membantu dalam melatih kemampuan menulis puisi. Menurut Dick Hartoko dkk 1992 : 175, yang dimaksudkan dengan teks puisi ialah teks-teks monolog yang
isinya tidak pertama-tama merupakan sebuah alur.
b. Unsur-Unsur Pembangun Puisi
1 Bunyi Menurut Pradopo 2005: 22, bunyi dalam puisi disamping sebagai
hiasan, juga mempunyai tugas yang lebih penting lagi, yaitu untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, dan menimbulkan bayangan angan yang jelas,
menimbulkan suasana yang khusus, dsb. Menurut Sayuti 2008: 104, bunyi yang ada di dalam puisi berfungsi sebagai pendukung atau pembawa arti simbolik yang
ada hubungannya dengan rasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian: 1 Sebagai peniru bunyi itu sendiri; 2 penyusunan urutan bunyi secara khas sehingga sulit
atau gampang diartikulasikan, di dalamnya juga tersimbol adanya gagasan yang sulit atau gampang; 3 sebagai penyugesti. Jadi, bunyi adalah sebuah nada atau
irama yang berfungsi untuk menguatkan keestetikan sebuah puisi. 2 Diksi
Barfield melalui Pradopo, 2005: 54, mengemukakan bahwa bila kata- kata dipilih dan disusun dengan cara yang sedemikian rupa sehingga artinya
menimbulkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan imaginasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis. Menurut Pradopo 2005: 54, Diksi itu untuk
mendapatkan kepuitisan, untuk menambahkan nilai estetik. Menurut Sayuti 2008: 143, peran diksi dalam puisi sangat penting karena kata-kata adalah segala-
galanya dalam puisi. Jadi, diksi adalah pilihan kata-kata yang membuat puisi menjadi lebih estetis.
3 Bahasa Kiasan Menurut Pradopo 2005: 63, bahasa kias ini menyebabkan sajak
menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup, dan terutama menimbulkan kejelasan gambaran angan. Menurut Sayuti 2008: 195, bahasa
kias mencakupi semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya, yang biasanya berupa kata, frase, ataupun satuan sintaksis yang luas.
Jadi bahasa kias adalah sebuah bahasa yang memiliki arti yang berbeda dari makna sebenarnya yang berguna untuk memperindah sebuah puisi.
4 Citraan Menurut Altenbernd melalui Pradopo, 2005: 79, citraan adalah
gambaran-gambaran dalam pikiran dan bahasa yang menggambarkannya. Menurut Sayuti 2008: 170, citraan adalah kata atau rangkaian kata yang mampu
menggugah pengalaman keindraan itu,dalam puisi. Jadi citraan adalah suatu rangkaian kata yang memberikan gambaran dalam pikiran tentang suatu
pengalamman keindraan. 5 Sarana Retorika
Sayuti 2008: 253berpendapat bahwa sarana retorika pada dasarnya merupakan tipu muslihat pikiran yang mempergunakan susunan bahasa yang khas
sehingga pembaca atau pendengar merasa dituntut untuk berpikir. Menurut Altenbernd melalui Pradopo, 2005: 93, sarana retorik adalah sarana kepuitisan
yang berupa muslihat pikiran, dengan muslihat itu penyair berusaha menarik