Masyarakat Batak di Perantauan

44 sebagai panduan dan pedoman pergaulan hidup Masyarakat Batak. Adat untuk perkawinan, kelahiran dan kematian.

d. Masyarakat Batak di Perantauan

Masyarakat Batak pada zaman penjajahan yang paling banyak pergi merantau di kalangan orang Batak ke daerah-daerah lain di Indonesia adalah Batak Mandailing. Hal ini dapat dimengerti karena pendidikan sekolah yang membuka mata penduduk lebih dulu tertanam di Tapanuli Selatan daripada di Tapanuli Utara. Sesudah zaman penjajahan mulailah mengalir para petani Batak Toba ke daerah perkebunan di dataran rendah Sumatera Utara. Mereka bekerja sama dengan orang Jawa bekas buruh perkebunan dan membuka areal pertanian. Para petani asal Toba terdapat juga di Aceh Tenggara. Selain sebagai pegawai, banyak juga pengusaha kecil dan buruh swasta, seperti supir angkutan kota, pedagang kaki lima parengge-rengge ikut merantau ke kota-kota di Sumatera dan Jawa Siahaan, 1982:41-44. Pada umumnya mayarakat Batak Toba di perantauan selalu mendirikan perhimpunan marga, khususnya untuk keperluan adat. Urgensi dari perhimpunan marga ini adalah memelihara nilai-nilai yang terkandung dalam Dalihan Na Tolu tungku nan tiga. Karena urusan marga yang terpenting ialah upacara perkawinan. Marga di sini seolah-olah masih turunan satu ayah karena sebagai turunan satu leluhur tidak boleh saling mengawini. Sesuai dengan prinsip itulah, apabila timbul keretakan di dalam rumah tangga, yang diresmikan perkawinannya menurut adat Dalihan Na Tolu tungku nan tiga, maka patut dicampuri oleh para pengetua adat dalam marga itu untuk mencegah sedapat mungkin perceraian. 45 Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat Batak Toba di perantauan adalah berdasarkan prinsip Dalihan Na Tolu tungku nan tiga, sama seperti di bona pasogit kampung halaman, yaitu seluruh masyarakat Batak Toba adalah bagaikan keluarga besar, ada dongan tubu teman satu marga, ada boru penerima gadis dan ada hula-hula pemberi gadis. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan tersebut ada perbedaan-perbedaan kecil timbul di berbagai tempat di tanah Batak, demikian pula di perantauan, akan tetapi prinsipnya tetap sama.

2.6 PERKAWINAN