38
BAB IV KERAGAAN DAN KARAKTERISTIK UNITT USAHA ALAS KAKI DI
DESA MEKARJAYA 4.1
Geografi dan Pemerintahan Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Ibu Kota Republik Indonesia yaitu DKI Jakarta. Secara geografis
Kabupaten Bogor mempunyai luas sekitar 2.301,95 km
2
letak antara 6.19
o
-6.47
o
lintang selatan dan 106
o
1β-107
o
103β bujur timur.
Kabupaten Bogor ini berbatasan dengan : Sebelah Utara
: Kota Depok Sebelah Barat
: Kabupaten Lebak Sebelah Barat Daya
: Kabupaten Tanggerang Sebelah Timur
: Kabupaten Purwakarta Sebelah Timur Laut
: Kabupaten Bekasi Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukabumi Bedasarkan
data dari
Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan
Kesejahteraan Sosial, pada tahun 2010 Kabupaten Bogor memiliki 40 Kecamatan, 427 DesaKelurahan, 3.516 RW dan 13.603RT. Dari jumlah desa tersebut
mayoritas memiliki ketinggian diatas 500 m diatas permukaan laut. Yakni 234 desa. Sedangkan atara 500-700 m diatas permukaan laut. Hampir sebagian besar
desa pada Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai swakarya sebesar 350 desa, lainnya 77 desa merupakan desa Swasembada, dan tidak ada desa swadaya.
Berdasarkan klasifikasi daerah, dilihat dari aspek potensi lapangan usaha, kepadatan penduduk dan sosial terdapat kategori desa perkotaan sebanyak 96 desa
dan desa pedesaan sebanyak 331 desa
4.2 Sejarah Industri Kerajinan Sepatu di Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM sepatu di daerah Bogor
muncul tahun 1920-an di Kecamatan Ciomas. Sampai dengan tahun 1950-an, pembuatan sepatu masih merupakan pekerjaan yang dilakukan individu atau usaha
rumah tangga yang memproduksi sepatu kulit berkualitas tinggi. Jumlah unit usaha pada waktu itu hanya berjumlah 20 unit usaha. Para pengusaha sepatu
39 ciomas pertama kali mempelajari keahlian membuat sepatu dengan bekerja
sebagai buruh di bengkel-bengkel sepatu di Jakarta. Setelah memiliki keahlian, mereka kembali untuk mendirikan bengkel sepatu sendiri dan menjual produknya
ke berbagai toko di Jakarta atau kota-kota lain di Jawa Barat. Awal tahun 1950-an, industri sepatu ciomas berkembang pesat dengan
semakin bertambahnya jumlah usaha rumah tangga yang bergerak di bidang sepatu. Perkembangan industri ini ditandai dengan berdirinya sebuah bentuk
usaha bersama dalam wadah Persebo Persatuan Sepatu Bogor. Koperasi ini beranggotakan para pengerajin sepatu yang melayani order untuk memenuhi
kebutuhan sepatu militer dan juga membantu pemasaran produk-produk bengkel di sekitarnya. Persebo berperan penting dalam perumbuhan pengerajin sepatu di
desa-desa sekitar Ciomas. Ketika terjadi resesi ekonomi tahun 1960-an yang mengakibatkan perubahan-perubahan penting dalam struktur internal dan
eksternal pada industri ini. Setelah akhir 1960-an, struktur internal bisnis ini mengalami proses diferensiasi, yaitu dengan dilaksanakannya program stabilisasi
ekonomi. Sejumlah pengerajin skala usaha rumah tangga mengembangkan bengkel mereka dengan mempekerjakan buruh.
Pada tahun 1970-an, para pemilik modal mulai melibatkan diri dan memperkenalkan sistem pembayaran dengan menggunakan βbonβ. Kemudian pada
tahun 1991 tebentuk kembali Koperasi Sepatu Perkasa Mas dan Koperasi Warga Sepatu Ciomas. Namun koperasi ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan,
ketidakberhasilan koperasi sepatu tersebut disebabkan oleh fakor sumberdaya manusia yang terlibat dalam koperasi itu, baik pengurus maupun anggotanya.
4.3 Keragaan Perusahaan Alas Kaki di Kecamatan Ciomas