Kasus Tifoid dan Paratifoid

52

2. Kasus Tifoid dan Paratifoid

Tifoid dan paratifoid masih menjadi masalah utama di beberapa negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada umumnya menyebar melalui air dan pangan yang terkontaminasi pada area endemik Pang et al., 1995; WHO, 1998. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Salmonella serovar Typhi dan Paratyphi a atau b Cary et al., 2000. 0,58 2,34 6,53 12,65 5,82 0,28 1,31 3,71 5,37 2,99 0,85 3,28 8,40 14,52 6,80 0,78 3,12 10,68 12,45 7,32 - 2 4 6 8 10 12 14 16 1 thn 1 - 4 thn 5 - 14 thn 15- 44 thn 45 thn Golongan Umur In ci dent Ra te IR 2001 2002 2003 2004 Sumber : Data diolah dari Departemen Kesehatan RI 2001-2004 Kasus tifoid di Indonesia dominan terjadi pada golongan umur 15-44 tahun Gambar 9, perbandingan kasus pria dan wanita yaitu 1:1, dengan kisaran antara 0.9:1 sampai 1.3:1 Lampiran 3. Menurut Cary et al. 2000, infeksi Salmonella berisiko tinggi terhadap bayi yang baru lahir, balita, lanjut usia, dan individu immunocompromised. Penyakit tifoid dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi pada daerah endemik dengan attack rate yang tinggi, paling potensial terjadi pada populasi golongan umur antara 3-19 tahun WHO, 2005; Singh, 2001. Dari seluruh kasus tifoid dan paratifoid selama tahun 1998-2003 yang terlapor pada rumah sakit, 52.4 diantaranya menjalani rawat inap, dengan kisaran antara 45.5 pada tahun 2003 sampai 65.9 pada tahun 2002. Data kasus tifoid dan paratifoid berdasarkan jenis kelamin dan perawatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Gambar 9 . Incident rate tifoid pada rumah sakit dan puskesmas berdasarkan golongan umur 53 Gambar 10 menunjukkan bahwa pada triwulan pertama yaitu Januari sampai Maret terjadi kecenderungan peningkatan kasus tifoid. Selama bulan tersebut di Indonesia cenderung bermusim penghujan. Menurut WHO 2005, secara alami manusia merupakan host bagi penyebaran penyakit tifoid. Infeksi ini ditransmisikan melalui makanan atau air yang terkontaminasi bakteri fekal, Salmonella typhi . - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jan ua ri Fe bru ari Ma ret Ap ril Me i Jun i Jul i Ag ust us Se pte mb er Ok tob er No ve mb er De sem be r Bulan Inci dent Ra te I R 2001 2002 2003 2004 Sumber : Data diolah dari Departemen Kesehatan RI 2001-2004 Kasus tifoid berdasarkan Gambar 11 di bawah, selama tahun 2000 sampai 2002 paling besar terjadi di propinsi Kalimantan Tengah dan angka insiden terbesar kedua selama tahun 2000 adalah propinsi Kalimantan Barat. Angka insiden pada kedua propinsi tersebut pada tahun 2000 mencapai 800 kasus per 100.000 penduduk, sedangkan angka insiden pada propinsi lain selama tahun 2000 sampai 2003 kurang dari 400 kasus per 100.000 penduduk. Hal tersebut sangat kontradiksi dengan persentase kelengkapan pelaporan kasus oleh kedua propinsi tersebut yang sangat kecil yaitu 0 data laporan pada Ditjen PPPL. Oleh karena itu, perlu dilakukan investigasi lebih lanjut untuk menjawab kontradiksi tersebut. Seperti juga pada kasus-kasus penyakit akibat pangan sebelumnya, interpretasi data kasus yang tersaji pada Gambar 11 tersebut tidak menggambarkan keadaan sebenarnya di Indonesia. Gambar 10 . Incident rate tifoid pada rumah sakit dan puskesmas berdasarkan waktu 54 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Pro p in s i Incident Rate IR 2000 2001 2002 2003 Su m b er : D ata di o la h dari D epar te m en K esehata n RI 20 -20 03 G a mbar 11 . Incident rate k asus tifoid be rda sarkan p eny ebaran per propin si di Indones ia 55

3. Kasus Sigelosis