Kasus Sigelosis Kasus Diare dan Gastroenteritis

55

3. Kasus Sigelosis

Sigelosis merupakan penyakit kemiskinan yang biasa menginfeksi anak-anak di negara-negara berkembang Cary et al., 2000. Penyakit sigelosis merupakan penyakit akibat pangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella sp. Pada umumnya S. flexneri dan S. dysenteriae tipe 1 merupakan agen penyebab kasus di negara-negara berkembang. Infeksi Shigella terlokalisasi pada usus, dengan karakteristiknya ditandai demam, kram perut yang parah serta diare dengan darah dan lendir Cary et al., 2000. Kasus sigelosis di Indonesia dengan jenis kelamin pria dan wanita mempunyai perbandingan 1.1:1 berdasarkan data pada Lampiran 4. Sedangkan kasus sigelosis di Amerika Serikat didominasi kasus dengan jenis kelamin wanita, tanpa menjelaskan perbandingannya secara spesifik MMWR, 1990. Selama dua tahun tersebut, rata-rata 57.3 kasus sigelosis di rumah sakit harus menjalani rawat inap. Menurut Stoll et al. 1982, di Bangladesh 66 dan 16 kasus sigelosis dengan S. flexneri dan S. dysenteriae 1 sebagai agen penyebabnya harus menjalani rawat inap. Data kasus sigelosis berdasarkan jenis kelamin kasus dan jenis perawatannya rawat inap dan rawat jalan dapat dilihat pada Lampiran 4.

4. Kasus Diare dan Gastroenteritis

Diare merupakan salah satu sindrom syndrome penyakit akibat pangan yang dapat disebabkan oleh berbagai agen penyebab, seperti: B. cereus, S. aureus, C. perfringens, Salmonella sp., Campylobacter sp., hepatitis A dan beberapa agen penyebab penyakit akibat pangan lainnya. Sebesar 1.3 milyar kasus non-typhoid di dunia disertai gejala atau sindrom diaregastroenteristis akut yang menyebabkan 3 juta kematian Pang et al., 1995. Di Inggris dan Wales, sebagian besar kasus salmonellosis non-typhoid disebabkan oleh S. enterica serovar Typhimurium DT104, yaitu dua kali lipat dibanding serovar yang lain. Pada negara-negara di Asia, seperti Jepang, salmonellosis non-typhoid diduga sebagai akibat dari peningkatan konsumsi telur dan produk-produk telur WHO, 1997. 56 74,99 132,80 92,45 111,74 80,75 19,35 33,97 27,18 31,90 17,17 64,33 106,30 69,08 85,42 59,65 83,59 142,36 103,25 106,19 90,19 - 20 40 60 80 100 120 140 160 1 thn 1 - 4 thn 5 - 14 thn 15- 44 thn 45 thn Golongan Umur In cide nt Rate I R 2001 2002 2003 2004 Sumber : Data diolah dari Departemen Kesehatan RI 2001-2004 Kasus diare di Indonesia sebagian besar terjadi pada golongan umur 1- 4 tahun Gambar 12. Perbandingan kasus diare dan gastroenteritis berjenis kelamin pria dan wanita adalah 1.1:1, dengan kisaran antara 0.8:1 sampai 1.1:1. Kasus diare dan gastroenteritis di rumah sakit, 31.3 diantaranya harus menjalani rawat inap, dengan kisaran antara 0.9 pada tahun 2002 sampai 42.3 pada tahun 2000 berdasarkan data pada Lampiran 5. - 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Jan ua ri Fe bru ari Ma ret Ap ril Me i Jun i Jul i Ag ust us Se pte mb er Ok tob er No ve mb er De sem be r Bulan Inc ide nt R a te IR 2001 2002 2003 2004 Sumber : Data diolah dari Departemen Kesehatan RI 2001-2004 Gambar 13 . Incident rate diare pada rumah sakit dan puskesmas berdasarkan waktu Gambar 12 . Incident rate diare pada rumah sakit dan puskesmas berdasarkan golongan umur 57 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000 Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Maluku Maluku Utara Papua Pro p in s i Incident Rate IR 2000 2001 2002 2003 Su m b er : D ata di o la h dari D epar te m en K esehata n RI 20 1 -20 04 Gambar 14 . Incident rate k asus diar e b erda sark an pe n y ebaran per propin si di Indones ia 58 Kasus diare di Indonesia cenderung meningkat selama bulan Januari sampai Maret Gambar 13, tetapi angka insiden juga tinggi pada bulan Mei, Juni dan Juli. Berdasarkan informasi BMG, selama ini hitungan musim kemarau dimulai bulan April dan berakhir September. Sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Oktober – Maret. Tetapi dalam 30 tahun terakhir terjadi perubahan musim. Sebagian wilayah di Indonesia diperkirakan mulai memasuki musim kemarau pada bulan April, sedangkan wilayah lain akan memasuki kemarau bulan Mei, Juni, dan Juli. Jadi dapat disimpulkan bahwa angka insiden kasus diare meningkat selama musim penghujan dan masa pergantian ke musim kemarau. Berdasarkan Gambar 14 di atas, angka insiden kasus diare paling besar selama tahun 2000 di Indonesia terjadi di tiga propinsi yaitu Sulawesi Tenggara, Jawa Barat dan Kalimantan Tengah. Wilayahpropinsi tersebut mempunyai angka insiden yang relatif lebih tinggi dibandingkan propinsi lain.

5. Kasus Amubiasis