Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai pendahuluan. Hal-hal yang berkaitan dengan pendahuluan meliputi: 1.1 Latar Belakang Masalah, 1.2 Batasan Masalah, 1.3 Rumusan Masalah, 1.4 Pemecahan Masalah, 1.5 Tujuan Penelitian, 1.6 Manfaat Penelitian, 1.7 Definisi Operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 merekomendasikan IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan kepada peserta didik sekolah dasar hingga sekolah menengah dalam rangka mendukung sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan yang termuat dalam kurikulum pendidikan nasional Sukarjo, 2005:124. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar mengacu pada kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam memberikan materi pelajaran IPS yang telah direkomendasikan oleh Permendiknas , guru diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat atau memilih ide yang inovatif untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam mata pelajaran IPS. Usaha untuk meningkatan proses pembelajaran IPS, diharapkan dapat tercapai apabila guru mampu menerapkan model Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenang. Menurut Rosdijati 2010 1 menekankan pembelajaran aktif dan kondusif sekarang ini dikenal dengan istilah PAIKEM Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan, untuk memenuhi pembelajaran PAIKEM tersebut, guru dituntut mengelola proses belajar mengajar yang dapat memberikan rangsangan pada siswa, supaya siswa tertarik untuk belajar karena siswalah yang menjadi subjek utama dalam kegiatan pembelajaran. Kendala yang dihadapi dalam upaya memberikan pembelajaran IPS menurut observasi pertama yang peneliti lakukan pada tanggal 8 Januari 2013 pada kelas 1 SD Kanisius Wirobrajan adalah penyajian materi dengan menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi IPS. Ketika guru menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, terlihat bahwa siswa cepat jenuh, bosan dan tidak memperhatikan penjelasan guru, kemudian di dalam kejenuhan tersebut siswa cenderung sibuk dengan dirinya sendiri, mereka kemudian mengalihkan perhatian dengan menggambar, bermain pensil, yang mereka anggap lebih menarik dan ketika diberi pertanyaan oleh guru siswa tersebut tidak bisa menjawab. Selain itu dari observasi tersebut juga menunjukkan siswa cenderung pasif, mereka tidak aktif menanyakan hal-hal yang belum jelas. Ketika guru memberi pertanyaan, respon yang diberikan siswa pun lama, hanya 4 siswa dari 26 siswa yang aktif menjawab, yang lain diam tidak memberikan respon dan guru sebagai penceramah tunggal yang diperhatikan oleh siswa. Hasil observasi kedua yang peneliti lakukan pada tanggal 11 Januari 2013, ketika guru memberi tugas untuk membaca materi pemebelajaran menunjukkan 12 3 dari 26 siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan siswa tersebut sibuk dengan aktivitas yang lain, seperti menggambar, bermain pensil dan sibuk bercerita dengan teman sebangku. Ketika guru melontarkan pertanyaan tentang meteri yang telah dipelajari pada siswa, hanya 3 orang siswa saja yang bisa menjawab yang lain hanya diam dan tidak ada yang berusaha bertanya kepada guru atau teman. Didalam proses pembelajaran tersebut ketika guru mengajak siswa untuk membahas PR, hanya ada 4 siswa yang mengemukakan pendapatnya. Dari observasi tersebut guru juga terlihat kesulitan untuk melatih siswa aktif dan berani bercerita, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa untuk maju bercerita mengenai pengalamannya, siswa cenderung diam ketika sudah berada di depan kelas, ketika guru meminta siswa untuk bertanya materi pelajaran yang bagi mereka belum jelas, tidak ada satupun siswa yang berani bertanya. Metode pembelajaran yang digunakan guru ketika proses pembelajaran saat itu adalah metode ceramah. Guru tidak menggunakan media untuk memperjelas materi. Dari keseluruhan hasil observasi yang telah peneliti lakukan menunjukkan bahwa siswa cenderung pasif. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas 1 di SD Kanisius Wirobrajan yang dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2013. Guru mengatakan bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPS masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Guru juga memberi alasan rendahnya hasil belajar IPS karena mungkin pelajaran tersebut terlalu abstrak untuk anak kelas 1. Guru juga mengeluh mengenai keaktifan siswa yang sangat kurang, ketika ditanya materi apa yang belum jelas, siswa hanya diam. 4 Berdasarkan data yang peneliti peroleh, KKM untuk mata pelajaran IPS kelas 1 adalah 72, dan menurut data hasil belajar siswa pada tahun 20102011 hanya 20 siswa yang mencapai KKM dengan persentase 55,55 dan 16 siswa tidak mencapai KKM dengan persentase 44,45 sedangkan nilai rata-rata kelasnya 65,33. Dilihat dari banyaknya jumlah siswa yang belum mencapai KKM, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Dari hasil observasi dan wawancara tersebut peneliti menyimpulkan bahwa kurangnya keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena hal tersebut menurut Usman 2003:15-16 guru sebaiknya mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif dan kondusif sehingga mampu membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Usman 2003 : 20-31 mengatakan bahwa dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan siswa yakni : 1 melibatkan siswa secara aktif; 2 menarik minat dan perhatian siswa; 3 membangkitkan motivasi siswa; 4 prinsip individualisme; 5 alat peraga atau media dalam pembelajaran. Selain memenuhi lima variabel diatas, guru juga diharapkan mampu menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan proses pembelajaran IPS. Upaya meningkatkan proses pembelajaran yang memenuhi lima variabel yang dikatakan oleh Usman tersebut dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Usman 2003:47 juga berpendapat bahwa manfaat media diantaranya adalah menarik minat peserta didik, 5 membuat pelajaran lebih menetap dan tidak mudah dilupakan, dan memberi pelajaran yang nyata. Penggunaan media pembelajaran diharapkan mempunyai pengaruh yang baik untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran. Dengan menggunakan media, ketidakjelasan bahan ajar yang akan disampaikan dapat diperjelas. Keabstrakan bahan pelajaran dapat dikonkretkan, dan apa yang belum jelas tentang materi yang disampaikan oleh pendidik dapat diperjelas oleh media. Dalam mengatasi permasalahan kurangnya keaktifan dan rendahnya prestasi belajar yang dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara, peneliti menerapkan pembelajaran menggunakan media audio-visual. Menurut Ahmad 2000:12 keunggulan media audio-visual adalah a memberikan dasar pengalaman konkret bagi pemikiran dengan pengertian-pengertian abstrak; b mempertinggi perhatian anak; c memberikan realitas sehingga mendorong adanya self activity; d memberikan hasil yang permanen; e memperbanyak perbendaharaan bahasa anak yang benar-benar dipahami. Selain dilihat dari manfaat media audio-visual, peneliti menggunakan media audio-visual juga dikarenakan guru belum menggunakan media audio-visual dalam pembelajaran. Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Figaritis 2012 terbukti bahwa media visual berhasil meningkatkan prestasi belajar bagi siswa SD. Sedangkan, penelitian oleh Ratnasari 2012, menunjukkan bahwa media audi- visual dapat meningkatkan prestasi belajar dan keaktifan dalam menyimak cerita bagi siswa kelas V SD. Penelitian oleh Risana 2010 membuktikan bahwa media audio visual dapat meningkatkan kektifan dan kemampuan membaca puisi, dan penelitian oleh Rinanta 2011 terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan 6 hasil belajar Geografi. Oleh sebab itu peneliti memilih menerapkan media audio- visual untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kelas 1 SD Kanisius Wirobrajan. Media audio-visual dapat digunakan oleh guru untuk memanfaatkan waktu secara efektif, efisien, serta mampu menyampaikan pesan dengann tepat. Pemahaman siswa terhadap konsep, fakta, dan prinsip dalam pembelajaran IPS yang guru sajikan dirasa masih kurang. Oleh karena itu penggunaan media audio visual yang diterapkan dalam pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sehingga memudahkan siswa kelas I SD dalam memahami materi pada mata pelajaran IPS.

1.2 Batasan Masalah