Perumusan Masalah Tujuan Penelitian

11 tempat yang relatif dekat dengan input, konsumen atau keduanya. Penghematan ini bisa menekan biaya produksi yang rendah sehingga harga output industri rendah. Harga output yang rendah dapat menjadi pilihan konsumen yang rasional. Konsumen memilih output yang rendah kemudian meningkatkan omset perusahaan secara keseluruhan. Peningkatan omset dengan biaya produksi yang rendah meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga dapat berkembang. Perkembangan perusahaan ini menjadi alasan untuk para investor maupun kreditur baik dari sektor keuangan dan sebagainya datang untuk membiayai industri ini. Contoh perkembangan perusahaan dalam sebuah wilayah industri adalah kawasan industri yang disediakan oleh pemerintah salah satunya adalah PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung PT JIEP di Jakarta seluas 1550 hektar. Contoh pola aglomerasi usaha yang ditunjukan PKL di beberapa daerah dewasa ini bahkan ikut menjadi bahasan penting dalam dunia akademis, hal ini menjadikan konsep spasial ekonomi eksistensinya terus berkembang, khusunya awal tahun 1990-an. Menurut Soepono 2002 dalam Amor 2004 mengklasifikasikan jenis usaha PKL dan pedagang umumnya sebagai bentuk aglomerasi pemasaran. Aglomerasi atau pengelompokan usaha dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu aglomerasi pada industri manufatur, seperti Belt Manufacture Inggris, Cibaduyut Bandung, Silicon Valley AS, dan aglomerasi pada industri pemasaran, dikenal dengan usaha jasa atau usaha dagang, misalnya Pasar Turi Surabaya, Pasar tanah Abang Jakarta, Malioboro Jogjakarta dan lain-lain. Dasar aglomerasi ini disebabkan oleh melimpahnya informasi yang tersedia didaerah tersebut. Informasi yang beredar dalam perusahaan yang beraglomerasi dirasa penting untuk perusahaan dikarenakan infromasi menentukan keputusan perusahaan baik dalam proses produksi maupun pemasaran produk.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk menghindari folatilitas yang tidak dapat diperkirakan dari bahan baku pembuatan alas kaki ini, sulitnya mendapatkan modal kredit dari badan keuangan formal dan informasi yang beredar. Industri alas kaki melakukan aglomerasi untuk menciptakan iklim industri yang kondusif dalam penciptaan wilayah industri efisien dan efektif baik dalam memperoleh modal, bahan baku 12 input alas kaki, tenagakerja yang produktifitas tinggi dengan harga murah dan mudah, serta kepastian pasar output pemasaran alas kaki di Kabupaten Bogor. Berdasarkan studi terdahulu, Upaya pengembangan UMKM alas kaki di Kabupaten Bogor menghadapi permasalahan-permasalahan yang melemahkan daya saing terkait dengan faktor internal seperti modal, sumberdaya manusia, lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar. Faktor eksternal seperti iklim usaha yang belum kondusif, terbatasnya sarana dan prasarana dan perdagangan bebas, kekurangan informasi serta krisis finansial global. Hal ini didukung dengan kenyataan dilapangan terutama bahwa UMKM masih sulit untuk memperoleh permodalan selain modal yang diberikan oleh konsumengrosir. Belum ada titik temu antara debitur dan kreditur baik dari sisi agunan, beban bunga dan persyaratan yang mereka terima untuk memperoleh pinjaman. Maka permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Faktor-faktor yang apa memengaruhi kelimpahan informasi dalam aglomerasi perusahaan alas kaki di Desa Mekarjaya? 2. Faktor-faktor apa yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mempelajari karakteristik unit usaha alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya 2. Mempelajari faktor yang menentukan tingkat daya saing industri alas kaki di Desa Mekarjaya. 3. Mengklarifikasi penyebab kelimpahan informasi dalam perusahaan alas kaki yang beraglomerasi di Desa Mekarjaya.

1.4. Manfaat Penelitian