Upacara-Upacara Sebelum Perkawinan Pra Perkawinan

46 yang digunakan oleh pihak yang satu terhadap pihak yang lain, demikian pula sebaliknya adalah istilah kekerabatan berdasarkan Dalihan Na Tolu. Perkawinan bagi orang Batak bukanlah merupakan persoalan pribadi suami istri itu sendiri, termasuk orang tua dan saudara-saudara kandung masing-masing, akan tetapi merupakan ikatan juga dari marga orang tua si suami dengan marga orang tua si istri, ditambah lagi dengan boru dan pihak hula-hula dari masing-masing pihak. Akibatnya adalah kalau perkawinan sepasang suami istri cerai maka ikatan di kedua belah pihak tersebut akan putus. Kesimpulannya adalah perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu, dan upacara agama serta catatan sipil Siahaan, 1982:50. Dalam Depdikbud 1987 : 34 menjelaskan tata cara perkawinan adat masyarakat Batak Toba, yaitu sebagai berikut :

a. Upacara-Upacara Sebelum Perkawinan Pra Perkawinan

1. Marhori-hori dingding perkenalan keluarga, yaitu orang tua calon pengantin laki-laki mengunjungi orang tua calon pengantin perempuan dengan maksud untuk memperkenalkan diri dan menetapkan tanggal dan hari untuk mengajukan lamaran. Belakangan ini, hori-hori dingding perkenalan keluarga sudah jarang dilakukan, yang dilaksanakan sekarang adalah pertemuan dan pembicaraan langsung antara orang tua calon pengantin laki-laki dengan orang tua calon pengantin perempuan. Biasanya, kesepakatan calon pengantin untuk menikah sudah disampaikan kepada orang tua masing-masing dan orang tua menerimanya sebagai keputusan terakhir. Namun, ada kalanya orang tua tidak menerima 47 keputusan tersebut sehingga perlu untuk mengadakan prosesi hori-hori dingding perkenalan keluarga. 2. Patua hata melamar, yaitu mengajukan lamaran resmi oleh pihak calon pengantin laki-laki kepada pihak calon pengantin perempuan. Prosesi lamaran ini merupakan formalisasi kesepakatan langsung antara orang tua calon pengantin laki-laki dengan orang tua calon pengantin perempuan saja, karena sebenarnya kesepakatan antara kedua belah pihak ketika marhori-hori dinding perkenalan keluarga sudah dianggap keputusan terakhir. Prosesi patua hata melamar belakangan ini juga sudah disatukan dengan prosesi marhusip perundingan diam-diam, karena patua hata melamar hanya formalisasi kesepakatan kedua belah pihak saja. 3. Marhusip Mangatik-atik Perundingan diam-diam Marhusip atau mangatik-atik perundingan diam-diam ialah masing- masing utusan dari kedua belah pihak, yakni pihak parboru pihak calon pengantin perempuan dan pihak paranak pihak calon pengantin laki-laki bertemu untuk merundingkan ancar-ancar mas kawin yang akan diserahkan pihak laki-laki kepada pihak perempuan, dan sebaliknya berupa ulos yang akan diserahkan kepada pihak laki-laki. Hasil mufakat sewaktu marhusip ini dicatat oleh masing-masing utusan yang menjadi bahan penting pada acara marhata sinamot membicarakan mas kawin dan ulos. Tempat marhusip perundingan diam-diam ini adalah di rumah pihak orang tua calon pengantin perempuan dan biasanya dilaksanakan pada waktu malam. 48 4. Marhata Sinamot Martumpol Merundingkan mas kawin uang mahar Belakangan ini, bagi masyarakat Batak Toba yang menganut agama Kristen, sebelum acara marhata sinamot merindingkan mas kawin lebih dulu dilakukan martumpol menandatangani perjanjian antara calon suami dengan calon istri di Gereja. Tetapi bagi yang menganut agama lain maka langsung melaksanakan acara marhata sinamot merundingkan mas kawin. Pada acara ini pihak laki-laki beserta dongan sabutuha kerabat dekat datang ke rumah pihak perempuan. Pihak laki-laki menyediakan lauk daging babikambinglembu dan tuak na tonggi nira, sedang pihak perempuan menyediakan nasi dan ikan mas. Adapun hal-hal yang dibicarakan untuk kemudian diputuskan dalam acara ini ialah : a. Pesta kawin ditaruhon jual pesta di tempat pihak laki-laki atau dialap jual pesta di tempat pihak perempuan. b. Kepastian jumlah mas kawin. c. Pembayaran bohini sinamot panjar mas kawin. d. Jenis hewan panjuhuti lauk pesta. e. Jumlah ulos yang akan diserahkan pihak perempuan kepada pihak laki- laki. f. Waktu dan tanggal pesta kawin dilaksanakan, dan lain-lain. Akhir dari penutup acara ini kedua belah pihak menyerahkan uang ingot- ingot uang ingat-ingat dengan ketentuan dari pihak laki-laki dua dan dari pihak perempuan satu 2 : 1 yang akan diserahkan kepada dongan sahuta teman sekampung. Merundingkan mas kawin merupakan simbol 49 peresmian perjanjian dan kesepakatan di antara kedua belah pihak yang akan berbesan.

b. Upacara Pelaksanaan Perkawinan