut dipilih. Selain itu indikasi yang lain menunjukkan bahwa OMK juga telah mampu tahan terhadap pengaruh lingkungan
terkait dengan harga dirinya, telah menginternalisasi proses pengaturan diri sendiri, serta peka terhadap harapan atau masalah
lingkungan. Seiring berjalannya waktu, pengalaman kegiatan OMK
semakin membentuk identitas dirinya. Indikasi-indikasi yang tampak menunjukkan bahwa sangat beragamnya dinamika yang dialami OMK
selama ini. Model status identitas pada OMK akan selalu bergerak dan bukanlah identitas yang terakhir. Besar kemungkinan terjadinya
perubahan seiring OMK memodifikasi perilaku dan pola pikirnya untuk mencapai identitas diri yang diinginkan.
Melihat pengalaman berkegiatan para OMK, secara umum mereka berada pada situasi serba kompleks akibat proses membentuk
identitas diri dan menjalani tugas perkembangan yang terjadi dalam dunia kaum muda secara umum, lebih khusus lagi sebagai OMK di
tengah sosio-historis keluarga Kristiani dan Gereja. Situasi ini menghadapkan OMK pada dinamika kehidupan yang menantang
sekaligus penentu perkembangan pribadi kedepan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81