Kerangka Teori Persepsi Pasangan Suami-Istri Terhadap Bentuk Komunikasi Simbolik Yang Diberikan Kepada Pengantin Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Adat Batak Toba (Studi Kualitatif Terhadap Masyarakat Batak Toba Di Kelurahan Medan Tenggara Kecamatan M

8

1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

1. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Komunikasi khususnya tentang bentuk komunikasi tradisional berupa simbol yang terdapat pada masyarakat adat. 2. Menjadi sumbangan pemikiran bagi penelitian sejenis.

2. Secara Praktis

1. Diharapkan generasi muda, khususnya generasi muda masyarakat Batak Toba mempelajari serta melestarikan kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional. 2. Dapat digunakan sebagai literatur bagi masyarakat Batak Toba untuk mengetahui persepsi mayarakat Batak Toba terhadap bentuk komunikasi simbolik atau benda adat.

1.6. Kerangka Teori

Untuk lebih memantapkan pembahasan masalah yang telah dikemukakan maka perlu kiranya didukung oleh kerangka teori. Menurut Hadari Nawawi setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan masalah atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari mana masalah penelitian disorot 9

1.6.1 Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atua hubungan- hubungan yang diperoleh dangan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi sensory stimuli Rakhmat, 2004: 51. Gulo 1982: 207 mendefinisikan bahwa persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek 1978, persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Brouwer 1983; 21 menyatakan bahwa persepsi pengamatan ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. Sedangkan Pareek 1996:13 memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini; dikatakan “persepsi dapat di definisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau mata” Sobur,2003: 465. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatau berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya di proses. Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran interpretasi adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik decoding dalam proses komunikasi. Hal ini tampak 10 jelas pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “persepsi dapat didiefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”, sedangkan Rudolph F.Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi, atau J. Cohen: “Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana” Mulyana, 2005: 168. Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering merka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Manusia secara ilmiah ingin mengetahui dunia di luar dirinya dan seberapa tepat mereka menggambarkannya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yaitu: 1. Seleksi, adalah sutu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang 11 diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentulah ada faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya persepsi, yaitu: 1. Diri orang yang bersangkutan sendiri. Apabila seorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapannya. 2. Sasaran persepsi tersebut. Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat seperti itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya. 3. Faktor situasi Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

I.6.2 Komunikasi Simbolik Perkawinan Batak Toba

Simbol merupakan suatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman subjek kepada objek, artinya simbol memimpin komunikan untuk lebih 12 memahami isi pesan yang terkandung di dalamnya. Hal ini disebabkan sifat simbol yang mempunyai fungsi sebagai media komunikasi dan dapat mengekspresikan emosi isi pesan yang tidak bisa disampaikan hanya dengan cara verbal. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang, yang meliputi kata-kata pesan verbal, perilaku nonverbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2003 : 630 simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda lukisan, lencana, dan sebagainya yang menyatakan suatu hal atau mengandung maksud tertentu. Dari defenisi tersebut dapat disimpulkan komunikasi simbolik adalah proses komunikasi yang menggunakan simbol atau lambang yang mengandung maksud tertentu dan yang memimpin pemahaman terhadap simbol atau lambang tersebut serta sesuai dengan kesepakatan bersama. Bentuk komunikasi simbolik yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah komunikasi simbolik yang menggunakan benda atau artefak sebagai media penyampaian pesannya. Benda atau artefak tersebut mempunyai sifat tertentu yang dapat mempresentasikan pesan yang ingin disampaikan. Adapun bentuk komunikasi simbolik yang digunakan pada perkawinan adat Batak Toba yaitu: 1. Dekke ikan mas, simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula pemberi gadis. Dekke ikan mas merupakan simbol kesuburanketurunan yang banyak, simbol restu dari orang tua pengantin perempuan, mata pencaharian yang baik serta simbol kasih sayang dari orang tua pengantin perempuan. 13 2. Mandar Hela sarung pengantin laki-laki, simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula pemberi gadis. Sesuai dengan namanya mandar hela atau sarung ini diberikan kepada hela menantu atau pengantin laki-laki, pemberian sarung ini mengandung pesan supaya pengantin laki-laki tersebut rajin mengikuti acara-acara adat. 3. Ulos Hela ulos pengantin, simbol ini diberikan oleh orang tua pengantin perempuan atau pihak hula-hula pemberi gadis. Ulos yang diberikan kepada pengantin disebut ulos hela dan jenis ulos yang lazim diberikan berupa ulos ragi hotang. Dilihat dari bentuk ulos ini yang terdiri dari ragi pangolat pembatas melambangkan keperkasaan pengantin laki-laki, artinya supaya menjadi pemimpin yang bijaksana dan dapat melindungi keluarga, ragi keturunan keturunan melambangkan supaya pengantin mempunyai keturunan yang banyak sehingga regenerasi marga tetap terjaga. 4. Boras beras, merupakan simbol sumber kehidupan, supaya pengantin mempunyai mata pencaharian yang baik. Simbol kekuatan, supaya pengantin selalu sehat dan jiwanya selalu kuat dalam menghadapi hidup sehari-hari. Sebagai simbol kasih sayang dari keluarga dekat pengantin perempuan kepada pengantin.

I.6.3 Teori Interaksi Simbolik

Interaksi simbolik dilakukan dengan menggunakan bahasa sebagai salah satu simbol yang penting dan isyarat decoding. Akan tetapi simbol bukanlah merupakan faktor-faktor yang telah terjadi namun meruakan suatu proses yang berlanjut. Maksudnya, ia merupakan suatu proses penyampaian ‘makna’. Penyampaian makna dan simbol inilah yang menjadi subject matter dalam interaksi simbolik. 14 Interaksi simbolik juga didefenisikan secara implicit melalui gerakan tubuh. Dalam gerakan tubuh ini akan terimplikasi ataupun terlihat seperti suara atau vokal, gerakan fisik, dan sebagainya yang mengandung makna. Hal-hal yang dicontohkan itu adalah simbol yang signifikan dari interaksi simbolik. Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia yaitu komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Defenisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek, dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Manusia hanya bertindak hanya berdasarkan defenisi atau penafsiran mereka atas objek-objek disekeliling mereka. Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan-aturan, bukan sebaliknya. Dalam konteks ini makna sikonstruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah sesuatu medium yang netral yang memungkinkan kekuatan sosial memainkan perannya melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari organisasi sosial dan kekuatan sosial Mulyana, 2001:68 Menurut teoritisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara singkat interaksionalisme simbolik didasarkan pada premis-premis berikut: pertama individu merespons sebuah situasi simbolik. Mereka merespon lingkungan, 15 termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang dikandung komponen- komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu kewaktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

1.8. Kerangka Konsep