2. Relativitas Internal
Masalah berkaitan dengan konsep nilai intrinsik adalah bahwa konsep tersebut tidak memperhitungkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi
nilai tersebut. Keadaan ini memang bisa dibela dengan pendapat bahwa tidak ada nilai yang absolut. Nilai segala sesuatu selalu bersifat
relatif terhadap hal-hal lain dan dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi eksternal dan juga relativitas internal.
Dalam organisasi, nilai jabatan ditentukan oleh persepsi terhadap nilai jabatan tersebut dibanding nilai jabatan lain. Nilai jabatan bisa
ditentukan oleh persepsi terhadap input yang harus dipenuhi pemilik
jabatan. Pemilik jabatan yang berbeda diharuskan atau dipersyaratkan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang berbeda.
Faktor yang lebih penting berkaitan dengan relativitas jabatan adalah output. Jabatan yang berbeda dipersyaratkan menghasilkan output
nilai tambah yang diciptakan yang berbeda pula. Perbedaan internal ini akan sangat dipengaruhi oleh perbedaan yang ditetapkan oleh
pasar tenaga kerja eksternal tempat organisasi merekrut karyawannya dan tempat karyawan untuk keluar dari organisasi.
3. Relativitas Eksternal
Gaji atau upah adalah harga, sebagaimana harga-harga yang lain, yang menunjukkan nilai jasa di mata pembeli dan penjual pemberi
kerja dan pemberi tenaga. Nilai eksternal suatu jabatan harga pasar terutama ditentukan oleh hukum penawaran dan permintaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Meskipun demikian, dalam pasar kita bisa berasumsi bahwa orang yang memiliki jabatan yang sederajat
equal cenderung mendapat gaji yang sama.
4. Inflasi dan Gerakan Pasar
Inflasi jelas mempengaruhi kecenderungan umum besarnya gaji dan pendapatan. Inflasi mendasari pergerakan pasar gaji. Organisasi
sudah terbiasa memperhitungkan inflasi ketika melakukan penyesuaian struktur gaji, meskipun jika manajemennya memiliki
kepekaan, menolak untuk berkomitmen mengikuti indeks inflasi. Di masa-masa sulit mereka harus siap memberi kenaikan gaji dibawah
angka kenaikan inflasi. Mereka mempertahankan hak untuk membatasi kenaikan gaji individual dibawah angka kenaikan inflasi jika
kinerjanya tidak sesuai dengan gaji yang diberikan. Meski demikian, saat ini dalam melakukan peninjauan gaji, organisasi banyak
mendasarkan pada gerakan harga di pasar, yang dalam beberapa hal, responsif terhadap angka inflasi.
5. Kinerja Bisnis danatau Keadaan Keuangan
Tujuan dan strategi bisnis organisasi berikut rencananya untuk mencapai tujuan tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan
strategi dan kebijakan organisasi. Kinerja bisnis danatau keadaan finansial organisasi akan mempengaruhi besarnya gaji yang sanggup
dibayarkan dan kebijakan gaji misalnya dalam hal menghubungkan gaji dengan kinerja atau dengan harga pasar.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
6. Tekanan Serikat Pekerja
Sesuai dengan kekuatan tawar menawarnya, serikat pekerja akan berusaha untuk menekan manajemen agar menaikkan gaji paling tidak
sama dengan kenaikan inflasi. Dengan dalih kemampuan perusahaan, pergerakan harga gaji di pasar serta tingkat gaji yang umum berlaku
untuk jabatan tertentu, mereka berusaha menekan agar gaji terus naik. Mereka juga berusaha memperbaiki perbedaan gaji.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengambil beberapa indikator-indikator yang membentuk kompensasi yaitu sebagai berikut :
1. Nilai Intrinsik Yaitu konsep yang didasarkan pada asumsi bahwa nilai jabatan
ditentukan oleh besarnya tanggung jawab atau tingkat keterampilan atau level kompetensi yang dituntut untuk menjalankan jabatan oleh
orang yang melaksanakan jabatan tersebut. Tingkat tanggung jawab terkait dengan hasil
output yang diharapkan bisa dicapai dan kontribusi dari pemegang jabatan. Kontribusi yang dimaksudkan disini
adalah dampak yang diberikan oleh pemegang jabatan terhadap hasil akhir unit kerjanya secara keseluruhan.
2. Relativitas Eksternal Yaitu seseorang layak mendapat gaji tertentu disuatu organisasi
karena sebesar itulah harga yang berlaku di pasar dan seseorang tersebut layak mendapat gaji yang selayaknya diterima.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3. Inflasi dan Gerakan Pasar Inflasi jelas mempengaruhi kecenderungan umum besarnya gaji dan
pendapatan. Inflasi mendasari pergerakan pasar gaji. Organisasi sudah terbiasa memperhitungkan inflasi ketika melakukan
penyesuaian struktur gaji dan saat ini dalam melakukan peninjauan gaji, organisasi banyak mendasarkan pada gerakan harga di pasar,
yang dalam beberapa hal, responsif terhadap angka inflasi.
2.2.7. Pengertian Motivasi Kerja
Istilah motivasi motivation berasal dari perkataan bahasa latin,
yaitu mover yang berarti ”menggerakkan to move. Juga ada yang
mengistilahkan motivasi dari kata ”motivere” yang berarti bertindak.
Abraham Sperling 1987:183 dalam Mangkunegara 2005:93 mengemukakan bahwa
“Motive is defined as a tendency to activity, started by a drive and ended by an adjustment. The adjustment is said to
satisfy the motive”. Motif didefinisikan sebagai suatu kecenderungan untuk beraktivitas, dimulai dari dorongan dalam diri
drive dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Penyesuaian diri dikatakan untuk memuaskan
motif. William J. Stanton 1981:101 dalam Mangkunegara 2005:93
mendefinisikan bahwa “A Motive is a stimulated need which a goal-
oriented individual seeks to satisfy”. Suatu motif adalah kebutuhan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas.
Fillmore H. Stanford 1969:173 dalam Mangkunegara 2005:93 mendefinisikan bahwa
“Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain
class” Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa motif merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri karyawan yang
perlu dipenuhi agar karyawan tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan
karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motifnya. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri
drive arousal. Menurut Mitcheli 1982:81 yang dikutip oleh Winardi 2002 :
Motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya dan terjadi persistensi kegiatan-kegiatan
sukarela volunteer yang diarahkan kearah tujuan tertentu. Para manajer perlu memahami proses-proses psikologikal, apabila mereka berkeinginan
untuk membina karyawan mereka secara berhasil dalam upaya pencapaian sasaran-sasaran keorganisian.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
George R. Terry 1991 mengemukakan bahwa : Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Edwin B. Flippo 1976 dalam Moekijat 1985 memberikan
pengertian motivasi adalah suatu keahlian, dalam menggerakkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga keinginan
para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus tercapai. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk
membangkitkan dorongan dari dalam diri drive arousal. Hal ini
dikemukakan oleh Robert A. Baron, Et.el., 1980:295 dalam hubungannya dengan lingkungan kerja mengemukakan bahwa
”Work motivation is defined as conditions which influence the arousal, direction,
and maintenance of behaviors relevant in work settings”. Artinya motivasi kerja didefinisikan sebagai kondisi yang berpengaruh dan
membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Selanjutnya motivasi tidak
terlepas dari kebutuhan dan kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara suatu kenyataan
dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, maka karyawan akan menunjukkan perilaku kecewa,
sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi, maka karyawan tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai manifestasi dari rasa
kepuasan dirinya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Berdasarkan pengertian dari para ahli diatas, maka disimpulkan bahwa motivasi sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dari
dalam diri karyawan yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku berkaitan dengan lingkungan kerja. Jadi,
motivasi adalah dorongan dari diri karyawan untuk memenuhi kebutuhan yang stimulasi berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa
puas, kemudian diimplementasikan kepada orang atau organisasi untuk memberikan pelayanan yang baik kepada organisasi.
2.2.8. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow Usmara, 2006:17-22, menyatakan bahwa dalam hubungannya
dengan motivasi kerja, Abraham Harold Maslow memperkenalkan hirarki kebutuhan pada tahun 1943 dalam artikelnya
A theory of human motivation. Maslow berpendapat bahwa orang memiliki kebutuhan yang
mereka perjuangkan untuk dipenuhi, bahwa kebutuhan mereka kompleks, dan bahwa kebutuhan mereka terus-menerus berubah. Maslow juga
mengemukakan suatu hipotesa bahwa manusia memiliki lima bentuk kebutuhan yang disusun secara hirarki dengan kebutuhan fisiologis
sebagai dasarnya dan perwujudan pribadi sebagai puncaknya. Maslow merasa bahwa setelah kebutuhan pada tingkat khusus dalam hirarki
tersebut telah terpenuhi, mereka akan kehilangan kepentingan, sementara kebutuhan pada tingkat selanjutnya yang lebih tinggi akan menjadi yang
paling penting. Hirarki kebutuhan manusia tersebut adalah sebagai berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Kebutuhan fisiologis physiological needs, yaitu kebutuhan untuk
makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual biologis. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah kebutuhan
paling dasar. 2. Kebutuhan rasa aman
safety and security needs, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan dan
lingkungan hidup. 3. Kebutuhan untuk merasa memiliki
belongingnees needs yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan
kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. 4. Kebutuhan akan harga diri
Estern needs, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
5. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri Self actualization needs
yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, keterampilan, dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-
ide memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu. Hirarki kebutuhan dari Maslow ditunjukkan pada gambar berikut :
Kebutuhan akan Aktualisasi diri
Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan kasih sayang Kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan fisiologis
Gambar 2. Hirarki Kebutuhan Maslow
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Maslow mengemukakan bahwa orang dewasa secara normal memuaskan kira-kira, 85 kebutuhan fisiologis, 75 kebutuhan rasa
aman, 50 kebutuhan untuk memiliki dan mencintai, 40 kebutuhan harga diri, dan hanya 10 dari kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku karyawan. Sebagai pimpinan tidak mungkin memahami perilaku karyawan
tanpa mengerti kebutuhannya. 2.2.9. Indikator-indikator Yang Membentuk Motivasi Kerja
Tampubolon 2004:87, Frederick Herzberg mengembangkan Teori Dua Faktor tentang motivasi, dimana faktor yang membuat orang merasa
puas dan yang membuat tidak puas ekstrinsik dan intrinsik, yang juga dikenal sebagai Teori Hygiene Motivasi Motivation Hygiene Theory.
Penelitian Herzberg melahirkan kesimpulan mengenai teori tersebut, yaitu:
1. Kondisi ekstrinsik, dimana keadaan pekerjaan dan hygiene yang
menyebabkan rasa tidak puas diantara para karyawan apabila kondisi ini tidak ada, maka hal ini tidak perlu memotivasi karyawan. Sebaliknya
apabila keadaan pekerjaan dan hygiene cukup baik, keadaan ini dapat membentuk kepuasan bagi karyawan.
Faktor-faktor itu meliputi : 1. Upahgaji
2. Kondisi kerja
3. Keamanan kerja
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
4. Status 5. Prosedur kerja Kebijakan perusahaan dan administrasi.
6. Mutu dari supervisi pengawasan teknis 7. Hubungan interpersonal diantara rekan kerja dengan atasan dan
dengan bawahan hubungan dengan kawan sekerja.
2. Kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam