56 dilakukan oleh pihak perempuan ke rumah pihak laki-laki untuk melihat keadaan
pengantin baru. Benda adat yang diberikan pada keempat tata cara tersebut berupa dekke ikan mas, mandar hela sarung pengantinmenantu laki-laki, ulos
hela ulos pengantinmenantu laki-laki, dan boras beras.
2.7 Falsafah Dalihan Na Tolu
Dalihan Na Tolu secara harfiah adalah tungku nan tiga yang merupakan lambang jika diasosiasikan dengan sistem sosial Batak yang mempunyai tiga tiang
penopang yaitu Hula-hula, Dongan Tubu, dan Boru. Arti kata ini secara berturut- turut adalah: 1 Pihak pemberi gadis.2 Pihak yang semarga.3 Pihak penerima
gadis. Dalam Depdikbud 1987 : 15 menyebutkan Dalihan Na Tolu tungku nan
tiga yang terdiri dari Hula-hula pemberi gadis, Dongan Tubu saudara semarga, dan Boru penerima gadis, yang mempunyai falsafah sebagai berikut :
a. Somba marhula-hula, artinya hormat kepada Hula-hula atau pemberi gadis
wife giving party. Sikap somba hormat yang ditetapkan terhadap hula-hula pemberi gadis didasarkan kepada pemikiran bahwa putri hula-hula pemberi
gadis adalah ibu yang melahirkan keturunan yang disebut hagabeon keturunan dalam bahasa Batak. Karena hula-hula pemberi gadis telah
dianggap sebagai pangkal atau sumber hagabeon keturunan yang banyak yang akan meneruskan garis keturunan, maka sikap sembah atau hormat
kepada hula-hula pemberi gadis mutlak dilakukan. b.
Manat mardongan Tubu, artinya hati-hati bersaudara laki-laki atau saudara teman semarga. Sikap manat atau hati-hati terhadap dongan tubu saudara
semarga dapat disejajarkan dengan ungkapan “benang jangan terputus,
57 tepung jangan terserak”. Dongan tubu adalah orang-orang yang satu marga,
diikat kesatuan hubungan darah dan merupakan kesatuan keturunan leluhur yang mewariskan marga kepada mereka. Oleh karena itu hubungan dengan
teman semarga harus dijaga. c.
Elek marboru, artinya membujuk kepada anak boru atau penerima gadis wife receiving party. Sikap elek lemah- lembut dan bujuk rayu kepada boru
penerima gadis didasarkan kepada suasana kasih sayang yang biasa diterima seorang putri dari orang tuanya sebelum menikah. Menyadari perasaan
tersebut, maka tua-tua pendahulu telah menetapkan sikap elek atau lemah- lembut dan bujuk rayu sebagai kepatutan menghadapi boru penerima gadis.
Selain sikap, tutur kata terhadap boru penerima gadis hendaknya dijaga agar selalu menyenangkan hati.
58
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 3.1.1 Sejarah Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan Medan Denai