71
dengan meningkatnya temperatur lingkungan. Menurunnya produktivitas pekerja ini dapat mengakibatkan kerugian biaya. Dampak jangka panjang yang ditimbulkan
akibat heat strain yaitu terhentinya pengeluran keringat dan dapat menyebabkan kematian. Selain merugikan pekerja, heat strain juga dapat menurunkan
produktivitas perusahaan akibat menurunnya kinerja pekerja. Menurut Bureau of Labor Statistics 2009 estimasi biaya yang dihabiskan untuk satu kejadian heat
strain adalah 7500 Rata-rata upah yang hilang per hari adalah 150 atau setara
dengan 100 juta selama periode 5 tahun atau lebih dari 20 juta per tahun. Jumlah tersebut hanya untuk kejadian heat strain yang akut dan belum termasuk kasus heat
strain yang sampai menyababkan kematian. Brown, 2013
6.3 Hubungan Tekanan Panas dengan Heat strain
Faktor lingkungan merupakan salah satu penyebab timbulnya heat strain. Tekanan panas merupakan pajanan yang diterima oleh pekerja akibat panas
lingkungan dan panas metabolik yang dihasilkan oleh tubuh. Meningkatnya beban kerja yang berdampak pada peningkatan metabolisme tubuh mempengaruhi
timbulnya tekanan panas Ramsey, 1994. OSHS 1997 juga menyatakan bahwa heat strain
merupakan respon tubuh akibat paparan tekanan panas yang diterima dari lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar pekerja menerima pajanan tekanan panas yaitu sebanyak 59 orang. Tingginya jumlah pekerja yang menerima tekanan
panas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat beban kerja, pengaturan jam kerja dan panas lingkungan kerja. Menurut Hunt 2011, terjadinya tekanan panas
72
akan cenderung untuk meningkatkan suhu inti tubuh, detak jantungdenyut nadi, dan keringat.
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa terdapat hubungan antara tekanan panas dengan heat strain. Hal ini sejalan dengan penelitian Brown 2013 yang
menunjukan bahwa kelompok pekerja dengan tingkat paparan tekanan panas yang tinggi memiliki angka kejadian heat strain yang besar dibanding kelompok pekerja
lainnya. Menurut NIOSH 1986 tekanan panas merupakan hasil dari panas yang
berasal dari lingkungan dan panas yang berasal dari metabolik tubuh. Pekerja yang mengalai tekanan panas sebagaian besar berada pada kategori beban kerja sedang.
Beban kerja didapatkan dari hasil pengukuran estimasi panas metabolik yang dihasilkan oleh pekerja selama melakukan pekerjaan. Setiap posisi dan pergerakan
pekerja menghasilkan panas metabolik dalam satuan kkal. Menurut NIOSH 1986, panas metabolik yang dihasilkan akan menambah muatan panas di dalam tubuh.
Sehingga panas yang harus dikeluarkan menuju lingkungan juga semakin meningkat. Saat tubuh mengalami kegagalan dalam melepas panas, maka suhu tubuh akan
semakin meningkat. Sehingga risiko untuk menerima paparan tekanan panas juga semakin meningkat.
Pekerja yang termasuk dalam kelompok beban kerja sedang sebagian besar adalah pekerja pada bagian penggorengan. Pekerja pada bagian penggorengan harus
selalu dalam posisi berdiri dalam waktu 30 menit dan kedua tangannya memegang pengaduk dan penyaring untuk mengangkat kerupuk. Sehingga beban kerja bagian
penggorengan lebih berat dibanding pekerja pada bagian pencetakan ataupun
73
penyusunan adonan siap jemur yang tidak selalu dalam posisi berdiri dan termasuk dalam kelompok beban kerja ringan.
Pada kelompok beban kerja ringan, pekerja yang tidak menerima paparan tekanan panas lebih banyak dibanding pekerja yang menerima paparan tekanan
panas. Menurut Berry et al 2011 pada beban kerja yang tinggi, jantung mengalami kesulitan untuk memenuhi semua tuntutan yang dibutuhkan. Hasilnya akan terjadi
peningkatan denyut jantung dan suhu tubuh serta penurunan kemampuan otot. Pengendalian beban kerja harus dilakukan untuk menurunkan tingkan kejadian heat
strain pada pekerja pabrik kerupuk. Perbaikan posisi kerja ataupun otomatisasi alat
dapat menurunkan panas metabolik yang dihasilkan oleh tubuh. Selain dipengaruhi oleh beban kerja, paparan tekanan panas juga dipengaruhi
oleh pengaturan jam kerja. Durasi kerja merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan. Penelitian menggambarkan bahwa lama waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan pekerjaan mempengaruhi kemampuan termoregulasi tubuh Gagnon, 2011. Saat termoregulasi tubuh terganggu akibat pengaturan jam kerja dan
jam istrahata yang tidak seimbang, maka tubuh akan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan suhu tubuh saat terpapar lingkungan yang panas akibatnya risiko
untuk menerima paparan tekanan panas juga meningkat. Berdasarkan hasil penelitian, pengaturan jam kerja pada pekerja pabrik
kerupuk sebagian besar termasuk dalam kategori jam kerja rendah dengan persentase jam kerja 0-25 yaitu sebanyak 53 pekerja. Menurut Hudson 2003 durasi
paparan panas yang terus menerus akan menyebabkan kebutuhan cairan tubuh
74
semakin meningkat dan jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan dehidrasi pada pekerja.
Faktor panas lingkungan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap peperan takanan panas. Panas lingkungan kerja pada pabrik kerupuk bersumber dari mesin
dan api yang dibutuhkan dalam proses produksi. Terutama pada tahap proses pengukusan dan penggorengan. Tahap pengukusan menggunakan uap yang berasal
dari pembakaran kayu. Pekerja pada bagian pengukusan, selain harus memasukan dan mengeluarkan adonan kerupuk yang akan dikukus juga harus menyuplai kayu
untuk dibakar agar uap yang dihasilkan tidak terhenti. Sehingga, selain pekerja selalu berada dekat pada sumber panas, beban kerja yang dilakukan juga cukup berat.
Pekerja bagian pencetakan yang berada pada satu ruangan dengan mesin pengkukus dan tungku pembakaran kayu juga ikut terpapar panas. Pada tahap
penggorengan, pekerja berada dekat dengan dua penggorengan besar yang dipanaskan menggunakan api. Serta posisi pekerja yang harus selalu berdiri dengan
kedua tangan yang memegang pengaduk dan penyaring juga menjadi faktor yang meningkatkan paparan tekanan panas pada pekerja.
Pekerja yang menerima paparan tekanan panas akan mengalami heat strain dan akan berdampak serius jika heat strain dibiarkan terjadi antara lain terhentinya
pengeluaran keringat sampai menyebabkan kematian. Paparan tekanan panas yang diterima oleh pekerja harus dikendalikan untuk menurunkan tingkat kejadian heat
strain pada pekerja. Pengendalian teknis yang dapat dilakukan antara lain dengan
memasang ventilasi yang mencukupi agar suhu yang lebih dingin dari luar dapat
75
menurunkan suhu dalam ruang produksi atau dengan memberikan pembatas antara sumber panas dengan pekerja.
6.4 Hubungan Umur dengan Heat strain