adalah tingkat keefektifan penggunaan strategi CIRC dalam pembelajaran menulis puisi. Berikut ini adalah penjabaran secara terperinci dari kedua aspek tersebut.
1. Perbedaan Kemampuan Menulis Puisi pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen
Kondisi awal kedua kelas dalam penelitian ini diketahui dengan melakukan pretest keterampilan menulis puisi. Penyusun mengumpulkan data
menggunakan instrumen penelitian berupa pedoman penilaian tes menulis puisi. Dari hasil pengumpulan data tersebut diperoleh nilaipretest kelas kontrol dan
kelas eksperimen, nilai tertinggi yang dicapai kelas kontrol adalah 72 dan nilai terendah 40. Nilai rata-rata mean sebesar 60,12; modus mode sebesar 56; nilai
tengah median 60,00; dan standar deviasi sebesar 7,499. Adapun nilai tertinggi yang dicapai kelas eksperimen adalah 72 dan
nilai terendah sebesar 40. Nilai rata-rata mean sebesar 58,62; modus mode sebesar 56; skor tengah median sebesar 56,00; dan standar deviasi sebesar 8,776.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai tes menulis puisi kelas kontrol dan kelas eksperimen masih rendah. Ada beberapa kesalahan yang ditemukan dalam
puisi kelasKontrol pada saat pretest. Pertama, sebagian dari teks puisi siswa cenderung berbentuk deskripsi. Contoh kesalahan tersebut dapat dilihat dalam
teks puisi berikut ini.
Gambar 9 : Hasil Pretest Kelas Kontrol
Kedua, sebagian dari teks puisi siswa masih terlalu singkat. Akibatnya, siswa kurang tepat dalam memilih diksi. Belum terdapat bahasa kias. Dari teks
puisi yang terlalu pendek ini menunjukkan bahwa siswa masih kesulitan dalam menuangkan ide atau gagasannya menjadi sebuah teks puisi.Contoh teks puisi
yang sangat pendek tersebut dapat diamati dalam teks puisi berikut ini.
Gambar 10 : Hasil Pretest Kelas Kontrol
Ketiga, dari kedua contoh yang sudah ada di atas dapat dilihat minimnya bahasa kias yang digunakan pada puisi. Penggunaan bahasakias dalam puisi siswa
masih kurang bahkan hampir tidak ada. bahasa kias digunakan untuk menambah estetika dalam puisi.