33 Salah satu upaya untuk memonitor keamanan pangan adalah dengan mengetahui
kecenderungan penyakit akibat pangan yang ada di masyarakat. Penyakit akibat pangan telah menimbulkan dampak kesehatan bagi
masyarakat yang berimplikasi pada masalah sosial maupun kerugian ekonomi. Secara individu, setiap kasus penderita penyakit akibat pangan akan mengalami
penurunan produktivitas. Selain itu, dampak dari penyakit akibat pangan dapat dihitung pada kerugian yang dialami oleh konsumen masyarakat, industri
pangan maupun pemerintah. Kerugian secara finansial ini dapat dilihat pada kerugian ekonomi dengan adanya kejadian luar biasa KLB keracunan pangan
yang ada di Indonesia Tabel 5.
Tabel 5. Kerugian ekonomi akibat KLB keracunan pangan Industri pangan
Rumah tangga Pemerintah
Penarikan produk Penutupan pabrik
dan pembersihan Tuntutan dan liability
cost lainnya
Penurunan permintaan produk
Asuransi Administrasi
Biaya medis Penurunankehilangan
gaji Kesakitan dan
penderitaan Kehilangan ”leisure
time ”
Kehilangan biaya ”child care”
Biaya perjalanan Biaya surveilan
Biaya pendidikan Biaya pembersihan
Biaya pendidikan
konsumen Biaya manajemen
risiko penerapan HACCP dll
Sumber
: Rahayu et al. 2005
1. Dampak Ekonomi Penyakit Akibat Pangan di Amerika Serikat
Untuk mengatasi penyakit akibat pangan dengan bakteri sebagai etiologic agent
-nya, Amerika Serikat mengeluarkan biaya sampai US23 milyar. Sedangkan khusus untuk kasus salmonellosis diperkirakan
menimbulkan dampak ekonomi sebesar US3.991 juta setiap tahunnya Sockett dan Roberts, 1991. Total kerugian ekonomi oleh penyakit akibat
pangan di Amerika Serikat diperkirakan mencapai US5.6 milyar sampai US9.4 milyar Mei 1995, Chief of Food Safety Branch of the United States
Department of Agriculture – khusus untuk biaya perawatan kesehatan dan
kehilangan produktivitas akibat salmonellosis dengan 3.8 juta kasus, kerugian ekonomi mencapai US0.6-3.5 milyar Buzby dan Roberts, 1995.
34
2. Dampak Ekonomi Penyakit Akibat Pangan di Australia dan New
Zealand Australia mengalami kerugian ekonomi sebesar Aus487 juta
sampai Aus1900 juta ANZFA, 1996 atas kejadian luar biasa KLB oleh HUS di Australia Selatan disebabkan oleh E. coli O111 yang
mengkontaminasi mettwurs Cameron et al., 1995, dan kerugian ekonomi
sebagai dampak penurunan produktivitas kerja mencapai Aus20 juta per
tahun. Sedangkan kerugian ekonomi sebagai dampak penyakit akibat pangan
di New Zealand mencapai NZ100 juta per tahun. 3.
Dampak Ekonomi Penyakit Akibat Pangan di Indonesia
Kerugian ekonomi sebagai dampak dari penyakit akibat pangan di Indonesia, belum diketahui dengan pasti. Hal ini disebabkan diantaranya
belum adanya data yang menunjukkan jumlah angka kasus penyakit akibat pangan secara jelas di Indonesia. Akan tetapi, berdasarkan kejadian luar
biasa KLB keracunan pangan yang terlapor pada Badan POM RI selama tahun 2004, dapat diperkirakan bahwa kerugian negara Indonesia atas kasus
penyakitKLB keracunan pangan yang terjadi adalah sebesar 6.7 trilyun
rupiah per tahun Rahayu et al., 2005.
35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari enam tahap yaitu : 1 identifikasi masalah sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan di indonesia, 2 pengumpulan
data kasus penyakit akibat pangan di indonesia, 3 analisis data kasus penyakit akibat pangan, 4 identifikasi kebutuhan dalam pengembangan sistem pelaporan
kasus penyakit akibat pangan, 5 penyusunan mekanisme dan formulir pelaporan kasus penyakit akibat pangan, 6 evaluasi mekanisme dan formulir pelaporan
kasus penyakit akibat pangan. Tahap-tahap pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
1. Identifikasi Masalah
Tahap pengidentifikasian masalah meliputi studi banding benchmarking dengan cara studi pustaka melalui browsing internet tentang
sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan menurut WHO World Health Organization
dan negara lain dengan sistem surveilan dan notifikasi kasus penyakit akibat pangan yang lebih baik, seperti : Australia, Amerika Serikat,
Kanada, dan Inggris Sparringa, personal communication. 2005. Penelusuran mengenai sistem pelaporan kasus penyakit akibat pangan melalui internet
dilakukan dengan membuka situs-situs resmi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan informasi faktual tentang sistem pelaporan kasus penyakit
akibat pangan di Indonesia pada informan ahli expert informan dengan metode wawancara personal communication. Berdasarkan kedua kegiatan
diatas studi pustaka dan pengumpulan informasi faktual dilakukan pengidentifikasian kelemahan atau kekurangan sistem pelaporan kasus
penyakit akibat pangan di Indonesia.