Mekanisme Pelaporan Kasus Penyakit Akibat Pangan

72 diolah, dianalisis dan diinterpretasikan menurut studi epidemiologi, baik secara deskriptif maupun analitis. Pengembangan sistem yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan salah satu alternatif masukan bagi pemerintah pusat Departemen Kesehatan, Badan POM RI dan stakeholder terkait lainnya untuk memperbaiki profil data pelaporan kasus penyakit akibat pangan di Indonesia.

1. Mekanisme Pelaporan Kasus Penyakit Akibat Pangan

Mekanisme pelaporan kasus penyakit akibat pangan ini merupakan pengembangan dari pelaporan kasus penyakit yang sudah ada sebelumnya. Dalam mekanisme pelaporan sebelumnya, tidak dilibatkan peran Badan POM RI. Dalam pengembangan mekanisme tersebut ditambahkan Badan POM RI. Dengan mekanisme ini, diharapkan data kasus penyakit akibat pangan dapat digunakan oleh Badan POM RI untuk melihat kecenderungan dan dapat digunakan sebagai landasan ilmiah dalam menentukan kebijakan keamanan pangan di Indonesia. Berdasarkan pengembangan mekanisme tersebut, diharapkan rumah sakit, puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan lainnya dapat melaporkan data kasus penyakit akibat pangan yang ada, kepada Badan POM RI melalui Balai Besar POM yang ada di daerah Badan POM RI c.q. Balai Besar POM. Bagan pengembangan mekanisme pelaporan kasus penyakit akibat pangan dapat dilihat pada Gambar 26. Kegiatan pengembangan sistem pelaporan harus mempertimbangkan aspek organisasi dan tanggung jawabnya terhadap masalah terkait, dalam hal ini kasus penyakit akibat pangan. Badan POM RI sebagai leading sector dalam keamanan pangan harus menjalin kerjasama dengan instansi terkait yaitu Departemen Kesehatan RI. Pelaporan kasus penyakit yang saat ini ditangani oleh Departemen Kesehatan RI seharusnya dapat diintegrasikan secara terpadu. Keterpaduan tersebut hanya bisa tercapai dengan melibatkan kerjasama inter maupun antar instansi. Kerja sama inter-instansi dalam hal ini adalah antara Ditjen Pelayanan Medik, Ditjen PPPL maupun Laboratorium Kesehatan yang ada di bawah kewenangan Departemen Kesehatan RI. Selain itu, perlu ditingkatkan kerjasama antar-instansi, dalam hal ini antara Departemen Kesehatan RI dan Badan POM RI. 73 Sumber : Diolah dan diadaptasikan dari Departemen Kesehatan 2003 Keterangan : Pelaporan kasus berdasarkan formulir pelaporan kasus penyakit dari Departemen Kesehatan Pelaporan khusus kasus penyakit akibat pangan foodborne disease berdasarkan pengembangan pelaporan kasus penyakit akibat pangan dari Badan POM RI bekerja sama dengan Departemen Kesehatan RI. Pelaporan Data kasus penyakit, termasuk penyakit akibat pangan yang ada saat ini Pengembangan mekanisme pelaporan kasus penyakit akibat pangan, data kasus penyakit akibat pangan yang ada diharapkan sampai ke Badan POM RI c.q. Balai Besar POM Badan POM RI c.q. Balai Besar POM Gambar 26 . Mekanisme pelaporan kasus penyakit akibat pangan foodborne disease di Indonesia RS Departemen Kesehatan RI c.q Ditjen Pelayanan Medik, Ditjen PPPL Dinas Kesehatan Propinsi Dinas Kesehatan KabupatenKota Rumah sakit PEMDATNI-POLRIBUMN swasta, puskesmas, klinik dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat lainnya 74 Keterpaduan dan kerjasama tersebut sangat penting dengan satu tujuan utama yaitu menciptakan kesehatan masyarakat Indonesia, terlebih dalam kaitannya dengan keamanan pangan dan penyakit akibat pangan foodborne disease di masyarakat. Salah satu alternatif pendukung keterpaduan sistem tersebut adalah formulir dengan nomor identitas pelaporan kasus I.D. yang terpadu dan berlaku secara nasional. Hal ini untuk mencegah duplikasi pelaporan kasus oleh rumah sakitpuskesmasklinikdokter dan laboratorium kesehatan. Pengembangan sistem ini juga harus mempertimbangkan aspek sumber daya manusia serta fasilitas yang ada. Proses penginvestigasian kasus pasien dalam sistem pelaporan ini sebagai alternatif dilakukan oleh dokter dalam proses diagnosis secara klinis, sedangkan staf laboratorium kesehatan berwenang dalam konfirmasi agen penyebab kasus. Staf-staf tersebut bertugas dibawah kewenangan dan atas panduanpedoman kerja dari Departemen Kesehatan RI. Bagian selanjutnya dari sistem pelaporan yaitu tahap pengolahan, analisis dan interpretasi data kasus penyakit akibat pangan yang terlaporkan oleh staf dan epidemiolog pada Badan POM RI c.q. BalaiBalai Besar POM. Mekanisme pelaporan di atas merupakan salah satu alternatif dalam sistem pelaporan yang dapat digunakan oleh pemerintah pusat. Alternatif lainnya adalah pelaporan kasus penyakit akibat pangan dengan pengumpulan data yang ada pada Dinas Kesehatan tingkat KabupatenKota atau tingkat Propinsi pada Badan POM RI c.q. BalaiBalai Besar POM yang ada pada masing-masing daerahpropinsi di Indonesia.

2. Formulir Pelaporan Kasus Penyakit Akibat Pangan