23
4. Pengembangan Keterampilan Komunikasi IPA
Potensi siswa
dalam kegiatan
sains banyak
yang dapat
dikembangkanuntuk mengkomunikasikan hasil kegiatan mereka yang meliputi bentuk penyajian, peserta, dan tujuan penyajian. Bentuk penyajian misalnya,
tulisan, ceramah, gambar, atau pajangan. Peserta misalnya, diri sendiri, siswa yang lain, guru atau orangtua. Tujuan misalnya, pengembangan idepemikiran,
laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, menyajikan hasil observasi, temuan atau kesimpulan.
C. Kajian tentang Karakteristik Siswa Kelas III Sekolah Dasar
Jean Piaget Elida Prayitno,1992: 66 mengemukakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak terdiri dari empat tahap, yaitu: 1 tahap sensori motorik, 2
tahap pra operasional, 3 tahap operasional konkret, dan 4 tahap operasional formal.
1 tahap sensori motorik usia 0-2 tahun, pada tahap ini anak belum
mempunyai konsepsi tentang objek yang tetap. Anak hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap dengan inderanya,
2 tahap pra operasional usia 2-6 tahun, pada tahap ini anak mulai tumbuh
perkembangan kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai di lingkungan sekitar saja,
3 tahap operasional konkret usia 7-11 tahun, pada tahap ini anak mampu
berpikir dengan logika jika memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata. Anak belum mampu berfikir secara abstrak,
4 tahap operasional formal usia 12 tahun ke atas, pada tahap ini anak, dan
24 5
sudah mempunyai pemikiran yang abstrak. Berdasarkan tahap-tahap perkembangan anak tersebut, dapat diketahui
bahwa anak usia sekolah dasar usia 7-11 tahun berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut, anak mampu berpikir dengan logika jika
memecahkan persoalan-persoalan yang sifatnya konkret atau nyata, yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pemecahan
persoalan tersebut. Demikian juga dalam memahami suatu konsep, anak sangat terikat pada proses mengalami sendiri, artinya anak mudah memahami konsep jika
anak mengamati pengertian konsep tersebut atau anak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut. Anak mampu menyelesaikan masalah-masalah
yang divisualkan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya verbal.Anak pada tahap operasional konkret tidak dapat menerima sesuatu jika
tidak sesuai dengan kenyataan yang mereka alami.Segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka alami.
Basset, Jacka, dan Logan Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999:12 mengemukakan karakteristik anak sekolah dasar secara umum adalah sebagai
berikut. 1.
Secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri.
2. Senang bermain dan lebih suka bergembira riang.
3. Suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal,
mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru.
25 4.
Biasanya tergetar perasaanya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka
tidak suka
mengalami ketidakpuasan
dan menolak
kegagalankegagalan. 5.
Belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.
6. Belajar dengan cara berkerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar
anak-anak lainnya. Maslichah Asy’ari 2006: 38 mengemukakan masa perkembangan
intelektual anak sekolah dasar dibedakan menjadi 2 fase.Fase tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Siswa kelas rendah 6-9 tahun atau kelas 1 sampai 3
Siswa kelas rendah memiliki kekhasan antara lain: a
penalarannya bersifat trasduktif artinya bukan induktif dan bukan deduktif, melainkan bergerak dari sesuatu yg khusus ke hal yg khusus
lagi, b
tidak dapat berpikir reversibel atau bolak-balik, artinya tidak bisa berfikir ke titik awal,
c bersifat egossentris artinya memandang sesuatu dari sudut pandang
dirinya sendiri, d
belum memiliki pengertian kekekalan materi, dan e
belum bisa berfikir secara abstrak. 2.
Siswa kelas atas 9-12 tahun atau kelas 4 sampai 6 Siswa kelas tinggi memiliki kekhasan antara lain:
26 a
dapat berfkir reversibel atau bolak-balik, b
dapat melakukan pengelompokan dan menentukan urutan, dan c
telah mampu melakukan operasi logis, tetapi pengalaman yang dipunyai masih terbatas.
Dengan demikian kelas III sekolah dasar termasuk dalam kelas rendah dan masih dalam tahap operasional konkret dimana pembelajaran di kelas rendah
dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran yang telah dikembangkan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Sri Sulistyorini 2007: 40, karakteristik anak usia
sekolah dasar pada tahap operasional konkret perlu dijadikan landasan dalam menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran bagi mereka.
Berdasarkan karaketristik siswa kelas III di SD Negeri Kejambon 1 proses pembelajaran harus dirancang guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar,
proses belajar, dan metode belajar sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam menciptakan stimulus
respon agar siswa menyadari kejadian di sekitar lingkungannya. Siswa kelas rendah di SD Negeri Kejambon 1 masih banyak membutuhkan perhatian karena
fokus konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan dan aktivitas belajar juga masih kurang karena siswa kelas III SD Negeri Kejambon 1 masih
dalam tahap operasional konkret. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam membimbing siswa selama proses belajar mengajar berlangsung sehingga
memungkinkan siswa untuk melihat seeing, berbuat sesuatu doing, melibatkan diri dalam proses belajar undergoing, dan mengalami langsung experiencing
hal-hal yang dipelajari.
27 Untuk itu, diperulukan metode belajar yang sesuai dengan tahap
perkembangan siswa kelas rendah.yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing guided discovery. Metode pembelajaran
terbimbing merupakan metode yang digunakan untuk membangun konsep di bawah pengawasan guru Sani, 2013:221. Tanpa bimbingan guru, siswa sekolah
dasar masih mengalami kesulitan dalam mengorganisasikan,dan merancang kegiatannya.
D. Kajian tentang Metode-metode Pembelajaran IPA