35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari enam tahap yaitu : 1 identifikasi masalah sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan di indonesia, 2 pengumpulan
data kasus penyakit akibat pangan di indonesia, 3 analisis data kasus penyakit akibat pangan, 4 identifikasi kebutuhan dalam pengembangan sistem pelaporan
kasus penyakit akibat pangan, 5 penyusunan mekanisme dan formulir pelaporan kasus penyakit akibat pangan, 6 evaluasi mekanisme dan formulir pelaporan
kasus penyakit akibat pangan. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
1. Identifikasi Masalah
Tahap pengidentifikasian masalah meliputi studi banding benchmarking dengan cara studi pustaka melalui browsing internet tentang
sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan menurut WHO World Health Organization
dan negara lain dengan sistem surveilan dan notifikasi kasus penyakit akibat pangan yang lebih baik, seperti : Australia, Amerika Serikat,
Kanada, dan Inggris Sparringa, personal communication. 2005. Penelusuran mengenai sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan melalui internet
dilakukan dengan membuka situs-situs resmi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi faktual tentang sistem pelaporan kasus penyakit
akibat pangan di Indonesia pada informan ahli expert informan dengan metode wawancara personal communication. Berdasarkan kedua kegiatan
diatas studi pustaka dan pengumpulan informasi faktual dilakukan pengidentifikasian kelemahan atau kekurangan sistem pelaporan kasus
penyakit akibat pangan di Indonesia.
36
Gambar 5 . Tahap-tahap pelaksanaan penelitian pengembangan
sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan Perbaikan dan pengembangan
sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan
Mekanisme pelaporan kasus penyakit
akibat pangan Tools
formulir pelaporan kasus penyakit
akibat pangan
Evaluasi
Selesai Studi pustaka : surveilan dan
sistem notifikasi penyakit akibat pangan menurut WHO
dan negara-negara maju Pengumpulan informasi sistem pelaporan
dan data kasus penyakit akibat pangan data sekunder pada Ditjen Pelayanan
Medik dan Ditjen PPPL, Depkes RI
Analisis sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan
di Indonesia
Pengolahan, analisis dan interpretasi data kasus
penyakit akibat pangan Mulai
Analisis kesenjangan
gap analysis sistem pelaporan
37
2. Pengumpulan Data Kasus Penyakit Akibat Pangan di Indonesia
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1116MenkesSKVIII2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem
Surveilan Epidemiologi Kesehatan dan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1479MenkesSKX2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilan Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, di Indonesia terdapat beberapa jenis
penyakit akibat pangan yang wajib dilaporkan notifiable foodborne disease. Definisi kasus penyakit-penyakit yang wajib dilaporkan tersebut dapat dilihat
pada Tabel 6.
Tabel 6. Definisi kasus penyakit akibat pangan yang wajib dilaporkan di Indonesia
Jenisgejala penyakit akibat pangan
Definisi kasus
Kolera Penderita diare klinis dengan pemeriksaan
laboratorium pada tinja danatau muntahan menunjukkan adanya kuman kolera Vibrio
cholerae
Diare klinis Buang air besar lembek atau cair dengan
frekuensi lebih dari biasanya Diare berdarah
Diare klinis yang disertai darah sebagai bercak coklat atau merah. Apabila dilakukan
pemeriksaan tinja ditemukan sel darah merah
Tifus perut klinis Demam tinggi terus menerus selama 7 tujuh
hari atau lebih, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah typhoid tounge dapat
disertai sembelit obstipasi, diare, dan kesadaran menurun
Tifus perut widalkultur +
Demam tinggi terus menerus yang pada pemeriksaan laboratorium darah, air seni, tinja
atau sumsum tulang menunjukkan kuman Salmonella typhi
atau pada serum darah terdapat kenaikan kadar zat antinya
Sumber : Departemen
Kesehatan RI 2004
a. Data kasus penyakit akibat pangan bersumber pada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Data kasus penyakit akibat pangan yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Data sekunder
38 adalah data yang sudah tersedia, dimana seorang peneliti atau organisasi
hanya perlu mencari tempat pihak lain untuk mendapatkannya dalam bentuk jadi atau publikasi Simamora, 2002; Sparringa, 2005. Data kasus
penyakit akibat pangan yang terkumpul meliputi : 1 kolera, 2 demam tifoid dan paratifoid, 3 sigelosis, 4 diare dan gastroenteritis, 5
amubiasis, 6 penyakit infeksi usus lainnya, serta 7 hepatitis A. Selanjutnya dilakukan perhitungan persentase rumah sakit yang
melaporkan data kasus penyakit akibat pangan ke Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dengan perhitungan sebagai berikut :
Keterangan : RS = rumah sakit
b. Data kasus penyakit akibat pangan bersumber pada Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
PPPL Data kasus penyakit akibat pangan yang dikumpulkan juga
merupakan data kasus yang bersumber pada Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Ditjen PPPL. Data
kasus penyakit akibat pangan yang terlapor pada Ditjen PPPL merupakan data kasus penyakit akibat pangan yang berasal dari puskesmas maupun
data kasus pada rumah sakit. Data kasus penyakit akibat pangan yang terlapor pada direktorat tersebut meliputi : 1 kolera, 2 tifoid, dan 3
diare.
3. Analisis Data Kasus Penyakit Akibat Pangan
Data kasus penyakit akibat pangan yang terkumpul, dianalisis berdasarkan empat parameter yaitu 1 subjek, 2 waktu, 3 tempat, serta 4
analisis berdasarkan angka insiden incident rate, angka kefatalan suatu kasus case fatality rate, dan angka kunjungan admission rate.
a. Analisis berdasarkan subjek
Data kasus penyakit akibat pangan yang dianalisis berdasarkan subjek merupakan data kasus dari Ditjen Pelayanan Medik dan Ditjen
PPPL. Maksud analisis berdasarkan subjek disini adalah data kasus RS yang melaporkan data kasus penyakit akibat pangan
RS yang melapor = x 100
Jumlah RS di Indonesia
39 penyakit akibat pangan dianalisis menurut jenis kelamin dan golongan
umur kasus untuk setiap jenis penyakit akibat pangan. Kasus penyakit akibat pangan bersumber dari Ditjen Pelayanan Medik yang dianalisis
berdasarkan jenis kelamin, meliputi : 1 kolera, 2 demam tifoid dan paratifoid, 3 sigelosis, 4 diare dan gastroenteritis, 5 amubiasis, 6
penyakit infeksi usus lainnya, 7 hepatitis A, selama periode 1998 sampai 2003. Distribusi data kasus berdasarkan jenis kelamin untuk ketujuh jenis
penyakit akibat pangan tersebut dapat dilihat pada lembar lampiran yaitu kasus kolera Lampiran 2, demam tifoid dan paratifoid Lampiran 3,
sigelosis Lampiran 4, diare dan gastroenteritis Lampiran 5, amubiasis Lampiran 6, penyakit infeksi usus lainnya Lampiran 7, serta hepatitis A
Lampiran 8. Kasus penyakit akibat pangan bersumber dari Ditjen PPPL yang
dianalisis berdasarkan golongan umur, meliputi : 1 kolera, 2 tifoid, dan 3 diare, selama periode 2001 sampai 2004, serta 4 hepatitis A dan 5
disentri selama periode 2001 sampai 2003.
b. Analisis berdasarkan waktu
Data kasus penyakit akibat pangan yang dianalisis berdasarkan parameter waktu merupakan data kasus dari Ditjen PPPL. Maksud analisis
berdasarkan waktu adalah analisis data kasus menurut bulan terjadinya kasus. Kasus penyakit akibat pangan yang dianalisis meliputi : 1 disentri
dan 2 hepatitis A selama periode 2001-2003; 3 diare, 4 kolera, serta 5 tifoid selama periode 2001-2004.
c. Analisis berdasarkan tempat
Data kasus penyakit akibat pangan yang dianalisis berdasarkan tempat meliputi : 1 kolera, 2 tifoid dan 3 diare selama periode 2000-
2003, yang bersumber dari Ditjen PPPL. Data kasus penyakit akibat pangan yang terkumpul, dianalisis menurut propinsi terjadinya kasus. Data
kasus ketiga jenis penyakit akibat pangan tersebut berdasarkan penyebarannya per propinsi dapat dilihat pada lembar lampiran, yaitu
masing-masing untuk kasus kolera Lampiran 9, tifoid Lampiran 10 dan diare Lampiran 11.
40 Analisis data kasus penyakit akibat pangan berdasarkan ketiga
parameter tersebut diatas dilakukan untuk melihat kecenderungan trend maupun tingkat risiko populasi penduduk dalam suatu wilayah geografis
yang rentan terhadap jenis penyakit akibat pangan tertentu.
d. Analisis berdasarkan nilai IR Incident Rate, CFR Case Fatality
Rate dan AR Admission Rate
Data kasus penyakit akibat pangan yang dianalisis berdasarkan nilai IR, CFR, dan AR adalah data kasus yang bersumber dari Ditjen
Pelayanan Medik. Sedangkan data kasus penyakit akibat pangan dari Ditjen PPPL tidak dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan ketiga
parameter ini karena data yang tersedia dari sumber tersebut hanya menunjukkan jumlah kasus yang terjadi. Sedangkan informasi lain, seperti
jumlah kematian kasus dan jumlah kunjungan kasus tidak tersedia. Nilai Incident Rate IR, dan Case Fatality Rate CFR ditentukan
dengan metode yang digunakan oleh Imari 2004, sedangkan Admission Rate
AR ditentukan berdasarkan definisi dari Departemen Kesehatan 2003. Nilai IR, CFR dan AR data kasus penyakit akibat pangan dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
4. Identifikasi Kebutuhan dalam Pengembangan Sistem Pelaporan Kasus Penyakit Akibat Pangan
Pengembangan sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan didasarkan pada mekanisme pelaporan kasus penyakit yang ada di Indonesia.
Mekanisme tersebut merupakan hasil penyesuaian terhadap mekanisme sebelumnya yang terdapat pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
IR = Jumlah kasus per 100 000 penduduk
Jumlah korban meninggal CFR =
x 100 Jumlah korban
Jumlah kunjungan kasus baru dan kasus lama rawat jalan AR =
Jumlah kasus baru rawat jalan
41 Indonesia Nomor: 1116MENKESSKVIII2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1479MENKESSKX2003
tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu maupun Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1410MENKESSKX2003 tentang Penetapan Penggunaan Sistem Informasi Rumah Sakit di Indonesia Sistem
Pelaporan Rumah Sakit Revisi Kelima. Selanjutnya dilakukan identifikasi kebutuhan dan pengembangan sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan,
beserta formulir pelaporan kasus penyakit akibat pangan 5. Penyusunan Mekanisme dan Formulir Pelaporan Kasus Penyakit Akibat
Pangan
Pengembangan dan perbaikan sistem dalam penelitian ini mencakup dua hal yaitu penyusunan mekanisme dan formulir pelaporan kasus penyakit
akibat pangan. Penyusunan ini diawali dengan merumuskan isi formulir. Isi dari setiap formulir diidentifikasi berdasarkan lima pertanyaan yang sangat
mendasar sesuai dengan metode surveilan epidemiologi penyakit akibat pangan, yaitu : 1 apa what, 2 siapa who, 3 mengapa why, 4 kapan
when, 5 dimana where, dan 6 bagaimana how. Keenam kata tanya tersebut diinterpretasikan menjadi garis-garis besar outline dalam
mengembangkan sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan di Indonesia yang mencakup mekanisme maupun format pelaporannya.
Hal tersebut di atas dilakukan dengan cara melakukan diskusi dan studi pustaka mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sistem pelaporan
notification kasus penyakit akibat pangan. Diskusi dilakukan dengan sebuah tim team work dari Badan POM RI maupun Departemen Kesehatan. Studi
pustaka dilakukan dengan mempelajari sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan yang ada pada Departemen Kesehatan RI, sistem pelaporan kasus
penyakit akibat pangan di negara-negara maju sebagai studi banding dan sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan menurut WHO sebagai acuan
utama.
42
6. Evaluasi